Cerita Pendaki Gunung Arjuno yang Tersesat: Masuk Alam Gaib dan Lihat Pohon Aneh
MALANG - Banyak pendaki yang tersesat di Gunung Arjuno. Terakhir kali seorang pelari lintas alam Mantra Summit Challenge 2022 bernama Yurbianto Basri tersesat selama tiga hari sejak Minggu (3/7/2022) hingga ditemukan pada Selasa malam (5/7/2022).
Beberapa faktor, mulai dari kelelahan hingga alasan tak logis menjadi penyebabnya. Cerita mengerikan disampaikan seorang pendaki yang pernah tersesat di Gunung Arjuno. Pendaki bernama Muhammad Naam warga Kutorejo, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan ini tersesat pada Maret 2022 lalu.
Muhammad Naam mengakui, sewaktu tersesat itu ada sejumlah faktor tak wajar yang di luar nalar manusia biasa terjadi padanya. Pasalnya ia memasuki dimensi alam lain di dunia tak kasat mata yang dihuni para makhluk gaib.
"Tersesat ya memang nggak wajar, berada di dua alam yang dirasakan aku berada di dunia mereka dan di dunia manusia," ucap Naam ditemui MNC Portal di Posko Pendakian Gunung Arjuno di Lawang, Malang, pada Kamis (7/7/2022).
Naam menambahkan, awalnya ia tersesat saat mendaki bersama empat orang rekannya di Gunung Arjuno. Saat itu ia mencoba mencari bantuan logistik dan meminta melaporkan ke posko, karena ada temannya yang mengalami insiden terluka saat menuruni puncak Gunung Arjuno. Ia berusaha mengejar dua rombongan pendaki yang sebelumnya didahului saat hendak menuju puncak.
"Ketika kondisi nggak memungkinkan untuk turun mereka tak taruh di persimpangan bebatuan di situ, tak keluarkan semua (logistik), aku turun cari bantuan, enggak ke pos, ngejar ada dua rombongan yang saya salip rombongan terakhir," ungkap dia.
Tetapi keanehan muncul, dua rombongan yang dilihatnya ternyata tak ada alias menghilang. Padahal dikatakan Naam dirinya baru beberapa saat melihat rombongan pendaki tersebut. Parahnya lagi saat menyusul mencari bantuan itu tiba-tiba kabut turun menutupi pandangan matanya.
"Kayak kita jalan tiba-tiba itu kayak awal disesatkan di hari Minggu diawali semua dari kabut, kabut menutup pandangan kita. Kabut yang awalnya jarak pandang gelap sedikit demi sedikit berubah jadi kayak hutan. Itu awal mulanya seperti itu," ujarnya.
Ironisnya saat tersesat itu Naam tak membawa alat komunikasi atau logistik lainnya. Sebab panik ia meletakkan perbekalan dan tas gunungnya berisikan perbekalan logistik di temannya yang masih berada di atas, usai turun dari puncak.
"Jam 12-an jadi turun aku tersesat mulai jam 2 siang. Awal mula tersesat jalan lurus masih enggak banyak hutan, di atas Plewangan jauh, sama kabut tiba-tiba tebal datang dan jarak pandang sudah enggak kelihatan, enggak berpikir untuk balik, atau cari jalan lain itu," jelasnya.


