Misteri Bangunan Piramida di Gunung Lawu, Ada Jejak Pemujaan dan Peradaban Manusia

Misteri Bangunan Piramida di Gunung Lawu, Ada Jejak Pemujaan dan Peradaban Manusia

Travel | BuddyKu | Kamis, 8 Juni 2023 - 08:45
share

JAKARTA, celebrities.id - Gunung Lawu tak hanya memiliki pesona keindahanya yang menghipnotis. Namun, ada banyak jejak sejarah dan misteriyang masih belum terpecahkan.

Gunung yang terletak di antara provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah itu rupanya telah menjadi saksi peradaban manusia sejak lama.

Hal itu coba dibuktikan oleh peneliti asal, Jerman Franz Wilhelm Junghuhn. Dia pernah melakukan ekspedisi ke gunung yang memiliki ketinggian 3.265 Mdpl itu. Junghuhn disebut memulai ekspedisinya pada 11 Mei 1838.

Dia mengawali perjalanannya dari arah paling barat laut dari tiga anak gunung, yaitu Argo Blungko setinggi 3.010 meter, kemudian Argo Tumiling (lebih dikenal dengan nama Hargo Dumiling sekarang) dengan ketinggian 3.193 meter, juga disebut Argo Tiling, dan berakhir pada puncak tertingginya, Argo Dumilah di ketinggian 3.265 Mdpl.

Ekspedisi itu dicatatkan oleh Residen Madiun bernama Lucien Adam dengan judul, "Antara Lawu dan Wilis : Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam".

Pada catatannya Junghuhn merekam bagaimana puncak tertinggi tersebut terletak tepat di perbatasan Madiun dan wilayah Surakarta.

Junghuhn juga menyebutkan bahwa di tengah-tengah pada puncak Argo Blungko, yang diduga kuat kini Hargo Dalem terdapat sebuah lubang persegi yang besar, ujungnya tampaknya telah dibentuk oleh dinding dan oleh karena itu tampak seperti telah mendapatkan sentuhan seni.

Kemudian di Hargo Dumiling, Junghuhn kembali mencatatkan bahwa ada lalu lintas manusia di sebagian besar area permukaannya yang kecil telah ditata lagi dalam bentuk ruang-ruang persegi yang ujung-ujungnya terdiri atas batu-batu kasar dan saling bertumpukan.

Ketika sampai di lereng utara Dumilah, Junghuhn sekali lagi menemukan beberapa teras yang telah dibentuk manusia. Teras - teras ini hanya dikelilingi dengan bongkahan batu kasar yang bertumpuk di atas satu sama lain dan tidak memanjang sampai ke puncak.

Menurut uraiannya, bentuk bagian puncak berupa sebuah dataran persegi, lebarnya sekitar 15 kaki atsu sekitar 4,57 meter. Pada ketinggian 3 kaki atau 0,914 meter, dataran itu dikelilingi oleh dinding yang terbentuk dari batu-batu yang ditumpuk secara kasar.

Sebuah pondok yang sederhana terbuat dari papan ditemukan di tempat ini, bagian dalamnya memiliki begitu banyak ruang. Pondok itu menempati sebagian besar permukaan puncak. Bagian yang tersisa dari pondok ini hanyalah koridor sempit di antara dinding-dinding rumah.

Masih di lokasi yang sama, Junghuhn menemukan bunga-bunga harum dan bekas bara api yang terbakar sebagai bagian dari pemujaan. Temuan ini menunjukkan bahwa tempat tersebut dianggap sebagai tempat sakral dan tempat tinggal dewa oleh orang Jawa.

Kemudian Junghuhn juga menjelaskan bagaimana temuan piramida di Gunung Lawu kala itu. Ia menggambarkan bagaimana lereng timur terdiri atas teras-teras yang dihubungkan oleh tangga-tangga sempit ke teras tertinggi tempat pondok itu berdiri. Teras terbesar memiliki panjang 50 kaki atau sekitar 15,24 meter dan lebar 25 kaki atau sekitar 7,62 meter.

Pemandangan Gunung Lawu. (Foto: celebrities.id/Instagram @gununglawu_3265mdpl)
Pemandangan Gunung Lawu. (Foto: celebrities.id/Instagram @gununglawu_3265mdpl)

Kedua tangga tadi, yang menghubungkan berbagai teras satu sama lain, dikelilingi oleh dinding dan dibentuk dari batu bersudut kasar yang bertumpuk satu sama lain. Pada tangga tersebut, tidak ada jejak pekerjaan manusia yang dapat terdeteksi.

Lebih rendah dari lereng timur, sekitar 1.000 kaki atau sekitar 304,8 meter di bawah mahkota, ditemukan teras dengan pondok kecil yang serupa dengan teras sebelumnya. Terdapat beberapa piramida tumpul yang dapat ditemukan di tempat ini.

Piramida ini terdiri atas batu-batu yang berukuran cukup besar dan kira-kira ditumpuk pada ketinggian 5 atau sekitar 1,52 meter hingga 8 kaki atau sekitar 2,44 meter. Dikatakannya bahwa teras dan piramida ini dibentuk oleh seorang pandita besar Jawa yang tinggal di sini sebagai seorang pertapa.

Selaput lumut tebal yang ditemukan pada batu-batu ini, merupakan vegetasi subur yang batang-batangnya telah berakar di permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa vegetasi tersebut telah berusia sangat tua.

Pada Laporan Tahunan Dinas Topografi bertajuk Topografischen Dienst 1920, bertanda Deputi Kepala Dinas Majoor RC Gaade tahun 1881- 1942 kembali memberikan deskripsi tentang teras-teras ini. Dia menemukan lima teras yang teras keempatnya dituangkan di dalam sebuah peta.

Pada ekspedisi Gaade, dinding berbentuk cincin yang ditemukan oleh Junghuhn di bagian atas Argo Dumilah dan piramida batu tumpul di kaki bagian atas ternyata telah hilang sama sekali. Namun, pada 20 Mei 1937, masih melihat beberapa piramida ini tidak jauh dari Hargo Dalem.

Topik Menarik