19 Puisi Ibu Tercinta, Menyentuh Hati dan Penuh Makna

19 Puisi Ibu Tercinta, Menyentuh Hati dan Penuh Makna

Travel | BuddyKu | Rabu, 24 Agustus 2022 - 16:10
share

JAKARTA, iNews.id - Puisi ibu tersayang menjadi salah satu ungkapan cinta yang dibaca oleh anak kepada ibunya. Melalui puisi, anak-anak bisa mengekspresikan isi hati kita melalui sebuah kata-kata.

Puisi adalah bentuk bentuk karya sastra yang berisi ungkapan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif. Karya ini disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Membuat puisi tentu memiliki keindahan tersendiri yang disebabkan oleh pemilihan diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Selain itu, kekayaan makna dalam puisi yang disampaikan dapat disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa.

19 Puisi Ibu yang Bagus

Melansir dari beberapa sumber, berikut puisi ibu yang bagus dan dapat kamu berikan untuk ibu tersayang.

Senyummu bagai rembulan
Yang bersinar terang
Setitik noda pun tak ada dalam hatimu
Begitu tulus dan sangat berarti bagiku

Kau melahirkanku dengan susah payah
Kau anggap itu belum apa-apa
Bila semua itu dibandingkan denganku
Aku belum berbuat apa-apa

Tak terhingga kasihmu
Tak dapat dihitung
Bagai pasir di pantai
Dan bagaikan bintang di langit.

Ibu setiap rintikkan air matamu
Menyadarkan diriku atas perbuatanku
Pengorbanan yang telah kau berikan untukku
Selalu ku kenang sepanjang hidupku

Di bawah redupnya pelita malam
Ku rebahkan kepalaku di pangkuanmu
Aku merasakan hati yang penuh ketenangan
Lewat belaian hangat tangan halusmu

Ibu
Kau lah jantung dan hatiku
Darahmu mengalir deras di tubuhku
Semua tentang lukamu terikat dibatinku

Kutuliskan syair ini untukmu ibu
Dengan bait yang langsung terhubung denganmu
Dikiasi oleh goresan pena yang indah
Syair ini akan selalu mewarnai hidupmu

Bidasan dirgantara menodong sebuah mata tua
Menaruh aksentuasi pada wanita yang memarut muka
Turut larat membeliak dedikasi kepada putra putrinya
Memeras keringat dan senantiasa mengurut dada
Sudah serasa bahara yang teramat biasa bagi dirinya

Durjana dunia telah menyulih resistansi raga
Menguruk cua menjadi kentara derana yang menyatukan kalbu
Melegar profesi menyerak sang pembela barga
Tanpa basa basi mencerap sumbu menggebu-gebu

Dia laksana pelita pada ketaksaan jiwa
Senandungnya abadi merajai hati gembira
Sosoknya mampu memberus sorotan seluruh pemirsa
Tertawan segala kiprah yang kejat berjibaku
Malaikat tak bersayap, kupanggil ia dengan sebutan ibu

Sembilan bulan dalam kandungan
Ibu tersiksa siang dan malam
Semanjak itu dia menjaga
Semanjak itu dia berdoa
Nasib mu, oh Ibu

Setiap seekor serumpuk pun,
Tidak gak bisa menggigit
Si anak kecil itu
OhIbu
Kaulah seorang yang ku cintai
Kaulah seorang yang ku sayangi
Walaupun seluas samudra
Aku tidak bisa membalas budi mu

Ibu di kursi berdoa
Dari jendela datangnya
Ketika sore sendiri
Menulis di meja kayu jati

Berjatuhan cahaya-cahaya
Dari kerudung, kain dan selopnya
Kau tetap melihat jam
Sampai ukuran-ukuran yang dalam
Sampai ke dentang-dentang?
Masihkah kau membaca
Mengusap huruf-huruf di saat tidur
Kau tetap mendengar suara laut?

Biarkan sekali ini ku berbisik
Alangkah indahnya hariku denganmu
Kala arunika menyerbak di kelopak mataku saat pertama kalinya
Kau buai dengan tangan halus dan air mata bahagia

Sesuatu yang indah dari anugerah-Nya
Kini langkah tak terasa
Telah ada suara yang berbeda dari suara tangis itu
Telah ada beban yang berbeda dari sekadar pangkuanmu dulu
Dan telah ada pelukan hangat ketika kau sedang sendu

Sungguh segalanya tak sepadan dengan ketegaranmu
Ibu
Ibu
Ibu
Kau lah awal dan akhir dari cinta pertamaku
Sungguh, biarkan sua ini menyertai
Bahwa aku sangat menyayangimu

Ibuku sayang.. Ibuku yang selalu riang
Entah bagaimana aku harus membalas kebaikanmu bu
Di saat aku sedih, aku gagal engkau lah orang yang pertama kali mengusap air mataku dan memelukku
Di saat aku gembira ku lihat senyum tulus tersungging di bibir ibu

Ibu
Bagaikan malaikat tak bersayap
Yang kasih sayangnya sepanjang masa
Yang tak kenal lelah mengajarkan kebaikan
Yang tak pantang menyerah walau dilanda susah
Yang hatinya seluas samudra

Walau anak-anaknya menyayangi sepanjang galah
Maafkan jika anak-anakmu belum bisa membahagiakanmu ibu
Hanya doa yang selalu kami panjatkan untukmu
Semoga damai di alam sana
Aku rindu engkau ibuku

Teruntuk engkau yang aku rindu
Bila bahagia adalah bertemu
Ijinkanku berjumpa dengan engkau
Engkau yang menjadi pelarian mengadu

Terimakasih mama
Karena tetap bertahan dan berjuang
Mendampingi sekaligus melengkapi sayapku
Sayap yang telah lama hilang dan selalu aku rindu

Tak pernah terbayang olehku
Apa jadinya aku tanpa engkau
Aku tahu pada masa itu
Tak mudah bagi engkau berjuang sendirian

Dari lubuk hati yang teramat dalam
Mama
Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu
Maafkan aku yang belum bisa menjadi apa yang kau mau

Disini aku sedang berjuang mengarungi sebuah cita dan asa
Restu dan doa yang selalu kau berikan
Mengantarkanku sampai detik ini
Sebuah kata klise tapi benar dari lubuk hati
Love you mama

Tentang rasa yang tak pernah ku ungkap
Tentang hati yang terasa begitu pengap
Tentang lidah yang keluar tuk berucap
tentang rindu yang masih menancap

Aku berusaha melangkah tanpa tuntunan mu
Aku kehilangan semangat tanpa kehadiran mu
Aku kecewa saat jauh darimu
Aku menangis pelan karena merindukan mu

Walau yang ku rasa kadang pilu
Walau hati terus menahan sendu
Walau tangis masih sering mengisi waktu
Walau rindu masih sering mengapa ku

Aku akan menanti dengan sabar
Membiarkan rasa penat itu menjalar
Menutup senja hingga membuka fajar
Sampai rindu berakhir dengan kabar

Ibu, Kaulah gua teduh
Tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah kawah,
Darimana aku meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi, yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa
Gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam

Mata air yang tak berhenti mengalir
Membasahi dahagaku
Telaga tempatku bermain
Berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, laut, dan langit
Yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan
Yang mengawal perjalananku
Mencari jejak surga di telapak kakimu

(Tuhan, aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanatMu
Menyampaikan kasih sayangMu
Maka kasihilah Ibuku
Seperti Engkau mengasihi kekasih-kekasihmu
Amin)

Katanya alarm terbaik adalah Ibu
Katanya berkeluh kesah ternyaman pada Ibu
Katanya tak ada yang lebih dahsyat dari doa seorang Ibu
Faktanya tidak ada yang tidak benar dari semua itu

Ibu
Terimakasih karena yang sesungguhnya
Tanpamu aku bukanlah apa-apa
Tanpamu hidupku tak akan bermakna
Tanpamu duniaku tak ada artinya

Ibu
Putri kecilmu yang dulu sangat manja
Kini keadaan telah memaksanya untuk dewasa
Belajar menjadi seperti Ibu
Memberikan segala pengorbanan hanya untukku
Ternyata aku belum mampu

Maafkanlah bu
Terkadang hanya karena rutinitas ku
Aku tak sempat mengatakan rindu
Ibu tetaplah menjadi matahariku
Selalu berperan penting dalam hidupku

Tak kan kulupakan jasamu ibu
Kau mengandungku, melahirkanku
Resah, gelisah menjadi satu
Kau rasakan di dalam kalbu

Setiap waktu berjalan
Pekerjaanmu begitu melelahkan
Walau lelah keringat bercucuran
Tak pernah engkau keluhkan

Ibu
Kau curahkan cinta kasihmu
Kau belai dengan sentuhan lembutmu
Mendidikku dengan kasih sayangmu
Agar aku menjadi maju

Ibu
Tak hentinya aku membuatmu marah
Hingga kau menjadi gundah
Namun, engkau tetap tabah
Tersenyum ramah, tanpa keluh kesah
Dirgahayu Lah ibunda
Salam baktimu ananda
Teriring ucapan doa
Semoga Tuhan mengabulkannya

Semilir sarayu yang bersibak dalam afsun swastamita
Tak memupuskan langkah Bunda tuk menyiratkan afeksinya

Setiap malam, kidung harsa terdengar manis dalam ruang hampa
Tanpa harap eulogi, walau peluh melumpuhkan sekujur atma
Kalbuku berdegup memandang wajah cantikmu seakan tiada beban
Tutur manismu mampu mengiringi seluk-beluk kehidupan
Meredum tamparan perkara yang menghantui kalbu, berhamburan
Hingga atma berdaya melampaui liku buana kuan pagan

Ditengah penghujung malam, terselip doa walau derai menerpa
Memanjatkan doa teruntuk bunda yang menyuguhkan afeksi amerta
Tak lesap dirimu dalam jelma seram yang merisaukan asa
Meninabobokkan elegi menjadi nirwana dalam candramawa

Mungkin, aksara dalam pena ini tak sebanding adorasimu kian nirmala
Walau netra menatapku sebagai insan apatis tak berperasa
Kau menatapku laksana insan anindita tanpa dosa
Oh tuhan, mampukan hamba mengabdi jasa Bunda yang tak mampu ku jangka?

Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati aku dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada tuhan

Namun
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu

Ibu
Aku sayang padamu
Tuhanku
Aku memohon pada-MU
Sejahterakanlah dia selamanya

Dengan sel-sel darah engkau lahirkan kehidupan bagiku
Tetesan air mata tak terhenti seperti hujan yang mengalir

Tapi ada faya engkau pertaruhkan nyawa bagiku
Suara malaikat kecil bernyanyi
Rasa sakit hilang jadi bahagia
Tak sedikit kata terucap
Tak sedikit darah mengalir

Engkau tersenyum bagaikan rembulan dimalam yang sunyi
Sentuhan demi sentuhan kau usap dengan jemarimu
Kecupan bibirmu menghangatkan jiwaku
Hari berganti Bulan berganti Tahun
Menjagaku tanpa letih
Mendekapku dengan ketulusan
Cinta kasihmu tak lekang oleh waktu

Kau tuntun aku di jalur berliku yang penuh dengan batu
Untuk menuju ke kedewasaanku
Tak pernah kau pikirkan dirimu
Tak pernah kau pikirkan beratnya hidupmu
Sungguh begitu kuat dirimu
Kau begitu sempurna bagiku

Kau darah yang terus mengalir dihidupku
Ingin rasanya ku indahkan namamu
Ingin rasanya ku indahkan derajatmu
Ingin rasanya ku berikan seluruh hidupku untukmu

Namun apa daya aku hanya seorang lemah
Yang selalu mengikis relung hatinya dengan keegoisanku
Ingin ku ulang waktu untuknya
Kan kuberikan seluruh hidupku untuknya
Karena bahagiamu adalah surga bagiku

Ibuku dehulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Akupun lalu merajuk pilu
Tiada peduli apa terjadi
Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku

Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan, mang kacau-balau
Jurang celaka terpandang di muka
Kosongsong juga - biar cedera
Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun ke kalbu
Demikian engkau;
Ibu, bapa, kekasih pula
Berpadu satu dalam dirimu
Mengawas daku dalam dunia

Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan

Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan
Naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis, para malaikat
Menjelma
Butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar dari airmataIbunda
Membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
Sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu

Bunda, alangkah deras waktu berlalu
Membuat segala sosok bertukar rupa. Atau lumer
bagai salju

Kecuali rumah yang puluhan tahun engkau bangun
Bersama ayah. Di dalam kalbuku
Tempat jiwaku tetirah saban gundah

Rumah tempatku dulu bertumpu untuk melanglang
Bagai liang belalang di pohonan. Sebelum
Ia mencelat ke padang-padang

Alangkah fana semua yang di sisi
Kecuali wajah, kerudung, dan tadarus mu. Yang terus
Menyelimutiku dengan wangi kesturi

Di hadapanmu, Bunda, tetaplah aku anak balita
Dengan ubun-ubun rawan yang terus berdenyut
Tanpa suara
Jauh dan tembus waktu

Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
Yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
Dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
Menjadi sedap

Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencari sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang Ibu adalah kilau sinar kegaiban

Tuhan
Membangkitkan haru insan
Dengan kebijakan
Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan

Itulah 19 puisi ibu yang bermakna dan dapat menyentuh hati seorang Ibu. Semoga artikel ini bermanfaat ya!

Topik Menarik