Politikus Uni Eropa: NATO Itu Ancaman Terbesar bagi Perdamaian Global

Politikus Uni Eropa: NATO Itu Ancaman Terbesar bagi Perdamaian Global

Travel | BuddyKu | Selasa, 28 Juni 2022 - 15:35
share

PARIS, iNews.id NATO dipandang sebagai ancaman terbesar bagi perdamaian global saat ini. Pasalnya, aliansi militer itu terus berusaha mendorong Uni Eropa menuju konfrontasi dengan Rusia dan China.

NATO juga berusaha menghancurkan zona penyangga dengan memaksa negara-negara netral untuk memihak dalam konfrontasi itu. Pandangan tersebut diungkapkan oleh anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Herve Juvin, kepada katnor berita TASS , Senin (27/6/2022).

Berkat propaganda NATO yang meluas, menjadi jelas bahwa organisasi, yang pernah digambarkan oleh (Presiden Prancis) Emmanuel Macron sebagai mati otak, itu telah berubah dari aliansi trans-Atlantik menjadi struktur global, kata Juvin.

Menurut dia, NATO seakan-akan menganggap Uni Eropa sebagai kantor untuk pendaftaran anggotanya. Dengan logika tersebut, pakta pertahanan pimpinan AS itu meningkatkan tekanan pada Georgia dan Armenia untuk menjadi anggotanya. Padahal, negara-negara itu sejatinya tidak pernah menjadi bagian dari Eropa secara geografis.

Tekan serupa juga dialami negara-negara Balkan seperti Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Makedonia Utara, dan Kosovo.

Ini adalah langkah berbahaya, karena menghilangkan seluruh ruang keamanan, zona penyangga yang diberikan kekuatan besar satu sama lain sebagai harga untuk keamanan mereka, ujar Juvin.

NATO adalah ancaman nomor satu bagi perdamaian di seluruh dunia karena mengepung Rusia dan bersiap-siap untuk mengepung China. Dan Uni Eropa bersujud kepada NATO, yang, pada kenyataannya, melayani kepentingan Anglo-Amerika, yang secara radikal asing bagi Eropa, ucapnya.

Menurut dia, situasi ini berangkat dari ketidaktahuan para elite pemerintah Eropa serta para pejabat yang menduduki pucuk pimpinan lembaga-lembaga di benua itu.

Dia lantas membandingkan situasi keamanan saat ini dengan Krisis Rudal Kuba 1962. Kala itu, Amerika Serikat mengerahkan rudal jarak menengah di Turki. Tindakan Washington DC itu kemudian dibalas Uni Soviet dengan mengerahkan militernya di Kuba.

Namun, perang terbuka dapat dihindarkan pada waktu itu berkat diplomasi. Kedua belah pihak (AS dan Uni Soviet) pun akhirnya mengakui keprihatinan yang sama di bidang keamanan.

Juvin berpendapat, dalam situasi saat ini, Washington DC harus memperhitungkan kekhawatiran Moskow dan menarik rudal jarak menengahnya dari Polandia dan Rumania. AS juga disarankan untuk menutup pusat-pusat penelitian senjata biologi dan kimia di dekat perbatasan Rusia.

Sayangnya, diplomasi Amerika yang dulunya menghormati kekuatan lain, kini telah jatuh ke tangan kaum neokonservatif, yang secara alkitabiah bermimpi menghancurkan musuh, kata dia.

Bahaya utamanya adalah mengabaikan kenyataan, yang menjadi ciri khas politik Amerika hari ini, dan kini juga menjadi politik Eropa. Tidak ada yang lebih berbahaya dalam politik luar negeri daripada membagi-bagi orang menjadi bad guys (orang jahat) dan good guys (orang baik), ujar Juvin lagi.

Topik Menarik