US and TikTok Ban: Makna Bagi Hubungan AS-China
MALANG, NETRALNEWS.COM - Saat ini, TikTok berada di garis depan dalam persaingan teknologi Amerika Serikat-China. Sejak dijadikan isu oleh Presiden Trump hingga disetujui oleh Presiden Biden, hal ini menyiratkan sesuatu yang lebih dalam dari sekedar larangan aplikasi media sosial.
Pada April 2023, setidaknya 34 dari 50 negara bagian Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan atau menjalankan larangan bagi badan pemerintah negara, pegawai, dan kontraktor untuk menggunakan TikTok di gawai pemerintah.
Dalam larangan ini tersirat tiga isu: kekhawatiran AS terhadap China sebagai ancaman keamanan nasional, persaingan supremasi teknologi, dan potensi perlakuan pemerintah AS terhadap teknologi China ke depannya.
Kontroversi terkait larangan TikTok di Amerika Serikat telah ramai sejak 2020 di bawah pemerintahan Presiden Trump yang melihat aplikasi dari China tersebut sebagai ancaman keamanan nasional.
Presiden Trump kemudian mengeluarkan Executive Order 13942 yang melarang semua transaksi dibawah yurisdiksi Amerika Serikat dan ByteDance, perusahaan China pemilik TikTok.
Pada 9 Juni 2021, pemerintahan Biden membatalkan EO tersebut, namun menggantinya dengan arahan yang lebih luas untuk penyelidikan lebih luas terhadap aplikasi asing untuk resiko ancaman keamanan, termasuk China.
Pada Desember 2022, Presiden Biden menyetujui larangan penggunaan TikTok oleh pegawai pemerintah federal pada perangkat milik agensi, dengan beberapa pengecualian.
Pada Maret 2023, FBI dan Menteri Pertahanan AS resmi menjalankan investigasi TikTok, termasuk dugaan mata-mata pada jurnalis Amerika. Di bulan yang sama, bipartisan senator AS memperkenalkan UU RESTRICT (Restricting the Emergence of Security Threats that Risk Information and Communication Technology).
UU ini akan memberikan kekuatan baru kepada pemerintah AS untuk mengambil tindakan (hingga melarang) melawan terhadap produsen elektronik atau perangkat lunak asing yang dianggap Departemen Perdagangan sebagai risiko keamanan nasional.
Peristiwa ini berakumulasi menjadi 23 Maret ketika CEO TikTok Shou Zi Chew bersaksi di depan Kongres. Seorang eksekutif teknologi bersaksi di depan Kongres bukan hal yang baru, namun yang baru adalah tingkat pemeriksaan dan pertanyaan jangka panjang yang dihadapi Shou. Benang merah pertanyaan-pertanyaan tersebut satu: potensi ancaman China.
Mengapa ini terjadi?
Ketika pemerintah Amerika Serikat berpikir tentang TikTok, mereka memikirkan China. Saat ini, ketika hubungan AS-China tidak bisa dibilang bagus, popularitas TikTok merupakan ancaman bagi superioritas teknologi Amerika (Morrison, 2023).
TikTok bukan aplikasi China pertama yang menjadi perhatian pemerintah AS. Di tahun 2021, Presiden Trump menandatangi EO yang melarang transaksi dengan delapan perangkat lunak aplikasi China: Alipay, CamScanner, QQ Wallet, SHAREit, Tencent QQ, Vmate, WeChat Pay, WPS Office, dan anak perusahaan mereka.
Alasan mereka tidak jauh berbeda dengan kasus TikTok ini, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran Amerika Serikat bahwa sejumlah aplikasi perangkat lunak China terhubung secara otomatis dan menangkap informasi jutaan pengguna Amerika Serikat (Swanson, 2021).
Menurut Direktur Digital and Cyberspace Policy Program di Council of Foreign Relations, isu TikTok ini hanyalah satu contoh kompetisi teknologi yang lebih luas antara AS dan China. Kompetisi tersebut meliputi lingkup yang luas, termasuk 5G, artificial intelligence, cloud computing, semi-konduktor, dan keamanan siber.
Amerika Serikat dan China merupakan dua pemain besar dalam industri teknologi global. Amerika Serikat sebagai rumah banyak nama teknologi besar seperti Apple, Microsoft, dan Google serta China yang muncul dengan nama-nama seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent yang semakin menarik perhatian dan pengaruh dunia (Doguoglu, 2023). Maka, aman untuk berasumsi bahwa tujuan pemerintah AS tidak semurni melindungi informasi pribadi pengguna tapi memenangkan kompetisinya dengan China.
Apa makna larangan ini bagi pandangan AS terhadap China?
Kontroversi ini seakan menyoroti buruknya hubungan Amerika Serikat dan China. Larangan TikTok ini merupakan bagian dari ombak kritikan terhadap perusahaan yang dimiliki China.
Tuduhan yang diterima ByteDance didasari oleh kekhawatiran bahwa aplikasi ini digunakan oleh pemerintah China untuk memata-matai warga Amerika Serikat, merefleksikan kenaikan ketegangan diantara dua negara.
Ancaman Nasional
Pengambil kebijakan AS percaya bahwa teknologi algoritma yang digunakan TikTok berpotensi untuk menjadi ancaman nasional. TikTok (sebagaimana platform media sosial lain) mengumpulkan berbagai macam data tentang penggunanya dan menggunakan informasi tersebut untuk menyajikan konten seperti apa yang sepertinya diinginkan.
Namun, pemerintah AS memandang TikTok sebagai yang berpotensi paling canggih, dan sangat efektif, dalam mempelajari minat penggunanya. Teknologi ini membuat pemerintah percaya bahwa kepemilikan China terhadap TikTok berpotensi menimbulkan ancaman nasional. Menurut AS, hal ini dilakukan melalui beberapa cara, seperti koleksi data, espionase, dan membentuk opini publik lewat propaganda dan misinformasi.
Meskipun untuk kredit AS, kecurigaan ini tidak tanpa alasan. Di Desember lalu, kepala eksekutif ByteDance dan TikTok mengaku bahwa pegawai ByteDance secara tidak pantas mengakses alamat IP pengguna Amerika Serikat, termasuk para jurnalis yang mengulas berita penting tentang perusahaan tersebut.
Selain itu, terdapat juga banyak laporan di beberapa tahun terakhir tentang China berusaha mempengaruhi politik AS, termasuk saat pemilihan umum (Kurlantzick, 2022).
Persaingan Teknologi
Dalam segi persaingan teknologi, Amerika Serikat telah lama khawatir mengenai pencurian kekayaan intelektual oleh perusahaan China dan peran pemerintah China dalam mendukung industri teknologi mereka.
Perusahaan-perusahaan China terkenal dengan praktik bisnis mereka yang cenderung meniru dan mereplika teknologi yang sudah ada. AS percaya bahwa ini merupakan langkah awal bagi Beijing untuk akhirnya menendang perusahaan asing dari China, bahwa setelah perusahaan tersebut berhasil mengambil teknologi asing, tidak banyak alasan bagi China untuk membiarkan perusahaan asing bersaing di pasar domestik (Demarals, 2022).
Dalam merespon ini, Amerika Serikat telah mengimplementasikan rangkaian upaya untuk melimitasi akses China terhadap teknologi penting, seperti melalui kontrol ekspor, pembatasan investasi, dan pembatasan visa bagi peneliti dan pelajar China.
China sendiri telah berusaha untuk mengurangi ketergantungannya pada teknologi buatan AS dan menjadi lebih mandiri dalam area penting seperti semi-konduktor dan 5G. Langkah larangan terhadap TikTok ini bisa jadi merupakan salah satu cara Amerika Serikat untuk mengurangi porsi China dalam persaingan pasar domestik Amerika Serikat.
Perlakuan Pemerintah AS Kedepannya
Tindakan ini juga dapat dilihat sebagai awal dari rencana AS terhadap China ke depannya. UU Restrict memberikan kekuatan lebih bagi pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap teknologi yang dianggap dapat membahayakan kepentingan AS. Sekiranya tidak berlebihan kalau diasumsikan bahwa target utama dari ini bisa jadi adalah China.
Apabila pemerintah AS terus menargetkan teknologi China, ini dapat memperparah perang dagang teknologi antara dua negara. AS telah menargetkan banyak perusahaan teknologi China seperti Huawei, dan larangan TikTok ini dapat menunjukkan bahwa pemerintah AS bersedia untuk mengambil tindakan yang lebih agresif untuk membatasi pengaruh teknologi China di Amerika Serikat.
Tidak hanya hubungan antar pemerintah, hal ini juga dapat berdampak pada bisnis AS yang menjalin hubungan atau memiliki kepentingan finansial di China. Perang dagang antara AS dan China dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi dan menimbulkan kerugian di dua sisi.
Perang teknologi AS-China dipandang sebagai front utama dalam persaingan geopolitik dan ekonomi yang lebih luas antara kedua negara, yang juga mencakup perdagangan, keuangan, dan kekuatan militer. Hasil dari persaingan ini akan memiliki dampak yang signifikan bagi keseimbangan kekuatan global dan masa depan industri teknologi dunia.
Apakah masalah Tiktok ini akan menjadi awal dari masalah yang lebih besar dalam perang teknologi AS-China? Bisa iya, bisa tidak. Setidaknya untuk sekarang ini, ini mencerminkan bagaimana AS melihat teknologi China, yaitu berpotensi sebagai ancaman negara.
Penulis: Shafira Khairunnisa A
