Pengertian Epilog, Ciri-Ciri, Fungsi dan Contohnya
JAKARTA, celebrities.id - Pengertian epilog dalam sebuah drama perlu dipahami dengan benar. Epilog merupakan salah satu struktur penting dalam naskah drama.
Epilog berfungsi sebagai penutup yang mengakhiri pementasan. Epilog bisa berupa kesimpulan atau pesan dari cerita atau drama yang disajikan.
Dalam sebuah naskah drama dibagi menjadi beberapa bagian, yakni bagian awal, tengah dan solusi serta penyelesaiannya. Dalam pembuatan cerita atau pentas drama, epilog memberikan kesimpulan nilai pada drama.
Dilansir dari berbagai sumber pada Selasa (30/5/2023), celebrities.id telah merangkum pengertian epilog sebagai berikut.
Pengertian Epilog
Mengutip dari buku Ruang Lingkup Drama karya Nabila Atika Putri, epilog merupakan bagian penutup dari suatu drama. Epilog biasanya disampaikan oleh narator yang berisi tentang kilas balik maupun kesimpulan dari isi drama yang telah dipentaskan.
Menurut Emilia Contessa dalam karyanya yang berjudul Perencanaan Pementasan Drama, epilog adalah bagian akhir pada naskah lakon, biasanya berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disertai nasehat atau pesan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa epilog merupakan bagian terakhir dari pementasan drama. Epilog berisi kesimpulan dari drama yang dimainkan dan memuat makna atau pesan.
Ciri-Ciri Epilog
Erolog memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan teks lainnya. Adapun ciri-ciri epilog sebagai berikut.
Fungsi Epilog
Dalam pentas seni drama, epilog memiliki beberapa fungsi penting sebagai berikut.
Contoh Epilog
Contoh Epilog dari buku berjudul Ya Allah Beri Aku Kekuatan. Kumpulan Kisah Nyata Para Wanita yang Diuji.
Sebagai manusia normal mungkin kita akan mengeluh sejenak mengapa sebuah ujian datang dalam hidup. Mengapa sebuah bencana yang tak terduga justru menghampiri hidup kita yang sedang mengalami kebahagiaan.
Suatu kali saya pernah bertanya pada seorang ustadz, mengapa Rasulullah harus mengalami kehilangan berulang-ulang dalam hidupnya. Sebelum lahir kehilangan ayahanda Abdullah, lalu ketika berumur sembilan tahun kehilangan Ibunda Aminah dan ketika berdakwah kehilangan Paman Abu Thalib dan istri tercinta Siti Khadijah ra.
Jawabannya sangat mengena di hati saya saat itu. Bahwa kehilangan-kehilangan itu sengaja digariskan dalam hidup Rasulullah, karena Allah sedang mempersiapkan jiwa seorang pemimpin Islam yang kuat secara kejiwaan karena tugas dakwah beliau saat itu sangatlah berat, beliau ditempa menjadi sosok Nabi Allah yang tidak cengeng dan dikenang sepanjang zaman.
Demikian juga dalam kehidupan kita saat ini. Rasha sebagai contoh dalam kisah ini, sempat mempertanyakan atas semua takdir yang telah ditentukan Allah. Kematian tak bisa ditolak, bagaimanapun menyedihkannya ditinggal kedua orang tua, mau tidak mau tetap harus diterima dengan segenap keikhlasan.



