Mengenal Ritual Tarik Batu Kubur Megalith di Desa Lukukamaru Sumba Timur, Wujud Gotong Royong Masyarakat
SUMBA TIMUR, celebrities.id Ada satu tradisi unik yang harus disaksikan wisatawan saat mengunjungi Desa Lukukamaru, Kecamatan Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Adalah ritual tarik batu kubur megalith dari Lahua menuju ke Kampung Karipi yang cukup menarik untuk diketahui.
Untuk diketahui, ritual tarik batu kubur megalith merupakan tradisi yang telah dipraktikan sejak lama oleh masyarakat Pulau Sumba. Namun, seiring waktu dan modernisasi, pelaksanaannya mulai berkurang. Kalaupun dilakukan, pelibatan peralatan modern semisal tronton dan ekskavator mulai dilakukan.
Namun, kini mereka kembali pada akarnya. Tepatnya pada di Desa Lukukamaru, pada Kamis (8/6/2023) lalu, masyarakat melaksanakan tradisi itu dengan cara lama.
Sebanyak 150 orang baik lelaki dan perempuan bahu membahu siap untuk menarik batu alam kars khas Sumba yang telah dipahat persegi menuju Kampung Karipi. Batu tersebut diperuntukan bagi Almarhumah Ndai Mbati yang mangkat pada usia 61 tahun dan alamarhum anak lelakinya Kahali Ngara Amah yang meninggal diusia 45 tahun.
Informasi yang diperoleh di lokasi itu menyebutkan, kedua figur merupakan bagian dari keluarga besar Kabihu (Marga) Wilingakar. Namun, untuk prosesi adat dan ritual tarik batu juga melibatkan warga dari marga terkait baik dalam maupun luar kampung.
Seperti disaksikan saat itu, sebelum batu ditarik juga didahului doa oleh tetua adat sesuai Kepercayan Marapu (Agama asli Sumba). Kemudian, dengan dipandu oleh tokoh pilihan, batu ditarik dengan menggunakan tali tradisional yang sebelumnya didudukkan pada kayu berbentuk perahu dan di bawahnya dilandasi dengan kayu gelondongan.
Saat yang lain menarik, warga lainnya spontan mengambil kayu gelondongan untuk diletakkan kembali di bagian depan jalur batu akan ditarik.
Ryan Maramba, seorang kerabat si empunya batu kubur mengatakan panjang batu 210 cm, lebarnya 180 cm serta ketebalannya 30 cm dan diperkirakan berat kotornya lebih dari 2 ton. Keluarga sengaja tidak menggunakan peralatan modern karena memang merasa masih bisa dilaksanakan dengan alat sederhana, semangat gotong royong juga sekaligus melestarikan adat serta tradisi.
Kurang lebih jarak dari tempat batu sampai ke Kampung Karipi mencapai 1,4 kilometer. Ada yang mendaki kecil ada pula yang landai, tutur Ryan ketika ditanya tentang panjang rute yang akan dilalui batu yang didominasi padang dan rerumputan khas sabana Sumba Timur itu.
Semangat gotong royong plus tekad untuk memberikan yang terbaik bagi dua jenazah yang hingga kini masih belum dimakamkan itu berbuah manis. Sekira pukul 15.30 WITA batu tiba di tempat tujuan Kampung Karipi, Desa Lukukamaru.
Kalau untuk penguburan masih belum tahu kapan, karena pasti keluarga besar akan duduk bersama untuk menentukan hari yang terbaik dan paling pas baik dari sisi adat mapun kesiapan dana untuk upacara penguburannya, ucap Ryan selepas ritual tarik batu kubur megalith mencapai titik akhir. (Dionisius Umbu Ana Lodu)

