Mengenal Njimbungan, Tradisi Merayakan Syawalan di Klaten

Mengenal Njimbungan, Tradisi Merayakan Syawalan di Klaten

Travel | BuddyKu | Kamis, 27 April 2023 - 19:10
share

JAKARTA, iNews.id - Mengenal Njimbungan, sebuah tradisi dalam merayakan bulan Syawal di Desa Jimbung, Klaten.

Tradisi merupakan kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun temurun oleh masyarakat.

Hadirnya Islam turut berbaur dengan tradisi yang akhirnya tercipta beberapa tradisi Islam di Indonesia.

Hal ini digunakan sebagai metode dakwah para ulama zaman itu dengan tidak memusnahkan secara total tradisi yang telah berkembang di masyarakat.

Seni budaya, adat, dan tradisi yang berlandaskan Islam tumbuh serta berkembang di nusantara yang sangat bermanfaat bagi penyebaran Islam di nusantara.

Para ulama dan wali pada zaman dahulu tentu telah mempertimbangkan tradisi-tradisi tersebut dengan sangat matang, baik dari segi mudarat, mafsadat maupun halal-haramnya.

Banyak sekali tradisi Islam di nusantara yang berkembang hingga saat ini. Semuanya mencerminkan kekhasan daerah atau tempat masing-masing.

Salah satunya Tradisi Njimbungan yang berkembang di Desa Jimbung, Klaten, Jawa Tengah.

Njimbungan di Klaten

Para warga lebih mengenal acara ini sebagai acara Njimbungan. Tradisi Njimbuungan yakni berupa arak-arakan gunungan ketupat dan hasil bumi di Bukit Sidoguro, Krakitan Bayat, Klaten.

Nantinya, gunungan ketupat dan hasil bumi ini akan dibagikan ke seluruh peserta yang mengikuti acara ini.

Walaupun terlihat ricuh saat prosesi pembagian ini, sebenarnya ritual ini tetap berlangsung dengan aman.

Tradisi Islam di nusantara ini peninggalan Keraton Surakarta yang digelar enam hari setelah Lebaran.

Gunungan Ketupat merupakan tradisi Syawalan yang masih dipertahankan sampai sekarang oleh warga Desa Jimbung, Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah. Warisan leluhur yang digelar setiap hari ketujuh Hari Raya Idul Fitri ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat di sana.

Mereka berkeyakinan, ketupat-ketupat yang disusun menyerupai gunung tersebut mempunyai berkah tersendiri bagi mereka yang memakannya.

Kemudian rombongan gunungan ketupat diarak dari kelurahan menuju lapangan Desa Jimbung. Berjalan kaki kurang lebih sejauh satu kilometer, 30 menit kemudian rombongan pembawa gunungan ketupat tiba di Lapangan Jimbung.

Tak ketinggalan, mereka menyelipkan doa untuk limpahan berkah.