Mengenal Bau Nyale, Tradisi Unik Suku Sasak Berburu Jelmaan Putri Mandalika
LOMBOK, iNews.id - Bau nyale merupakan tradisi unik suku Sasak di Lombok. Dalam cerita rakyat, nyale ini merupakan jelmaan Putri Mandalika.
Dalam bahasa Sasak, bau berarti menangkap. Sementara, nyale merupakan cacing laut. Sehingga bau nyale yakni aktivitas menangkap cacing laut.
Biasanya kegiatan ini terjadi pada tanggal 20 bulan 10 dipenanggalan suku Sasak (pranata mangsa) atau 5 hari usai purnama. Penanggalan umumnya pada bulan Februari atau Maret setiap tahun.
Sejarah Kemunculan Nyale

Dalam sebuah cerita rakyat, nyale disebutkan sebagai jelmaan Putri Mandalika yang cantik. Putri Mandalika merupakan anak dari Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tonjang Beru.
Karena kecantikannya, banyak putra raja yang berniat mempersunting Putri Mandalika. Dia menyadari jika pinangan dari sejumlah kerajaan akan memicu permusuhan jika dia memilih salah satu calon suami.
Putri Mandalika pun meminta para pria yang meminangnya, rakyat hingga ayah ibunya datang ke Pantai Kuta, Lombok. Rupanya sang putri justru menceburkan diri ke pantai tersebut.
Tak lama tiba-tiba muncul cacing laut dari laut tempa Putri Mandalika terjun. Dari situ warga mempercayai jika nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika yang diberikan untuk rakyatnya.
Manfaat Nyale

Bukan sekedar cacing, rupanya nyale memiliki banyak manfaat. Nayle mengandung protein tinggi, hingga sebanyak 43,84 persen. Angka ini jelas mengalahkan protein pada telur ayam (12,2 persen) dan susu sapi (3,5 persen).
Kemudian, nyale juga memiliki kadar fosfor sebesar 1,17 persen. Lagi-lagi masih lebih tinggi dibanding telur ayam (0,02 persen) atau susu sapi (0,10 persen). Nyale juga memiliki kandungan kalsium 1,06 persen. Persentase lebih tinggi dari kandungan kalsium pada susu sapi yang hanya 0,12 persen.
Festival bau nyale tahun ini digelar di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika diputuskan digelar tanggal 10-11 Februari 2023. Kalian tertarik untuk ikut dalam perburuan nyale?.