Sejarah Menjamurnya Warung Kuningan di Indonesia

Sejarah Menjamurnya Warung Kuningan di Indonesia

Travel | BuddyKu | Senin, 24 Oktober 2022 - 10:07
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Edi S. Ekadjati dalam Sejarah Kuningan: Dari Masa Prasejarah Hingga Terbentuknya Kabupaten , mencatat bahwa sejak tahun 1930-an, banyak penduduk Kuningan merantau ke Sumatera dan Kalimantan untuk bekerja di perusahaan pertambangan minyak bumi. Hal ini berlanjut di periode berikutnya.

"Sejak tahun 1950-an, banyak penduduk dari daerah pedesaan Kuningan juga merantau ke kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan terutama ke Ibu Kota Jakarta, akibat peningkatan jumlah penduduk dan gangguan keamanan oleh gerombolan pimpinan Kartosuwiryo, kata Ekadjati.

Perlu diketahui, gangguan keamanan yang diakibatan Kartosuwiryo itu merupakan peristiwa Pemberontakan DI/TII yang berpusat di Jawa Barat, tak terkecuali Kuningan yang terkena imbas pemberontakan ini.

Di sisi lain, budaya merantau di Indonesia yang sudah terjadi sejak lama, membawa pengaruh yang cukup signifikan baik bagi perantau maupun daerah yang dijadikan sebagai tempat untuk mengadu nasib perantau.

Dampak yang ditimbulkan dari budaya merantau juga beragam, mulai dari dampak pada lingkungan, tempat tinggal, tempat kerja, maupun tempat makan. Semua dampak tersebut memiliki sisi positif dan negatifnya.

Demikian pula dalam hal tempat makan. Damoak positifnya ialah menu makanan menjadi bervariasi. Sedangkan negatifnya yaitu terkadang makanan khas daerahnya tercampur bahkan hilang karena tersaingi oleh makanan dari daerah perantau yang berprofesi sebagai pedagang.

Itulah salah satu dampak dari adanya tradisi merantau dari tiap daerah. Sebagai contoh adalah tradisi merantau masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, mereka merantau dengan beragam tujuan, mulai dari pedagang sampai menjadi pekerja, adanya berjualan pakaian, sepatu, peralatan rumah tangga, dan tentu saja makanan.

Sudah menjadi rahasia umum bila hampir di setiap daerah, kita dapat menemukan tempat makan dengan label Masakan Padang atau biasa dikenal dengan "nasi padang".

Walaupun pada kenyataannya tidak hanya masyarakat Minangkabau saja yang melakukan tradisi merantau, tetapi banyak juga perantau dari daerah lain yang menjual masakan dari daerah asalnya.

Kehidupan sebagian besar orang Sunda adalah bertani, di samping itu juga menangkap ikan dan berdagang. Karena jumlah tanah terbatas maka cukup banyak yang menjadi buruh tani. Sedangkan petani yang mempunyai sawah yang cukup sekarang ini jumlahnya sangat terbatas.

Tanah Sunda termasuk yang tersubur di Indonesia, sehingga orang mengatakan tongkat pun ditanam di Sunda akan tumbuh, karena itu hidup penduduknya cukup santai.

Tradisi merantau ini juga terjadi pada masyarakat Sunda yang sebenarnya jarang sekali merantau, atau apabila merantau pun biasanya tidak jauh dari daerah asal,

beberapa di antaranya yang kita ketahui seperti pangkas rambut di Bandung yang berasal dari Tasikmalaya, penjual tahu yang berasal dari Bogor, dan lainnya.

Perantau asal Kuningan yang berdagang dulu dikenal sebagai penjual nasi atau "Warung Kuningan". Namun belakangan ini para pedagang asal Kuningan mulai banyak yang berjualan bubur kacang hijau di berbagai kota besar yang menjadi tempat perantauannya, seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Malang, dan Surabaya.

Hampir di setiap sudut kota-kota besar terdapat warung makan yang berasal dari tanah Sunda. Namun belakangan ini mulai populer tempat nongkrong anak muda seperti warung kuningan yang menjual nasi atau berupa warkop burjo yang penjualnya asli pendatang dari Kuningan.

Warung-warung inilah yang disebut dengan warung burjo (bubur kacang ijo). Alasan orang Kuningan merantau sendiri, sebenarnya berawal jauh beberapa tahun sebelum kemerdekaan Indonesia.

Penulis: M Hafizh Fajri

Universitas Negeri Malang

Sumber:

Ekadjati, Edi S. 2003. Sejarah Kuningan: Dari Masa Prasejarah Hingga Terbentuknya Kabupaten. Diterbitkan oleh Kiblat Jakarta.

Sukiman. 2006. Mengawetkan pengalaman: dinamika warung bubur kacang hijau Kuningan dalam tulisan. Paguyuban Pedagang Bubur Kacang Hijau (Burjo), Kuningan.

Audya, Rostiti. 2016. Tradisi Merantau Pedagang Bubur Kacang Ijo Asal Kuningan Di Yogyakarta tahun 1950-2015 . Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.