Tiongkok Siap Lampaui Kecanggihan Teknologi Antariksa dengan Amerika

Tiongkok Siap Lampaui Kecanggihan Teknologi Antariksa dengan Amerika

Travel | koran-jakarta.com | Sabtu, 24 September 2022 - 09:12
share

Keberangkatan dua astronot Tiongkok dalam perjalanan luar angkasa pada Sabtu (17/9) memperkeruh persaingan strategis dalam misi luar angkasa negara itu dengan Amerika Serikat (AS).

Perjalanan kedua kru dalam misi enam bulan akan bertugas mengawasi pembangunan stasiun luar angkasa Tiongkok, setelah negara tirai bambu itu dikeluarkan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada 2011 usai Kongres AS mengesahkan undang-undang yang melarang negaranya melakukan kontak resmi dengan program luar angkasa Tiongkok karena kekhawatiran atas keamanan nasional. Program luar angkasa Tiongkok yang ambisius telah mendorong Badan Antariksa dan Penerbangan AS (NASA) untuk kembali menempatkan astronot ke bulan dan membangun pangkalan bulan pertamanya.

Di sisi militer, AS dan Tiongkok saling tuding mempersenjatai ruang angkasa, di mana pejabat senior pertahanan AS memperingatkan bahwa Beijing dan Moskow sedang mengembangkan kemampuan untuk menghancurkan sistem satelit yang mendukung intelijen AS, komunikasi militer, dan jaringan peringatan dini. Sementara di sisi sipil, AS terus mewaspadai kemungkinan Tiongkok dapat memimpin eksplorasi ruang angkasa dan eksploitasi komersial, termasuk mempelopori kemajuan teknologi dan ilmiah yang akan menempatkan Tiongkok menguasai ruang angkasa dan dalam prestise di Bumi. Para pemimpin intelijen, militer, dan politik Amerika dengan tegas mengungkapkan sejumlah kekhawatiran mengingat Tiongkok dengan cepat menyamai pencapaian luar angkasa sipil dan militer AS.

Melalui citra kamera dan data spektral, para peneliti Tiongkok telah berhasil menemukan mineral pembawa air di batuan kerak keras seperti lempengan di dekat area pendaratan, yang membuktikan bahwa ada banyak aktivitas air cair di area pendaratan tersebut sejak satu miliar tahun silam. Para peneliti juga menemukan bahwa tanah di area pendaratan memiliki daya topang yang besar dan parameter gesekan yang rendah.

Mereka juga berhasil mengungkapkan dampak aktivitas angin dan air pada evolusi geologis dan perubahan lingkungan di Mars. Ini sangat mendukung hipotesis bahwa pernah ada lautan di Utopia Planitia Mars. Selain itu, hal ini juga memperkaya pemahaman ilmiah manusia tentang evolusi geologis dan perubahan lingkungan di Mars. Para peneliti juga menggunakan data eksplorasi Tianwen-1 untuk mendapatkan sejumlah pencapaian ilmiah luar biasa, termasuk hubungan antara kepadatan batuan di permukaan Mars dan derajat erosi permukaan, distribusi partikel netral dan ion di lingkungan luar angkasa dekat Mars, serta medan gravitasi Mars.

Tak hanya itu, Tiongkok juga bertujuan untuk mengirim astronot ke bulan dekade ini, serta mendirikan stasiun penelitian robot di sana. Mengutip The Associated Press, baik AS dan Tiongkok melihat program bulan sebagai batu loncatan dalam program bertahap menuju penjelajahan, penyelesaian, dan berpotensi mengeksploitasi sumber daya dan peluang ekonomi dan strategis lain yang belum dimanfaatkan yang ditawarkan oleh bulan, Mars, dan ruang angkasa pada umumnya. Kedua negara itu bahkan berniat membangun pangkalan untuk kru intermiten di kutub selatan bulan setelah itu.

Kini, NASA tengah menunggu tanggal peluncuran uji bulan tanpa awak Artemis 1, setelah dua upaya peluncuran sebelumnya terkendala masalah teknis. Di luar kemajuan dalam teknologi, sains, Artemis menunjukkan potensi penambangan mineral dan air beku di bulan, atau menggunakan bulan sebagai basis untuk mencari asteroid, termasuk potensi dalam pariwisata dan upaya komersial lainnya.

Amerika sendiri memiliki puluhan ribu satelit dalam apa yang dikatakan Angkatan Luar Angkasa sebagai ekonomi ruang angkasa global setengah triliun dolar. Satelit telah memandu GPS, memproses pembelian kartu kredit, membantu menjaga kualitas penayangan TV, radio, dan penggunaan ponsel tetap berjalan, hingga memprediksi cuaca. Tak hanya itu, satelit juga memastikan kemampuan komunitas militer dan intelijen untuk melacak ancaman yang dirasakan. "Dalam satu dekade, Amerika Serikat telah berubah dari pemimpin yang tidak perlu dipertanyakan lagi di luar angkasa menjadi hanya salah satu dari dua rekan dalam sebuah kompetisi," Senator Jim Inhofe, seperti dikutip dari The Associated Press.

Topik Menarik