Merasa Sial? Ini Penjelasannya dalam Islam
AKURAT.CO Kehidupan yang dijalani oleh manusia tidaklah statis. Selalu ada perubahan dalam kesehariannya, entah itu dari kualitas maupun kuantitas. Maka tidak jarang seorang manusia menemukan hal yang tidak sesuai kehendaknya sehingga ia beranggapan bahwa dirinya sedang dalam keadaan sial.
Dalam KBBI, sial merupakan tidak mujur dan usaha yang selalu tidak berhasil. Sial juga dapat berarti celaka ataupun mendapatkan musibah. Banyak juga dari manusia yang beranggapan sial pada suatu hal seperti angka 13 atau juga rumah tusuk sate.
Dalam Islam, sial disebut Tathayyur yang diambil dari kata Thair yang berarti burung. Kata tersebut dilandaskan pada burung karena pada zaman jahiliyah ketika mereka akan bersafar mereka akan menerbangkan burung. Apabila burung yang ia lepaskan terbang ke arah kanan maka ia akan melanjutkan perjalanan, apabila burung yang ia lepaskan terbang ke arah kiri maka ia akan membatalkan perjalanannya karena menganggap perjalannya akan mendapati kesialan.
Anggapan Sial Pada Benda atau Hal Lainnya
Beranggapan sial pada suatu benda atau hal lainnya dapat menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam dosa syirik. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya: Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik (HR. Abu Daud no. 3910)
Tathayyur bisa menjadi syirik akbar apabila meyakini jika benda-benda tersebut yang menciptakan kesialan atau keburukan selain Allah, atau meyakini bahwa benda-benda tersebut ikut serta bersama Allah dalam menentukan kesialan. Akan tetapi tathayyur masuk kategori syirik kecil jika menganggap bahwa benda-benda tersebut hanyalah sebab atau petunjuk munculnya kesialan atau keburukan yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa taala.
Al-Quran menjelaskan bahwa musibah datang disebabkan karena ulah manusia itu sendiri dan tidak datang dari hal-hal yang sering diyakini seperti angka 13. Sebagaimana yang Allah terangkan pada surah Asy-Syura ayat 30:
Wa m abakum mim mubatin fa bim kasabat aidkum wa ya\'f \'ang kar
Artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)
Merasa Sial
Merasa bahwa diri sedang sial berarti berburuk sangka terhadap ketetapan Allah. Banyak dari manusia ketika menemui hambatan dalam hidupnya ia merasa sial, ia merasa bahwa Allah benar mentakdirkan seperti itu. Padahal hanya Allah sendiri yang mengetahui perkara apa yang sebenarnya terjadi.
Sering terdengar berita mengenai orang-orang yang mengalami ketinggalan pesawat. Tentunya banyak dari mereka yang langsung beranggapan bahwa dirinya sedang sial. Tak lama setelah itu mereka mendapatkan info bahwa pesawat yang seharusnya mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Maka seketika anggapan bahwa dirinya sedang sial berubah menjadi rasa syukur baginya.
Sesungguhnya Allah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya. Bisa saja apa yang Allah akan berikan bukan suatu perkara yang kita senangi tetapi itu baik untuk kita. Allah SWT menjelaskan pada surah Al-Baqarah ayat 216:
Kutiba \'alaikumul-qitlu wa huwa kur-hul lakum, wa \'as an takrah syai`aw wa huwa khairul lakum, wa \'as an tuibb syai`aw wa huwa syarrul lakum, wallhu ya\'lamu wa antum l ta\'lamn
Artinya: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Bahkan jika kita tertusuk duri dijalan hal tersebut akan menghapuskan dosa kita, bukan malah akan terjadi hal buruk. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Tidaklah dari seorang Muslim yang tertusuk duri hingga apa-apa yang lebih berat darinya, kecuali dicatat baginya derajat dan dihapus darinya dengan hal itu kesalahan (HR. Muslim)
Itulah penjelasan sial dalam Islam. Semoga Bermanfaat.
Wallahu Alam.[]


