Fenomena Suhu Dingin di Musim Kemarau
BEBERAPA hari belakangan, banyak masyarakat di NTB merasakan ada hal yang tidak lazim terjadi, khususnya pada malam hingga menjelang pagi hari. Banyak di antara mereka yang merasakan kedinginan luar biasa hingga bertanya-tanya mengapa pada musim kemarau, suhu dinginnya menyerupai musim hujan. Pada Minggu, 24 Juli 2022 yang lalu, seorang pendaki Gunung Rinjani sempat merekam adanya es batu di atas tenda tempat mereka berkemah sebagai bukti bahwa dingin yang mereka rasakan saat itu memang luar biasa.
Senin pagi, 25 Juli 2022, Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat mencatat suhu minimum 16.6 derajat Celcius. Nilai ini merupakan rekor suhu terendah selama tahun 2022, setelah sebelumnya pada 8 Juli 2022 yang lalu, suhu minimum terendah tercata sebesar 18.3 derajat Celcius.
Penyebab Fenomena Suhu Dingin
Fenomena suhu dingin di periode musim kemarau sebenarnya adalah suatu hal yang lumrah terjadi. Suhu dingin yang melanda Indonesia bagian selatan seperti Jawa, Bali, NTB dan NTT merupakan siklus suhu minimum tahunan yang normal dan umum terjadi pada periode puncak musim kemarau. Nusa Tenggara Barat sendiri telah diprakirakan oleh BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat akan mengalamu puncak musim kemarau pada bulan Juli hingga Agustus 2022.
Fenomena suhu dingin ini terjadi akibat menguatnya angin timuran dari wilayah Australia yang pada saat ini tengah mengalami musim dingin (winter). Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia. Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin.
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.
Selain itu, tutupan awan yang relatif sedikit (clear sky) menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar sehingga membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.
Gerak semu matahari juga turut andil dalam terjadinya fenomena suhu dingin ini. Gerak semu matahari memberi dampak tidak langsung, berupa terbentuknya suhu dingin di Australia dan lautan sekitarnya dan sebaliknya suhu maksimum berada di bumi bagian utara. Pada bulan Maret hingga September seperti saat ini, matahari berada di bumi bagian utara. Hal ini berampak pada pemanasan terjadi lebih intens di sana. Adapun di wilayah selatan khatulistiwa kehilangan sumber panas sehingga suhu udaranya menjadi lebih dingin.
Faktor lokal di suatu wilayah tidak kalah penting andilnya dalam fenomena suhu dingin ini. Misalnya saja topografi, ketinggian tempat dan posisi geografisnya. Daerah yang berbukit-bukit akan memiliki suhu udara atau kondisi iklim yang berbedadengan daerah yang merupakan dataran terbuka. Tempat yang tinggi akan memiliki suhu yang lebih rendah daritempat yang lebih rendah.
Normal Suhu Minimum di NTB
BMKG melalui Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat mencatat normal suhu minimum pada bulan Juli adalah 20.4 derajat Celcius dan pada bulan bulan Agustus adalah 20.3 derajat Celcius. Hal ini sejalan dengan berlangsungnya puncak musim kemarau di wilayah NTB.
Pada bulan setelahnya, memasuki periode peralihan musim antara musim kemarau ke musim hujan, normal suhu minimum di NTB berangsur semakin tinggi sehingga fenomena suhu dingin seperti yang terjadi beberapa waktu belakangan ini minim terjadi.
Meski sama-sama mengalami musim kemarau, wilayah di utara Indonesia seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Utara suhu udaranya justru lebih hangat pada bulan Juli. Bahkan di Sulawesi Utara pada bulan Juli suhu udara mendekati suhu maksimumnya. Di wilayah Indonesia bagian utara, musim kemarau hanya menyebabkan suhu dingin saat pagi hari. Pada siang hari suhu udaranya akan terasa panas karena gerak semu matahari tengah berada di sebelah utara.
Antisipasi Fenomena Suhu Dingin
Seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat bahwa fenomena suhu dingin pada periode musim kemarau adalah hal yang wajar terjadi, kekhawatiran masyarakat yang berlebih harusnya bisa mulai diredam. Menghadapi fenomena suhu dingin yang melanda di periode puncak musim kemarau seperti sekarang ini, masyarakat perlu mempersiapkan beberapa hal terkait kesehatan seperti makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, konsumsi vitamin bila perlu dan penyesuaian pakaian yang tepat. (*)

