Kisah Pertempuran Saipan, Tentara AS Berhasil Taklukan Pasukan Jepang

Kisah Pertempuran Saipan, Tentara AS Berhasil Taklukan Pasukan Jepang

Travel | BuddyKu | Kamis, 15 Juni 2023 - 06:07
share

JAKARTA Pertempuran Saipan terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Jepang pada 15 Juni 1944 hingga 9 Juli 1944. Ini adalah pertempuran yang terjadi di Pulau Saipan yang merupakan bagian dari Kepulauan Mariana selama Perang Dunia II.

Dalam pertempuran ini, tentara Amerika Serikat (AS) dapat menaklukkan tentara Jepang yang dikomando oleh Yoshitsugu Saito.

Menurut Wikipedia, dalam kurun tahun 1943 dan paruh pertama 1944, Sekutu telah merebut Kepulauan Solomon, Kepulauan Gilbert, Kepulauan Marshall dan Semenanjung Papua New Guinea. Hanya menyisakan Jepang dengan Filipina, Kepulauan Caroline, Kepulauan Palau dan Kepulauan Mariana.

AS sebenarnya sengaja ingin melewatkan Carolines dan Palaus untuk langsung merebut Marianas dan Taiwan. Dari tempat ini, basis kedua komunikasi antara tanah air Jepang dan pasukan Jepang di selatan dan barat bisa dipotong.

Selain itu, jika AS berhasil menguasai Marianas, Jepang akan lebih mudah dijangkau dengan serangan udara mengandalkan jenis baru Boeing B-29 Superfortress jarak jauh bomber dengan radius operasional dari 1.500 mil (2.400 km).

Meski bukan bagian dari rencana awal Amerika, Komandan Asia Pasifik Barat Daya, Douglas MacArthur, mendapat izin untuk merengsek maju melalui Nugini dan Morotai, menuju Filipina.

Hal ini memungkinkan MacArthur untuk mewujudkan janjinya membebaskan Filipina, yang tercantum dalam pidato I Shall Return.

Tak hanya itu, ini juga memungkinkan penggunaan pasukan dalam jumlah besar di Pasifik Barat Daya.

Sementara itu, Jepang, yang sudah mengira serangan akan terjadi di sekitar perbatasan perimeternya, segera bersiap untuk serangan di Kepulauan Caroline.

Untuk pergantian dan suplai, mereka membutuhkan superioritas laut dan udara. Mereka pun meluncurkan serangan Operation A-Go pada Juni 1944.

Sebagai informasi, Saipan adalah wilayah bekas Spanyol dan kemudian Jerman.

Kala itu, Liga Bangsa Bangsa menjadikan Saipan wilayah mandat Jepang setelah Perang Dunia Pertama.

Tak heran jika terdapat banyak sekali penduduk sipil Jepang di sana, yakni sekitar 25.000 orang.

Setelah pertempuran, AS kemudian mendirikan kamp tahanan sipil pada tanggal 23 Juni 1944, yang dipenuhi 1.000 orang. Listrik dibiarkan menyala pada malam hari untuk menarik perhatian penduduk sipil Jepang lainnya dengan janji tiga kali makan tiap hari dan tidak akan ditembak selama perang terjadi.

Karena takut penduduk Jepang akan terbujuk dengan perlakuan baik dari AS, pemerintah Jepang melancarkan propaganda pidato Kaisar Hirohito untuk menghasut mereka untuk bunuh diri saat kedatangan AS.

Pemerintah juga menjanjikan kepada penduduk yang mati selama pertempuran bahwa mereka akan mendapatkan tempat yang sama seperti tentara Jepang di kehidupan setelah kematian nanti.

Pesan propaganda ini sempat ditahan oleh Jenderal Hideki Tj pada 30 Juni, namun akhirnya disampaikan juga ke para penduduk.

Saat tentara AS tiba di Saipan, sekitar 1.000 penduduk Jepang terlanjur bunuh diri. Mereka yang tinggal di dekat tebing, melompat dan tewas. Tempat ini kini dikenal dengan nama Tebing Bunuh Diri atau Tebing Banzai. Salah satu sebab banyaknya penduduk yang bunuh diri adalah karena ditakut-takuti mitos bahwa tentara AS akan memutilasi mereka saat tertangkap.

Pertempuran jarak dekat juga membuat korban sipil banyak berjatuhan. Kehadiran para penduduk ini sulit dibedakan dengan tentara Jepang. Salah satu teknik yang menimbulkan banyak korban sipil yaitu menggunakan peledak berkekuatan tinggi dan ditambahkan cairan mudah terbakar yang kemudian dilemparkan ke bungker perlindungan.

Topik Menarik