Ngluku lan Nggaru

Ngluku lan Nggaru

Travel | BuddyKu | Minggu, 21 Mei 2023 - 08:04
share

RADAR JOGJA Dulu, setelah tumbuh dewasa, sapi memiliki tugas membantu petani membajak sawah dan ladang. Petani tradisional sahabat petani, sampai tahu bagaimana caranya berkomunikasi (animal communicator) pada hewan ternak anggota famili Bovidae dan subfamili Bovinaeitu.
Di akhir tahun 90-an, sapi memiliki peran penting di sektor pertanian. Turun gunung saat musim tanam tiba. Digunakan oleh petani tradisional untuk membajak lahan. Karena itu, rata-rata masyarakat kala itu wajib memiliki, minimal satu ekor.
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Putat, Kapanewon Patuk, Gunungkidul Sutarto punya pengalaman spesial membajak sawah dengan sapi. Kala itu, dia membantu paman mengolah lahan pertanian padi.
Sampai dengan hari ini, lahan pertanian padi di wilayah kami nyaris tidak beralih fungsi. Hanya cara mengolah lahan saja yang mengalami penyesuaian, ujarnya saat dihubungi Radar Jogja (19/5).
Di masa lalu, hewan ternak sapi punya andil besar mendukung aktivitas petani. Rata-rata setiap kepala keluarga (KK) memiliki hewan peliharaan itu. Hubungan persahabatan antara manusia dan sapi juga sangat erat.
Kandangnya pun berada di samping rumah utama. Biasanya kandang dibangun berdekatan dengan rumah hunian di sebelah kiri. Supaya mudah diawasi, ujarnya.
Tatkala musim hujan tiba, semua sapi dewasa waktunya bekerja. Kesehatan sapi dijaga maksimal. Diberi makan dan minuman cukup, kandang dibersihkan secara berkala agar tidak loyo.
Membajak lahan butuh tenaga dua ekor sapi. Satunya harus berpengalaman, sehingga saat bekerja tinggal mengarahkan, ucapnya.
Nah, pagi buta Sutarto dan paman usai salat Subuh bergegas ke kandang. Karena masih kecil, ia hanya menguntit di belakang. Sampailah di lokasi tengah lahan. Di situ sudah ada peralatan seperti luku dan garu. Luku berfungsi membajak, sementara garu meratakan lahan agar mudah saat tanam benih.
Saya mengikuti Pakde dan mendengar percakapannya dengan sapi. Giah-giah, herrrr begitu muncul suara Pakde mengarahkan sapi, ungkapnya.
Ternyata giah-giah, herr itu ada maknanya, yakni mengajak sapi berjalan dan mulai bekerja. Kalimat aneh itu sekaligus dibunyikan agar sapi belok kanan dan ke kiri. Dengan alat pacu pecut (cambuk) kecil, sapi diarahkan.
Nek mandek, pakde muni hesss hess hess (kalau instruksi berhenti paman bilang ke sapi, hess hess, jelasnya.
Setelah bajak sawah usai, Tarto mengaku gembira karena paman mengganti alat bajak sawah dengan garu. Tetap menggunakan sapi, namun peralatan yang digunakan berupa kayu memanjang dan tajam bagian bawah, berfungsi meratakan tanah.
Saya sangat senang saat garu, karena bisa naik ke bagian belakang. Bonceng di belakang sapi dan ikut ke mana arah Pakde berjalan dengan sapinya, kata bapak satu anak ini. (gun/laz)