Mengenal Dalboan, Asal-usul Thrifting di Malang Sebelum Booming Seperti Sekarang
Jauh sebelum ada istilah thrifting , di Kota Malang sudah akrab dengan kata Dalboan. Dalbo merupakan akronim dari odol-odol kebo dalam bahasa Jawa yang artinya bongkar karung.
Sama seperti artinya, kegiatannya selalu bongkar karung, di mana pembeli bebas memilih tumpukan baju bekas yang fresh dari karung besar.
Sebelum banyak pemain besar di bisnis ini, kamu bisa mendapatkan produk branded selama jeli dan sabar. Kamu juga bisa loh menawar dengan harga miring.
"Pemborong baju second sekarang paham merk semenjak pemain besar mainnya potong dari hulunya Mas. Dulu kita masih bisa mendapatkan merk Puma, Adidas, North face dengan murah. Sekarang pembarong sudah menyortir dulu baru dijual di Dalboan gini," kata pelanggan setia barang second, Moch Amin.
Jika dilihat dari peminatnya, pecinta Dalboan di Pasar Comboran ini berbeda dengan konsep thrifting yang berkonsep semi distro dan online -an.
Mayoritas pencintanya kelas menengah karena kebutuhannya bukan lagi tentang fashion , tapi baju harian saja. Harganya pun cukup murah, diantaranya jeans seharga Rp20 ribu, jaket tebal Rp25 ribu, jaket tipis Rp15 ribu, kaos dan kemeja Rp5 ribuan.
Pemain besar bisnis thrifting memang memberi pelayanan lebih, jadi cukup wajar jika harganya bisa tembus 100 kali lipatnya. Mereka juga lebih memilih untuk melaundry produk terlebih dulu sebelum dijual.
Grise Febrianto, pengamat barang rombeng Kota Malang mengatakan, trend fashion thrifting harus disambut positif supaya bisa mengembalikan nilai guna dari barang second.
"Sebetulnya trend fashion thrifting ini harus disambut positif karena secara tidak langsung dengan mengembalikan nilai guna dari barang second. Kita bisa sedikit menyelamatkan bumi dari limbah tekstil dari baju bekas yang kita pakai selama ini," ungkapnya.
Artikel menarik lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik!Lets join Z Creators dengan klik di sini .
