Spirit Wahyu Rumanggang bagi Para Petani 5 Gunung

Spirit Wahyu Rumanggang bagi Para Petani 5 Gunung

Travel | BuddyKu | Selasa, 9 Agustus 2022 - 10:06
share

RADAR JOGJA Komunitas Lima Gunung kembali menggelar pesta budaya Festival Lima Gunung (FLG) ke XXI bagi para petani yang ada di lereng lima gunung. Yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Menoreh, dan Sumbing. FLG kali ini mengambil tema Wahyu Rumagang yang memiliki makna, dalam menjalankan suatu pekerjaan diperlukan adanya perjuangan yang gigih.

Wahyu merupakan suatu mukjizat yang diturunkan oleh Tuhan. Sedangkan Rumagang berarti harus bekerja utuk mendapat sesuatu, terutama wahyu. Pembukaan FLG ini diawali dengan prosesi Ritus Kali. Kemudian, dilanjutkan denganmenampilkan berbagai kesenian tradisional maupun kontemporer dari berbagai daerah. Mulai dari wayang alasan, puisi, tarian, leak mantran, hingga pertunjukan-pertunjukan lain.

Budayawan Jogjakarta Romo Gregorius Budi Subanar menuturkan, dua tahun sebelumnya, FLG digelar secara virtual. Namun, kali ini dihadirkan sebagai sebuah vaksinasi kultural dalam wujud pagelaran seni budaya yang konkret dengan masyarakat KLG.

Vaksinasi kultural ini, kata dia, diselenggarakan secara berkelanjutan dan menjadi kekayaan modal masyarakat dalam mewujudkan kemajuan martabat kehidupan bersama. Diamenyebut, kegiatanmenjadi kesempatan berharga bagi para petani maupun masyarakat lain untuk bertemu. Ada tiga wujud pertemuan, yakni konkret, sosial, dan virtual. Dan FLG tahun ini menjadi wilayah konkret perjumpaan, ujarnya saat memberi pidato budaya, Senin (8/8).

Sementara itu, Ketua Komunitas Lima Gunung Supadi Haryanto mengatakan, setelah dua tahun diadakan secara sederhana dan tertutup, tahun ini diselenggarakan secara terbuka. Tepatnya di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak. Sedangkan puncak festival ini berlangsung pada 30 September hingga 2 Oktober mendatang.

Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam Pondok Pesantren Salafi TegalrejoMuhammad Yusuf Chudlori menuturkan, komunitas ini memang selalu ada dan bakal terus melekat di ingatan masyarakat. Kondisi pandemi yang melandai ini dapat dimanfaatkan untuk menggelar kegiatan secara terbuka dan bersilaturahmi dalam bingkai kebudayaan.

Menurutnya, budaya ini merupakan bingkai yang paling luwes. Dia berharap, adanya festival ini menjadi penyejuk dan menghaluskan rasa. Soal kontestasi hal biasa, tetapi harus tetap ada dalam bingkai seni budayanya, ujarnya.

Dia menilai, FLG ini menjadi satu upaya dan ikhtiar bersama yang ditujukan untuk para tokoh elit agar terus melihat orang-orang desa dan pegunungan yang notabene kurang mengenal lingkungan dengan luas. Karena dia yakin, apapun falsafah nilai-nilai di masyarakat, guyub rukun akan terjaga dan terus ditularkan.Kegiatan ini juga dinilai istimewa lantaran bulan Muharam identik dengan bulan tirakatan dan penuwunan.

Terlebih, naiknya harga kebutuhan bahan pokok tidak diimbangi dengan harga sayuran yang justru anjlok. Banyak petani yang mengeluh karena sayurnya tidak laku dijual. Kami berharap, adanya FLG ini bisa membuat senang masyarakat di pegunungan, imbuhnya. (aya/pra)

Topik Menarik