BNPB Sebut Bencana Hidrometeorologi Basah Kembali Dominan: Periode Kering Sangat Singkat

BNPB Sebut Bencana Hidrometeorologi Basah Kembali Dominan: Periode Kering Sangat Singkat

Travel | BuddyKu | Rabu, 31 Agustus 2022 - 08:42
share

JAKARTA, iNews.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bencana hidrometeorologi basah kembali mendominasi pada akhir Agustus 2022. Hal itu terjadi setelah periode kering yang sangat singkat.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menjelaskan di minggu pertama hingga ketiga Agustus 2022 frekuensi bencana hidrometeorologi kering mendominasi yakni kekeringan dan kebakaran hutan, khususnya kebakaran hutan serta lahan.

Dia pun menjelaskan bencana hidrometeorologi basah yang mendominasi yaitu banjir, banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan abrasi pantai.

Setelah tiga minggu berturut-turut kita memiliki frekuensi kejadian hidrometeorologi kering lebih dominan dibanding hidrometeorologi basah, masuk di minggu-minggu terakhir Agustus ini menjadi kembali hidrometeorologi basah yang dominan, kata pria yang akrab disapa Aam itu, Rabu (31/8/2022).

Artinya, periode kering yang dialami di tahun ini sangat singkat. Biasanya, musim kemarau mulai Juni, Juli, dan Agustus. Kemudian September, Oktober, dan November masuk peralihan dari kemarau ke hujan serta pada Desember, Januari hingga Februari masuk puncak musim hujan.

Tetapi saat ini di Juni, Juli, dan Agustus kita memiliki waktu kering di mana kebakaran hutan dan lahan dominan sangat-sangat singkat, katanya.

Kita sudah balik lagi hidrometeorologi basah yang sangat dominan di mana kejadian banjir ini merata hampir di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Kalimantan Sulawesi sampai Papua, Sorong tadi yang menjadi perhatian kita, ucap Aam.

Oleh karena itu, Aam mengimbau agar hal ini menjadi alarm bagi masyarakat bencana hidrometeorologi kering selama awal bulan kembali lagi ke bencana hidrometeorologi basah di akhir bulan Agustus ini.

Ini merupakan alarm buat kita, peringatan dini buat kita bahwa kita sudah mulai bergeser lagi ke hidrometeorologi basah, meski pun potensi kebakaran hutan dan lahan masih ada. Tetapi dominannya sudah bergeser kembali ke hidrometeorologi basah dengan intensitas yang cukup besar, tuturnya.

Topik Menarik