Misteri Pipa Bawah Tanah dan Tiga Candi Seusai Raja Airlangga Bertahta

Misteri Pipa Bawah Tanah dan Tiga Candi Seusai Raja Airlangga Bertahta

Travel | BuddyKu | Kamis, 15 Juni 2023 - 07:17
share

PERADABAN masyarakat semasa Raja Airlangga bertahta di Kerajaan Kahuripan konon sudah mulai maju. Bahkan konon dalam sebuah penelitian Belanda di tahun 1925 ada penemuan saluran pipa tradisional dan beberapa benda berupa prasasti yang disinyalir kuat peninggalan Airlangga.

Sesaat setelah Raja Airlangga meletakkan jabatannya sebagai raja, ia kemudian membagi wilayah kekuasaannya ke kedua anaknya. Dari sanalah muncul wilayah Panjalu dan Janggala. Bagian barat disebut sebagai Panjalu, Daha, atau Kediri, yang berdiri dari 1045 hingga 1222 dan menguasai wilayah Madiun.

Sementara itu, bagian timur disebut sebagai Janggala, yang nantinya akhirnya juga dikuasai oleh PanjalDari masa hidup kerajaan ini, hanya tiga prasasti berangka tahun yang ditemukan di Madiun, sebagaimana catatan Residen Madiun bernama Lucien Adam pada "Antara Lawu dan Wilis : Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam".

Pertama, ditemukan prasasti dari Sirah Keteng yang masuk wilayah Desa Bedingin di Ponorogo Selatan, berangka tahun 1026. Batu yang kemudian diletakkan di halaman kantor Bupati Madiun itu dipindahkan ke museum setelah penemuannya.

Batu itu adalah bagian dari sebuah monumen yang mungkin merupakan sebuah gerbang dengan kepala Banaspati besar dan berada di tempat yang indah untuk dilihat. Ketika ditemukan pada 1925, di bawah gerbang ini ditemukan pula sebuah sumur berbentuk tabung berdiameter sekitar satu meter.

Sambungan sumur ini ditemukan lagi pada jarak 500 meter di Desa Sambilawang. Dikatakan bahwa pipa air bawah tanah ini konon memanjang hingga Trenggalek. Pada batu kepala Banaspati yang disebut di atas, ditulis kata pujian untuk Raja Jayawarsya, yang mungkin adalah Raja Kediri, penyembah Dewa Wisnu. Tulisan tersebut kemudian berisi pula tentang bantuan untuk atitih (mungkin gelar seorang pejabat administrasi) bernama Marjoyo.98.

Selain itu, di Desa Kupuk dekat Bedingin, Knebel menemukan padmasana atau singgasana teratai. Sebuah batu yang digambari enam karakter, berbentuk kotak dengan tujuh baris tulisan yang mengelilinginya. Padmasana ini memiliki bagian bawah yang berukiran Ganesha berlengan empat. Patung-patung, batu - batu, dan benda-benda lainnya tersebut konon berasal dari Sirah Keteng.

Prasasti kedua yang ditemukan berasal dari periode Kediri dan berangka tahun 1139. Prasasti ini ditemukan di atas sebuah batu di selatan Ponorogo, yaitu di Dusun Selodono, Desa Karangpatihan. Sedangkan prasasti ketiga yang ditemukan berangka tahun 1204 dan tertulis di atas batu yang rusak.

Prasasti ini ditemukan di Desa Taji yang berada di Magetan (bagian barat Keresidenan Madiun). Dapat dilihat dari tulisan di dalamnya bahwa prasasti terakhir itu menyangkut wilayah perdikan yang mungkin dianugerahkan untuk tujuan keagamaan dan kepentingan Pu Tumambi.

Topik Menarik