Klitih Jogja Kembali Makan Korban Anak Perantau, Masih Amankah Wisata Jogja?

Klitih Jogja Kembali Makan Korban Anak Perantau, Masih Amankah Wisata Jogja?

Travel | indozone.id | Senin, 4 April 2022 - 17:17
share

Aksi kriminal jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang biasa disebut \'klithih\' atau \'klitih\' kembali memakan korban tewas pada Minggu malam (3/4/2022).

Kali ini, yang menjadi korban adalah DAA (18 tahun), seorang pelajar SMA asal Kebumen, Jawa Tengah, yang merantau ke Jogja untuk menimba ilmu.

DAA dihantam dengan menggunakan senjata oleh para pelaku yang menurut saksi ada 5 orang, saat hendak mencari makan untuk sahur.

Belakangan diketahui, DAA merupakan anak dari anggota DPRD Kebumen Madkhan Anis.

DAA menjadi korban keganasan \'klithih\' di Jalan Gedongkuning, Kalurahan Banguntapan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

Enam orang diduga klitih saat diaman kan pihak kepolisian (Foto: Istimewa)
Enam orang diduga pelaku klithih saat diamankan pihak kepolisian (Foto: Istimewa)

Kabar tersebut turut dibagikan di grup Facebook Info Cegatan Jogja (ICK) pada Senin dini hari.

Sebelum menghembuskan napas terakhir, korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tak terselamatkan.

"Innalillahi...Siswa SMA MUHAMMADIYAH 2 JOGJA (MUHA) jadi kurban kliteh ahad dini hari. Korban anak SMA MUHA, saat ahad dini hari mau cari makan utk saur dipacok di depan PLN Banguntapan Gedongkuning. Jam 12 hari minggu dari rumah sakit harjolukito di bawa ke kebumen utk dimakamkan. Diantar teman kelas nya, bpk kepala sekolah dan bpk ibu guru.. Orangtua kurban anggota dewan di kebumen," tulis unggahan di grup tersebut.

Masih Amankah Wisata di Jogja?

Bagi sebagian besar orang, salah satu pertanyaan yang muncul menyusul kembali terjadinya aksi klithih tersebut adalah: masih amankah Yogyakarta sebagai destinasi wisata?

Pertanyaan tersebut berulang kali pernah dipertanyakan oleh berbagai elemen masyarakat, baik orang luar Jogja maupun orang asli Jogja sendiri.

Pada 9 Januari 2019 lalu, misalnya, seribuan orang mendatangi Kantor Kepatihan Yogyakarta, menuntut pembentukan Peraturan Daerah yang mengatur pencegahan klitih.

Mereka berjalan kali dari Alun-alun Utara Yogyakarta menuju Kantor Kepatihan pada pukul 09.00 WIB dengan membawa spanduk "Aksi Lawan Klithih". Ratusan pengemudi ojek online juga ikut dalam aksi itu.

"Dengan keistimewaan Yogyakarta ini mungkin Bapak Gubernur bisa mengeluarkan Perda untuk kejahatan jalanan ini biar ada efek jera bagi pelaku," kata Koordinator Aksi, Suryo Aji, seperti dilansir Antara.

Menurut Suryo, dengan adanya peraturan khusus yang mengatur tentang pencegahan klithih, kepolisian akan memiliki dasar hukum untuk menindak pelakunya meski masih di bawah umur.

"Soalnya, mohon maaf, pelaku kejahatan jalanan karena masih di awah umur setelah ditangkap kebanyakan bebas dan malah merasa bangga dan kembali melakukan lagi," kata Suryo.

Menurut Suryo, meski Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kerap mempermasalahkan aspek hak asasi anak bagi pelaku klithih, perlu diingat bahwa masyarakat Yogyakarta juga memiliki hak asasi untuk mendapatkan jaminan rasa aman ketika di jalan.

"Intinya masyarakat berpikirnya yang penting aman, nyaman, dan damai," kata dia.

Suryo juga meminta adanya jaminan sanksi sosial dan penegakan hukum yang transparan dalam penanganan bagi para pelaku kriminal jalanan.

"Melalui aksi ini kami juga mengajak mengefektifkan kembali program \'Jam Belajar Masyarakat\' dan meningkatkan peran serta orang tua dalam mengawasi putra-putranya," kata dia.

Sri Sultan: Jangan Dibesar-besarkan

Wisatawan berfoto di pangkal Jalan Malioboro, Jogja, 17 Agustus 2017 silam, sebelum kawasan Malioboro direnovasi. (Foto: Indozone/ABUL MUAMAR)
Wisatawan berfoto di pangkal Jalan Malioboro, Jogja, 17 Agustus 2017 silam, sebelum kawasan Malioboro direnovasi. (Foto: Indozone/ABUL MUAMAR)

Gubernur DIY,Sri Sultan Hamengkubuwono Xmengakui bahwa klithih di wilayahnya mengganggu sektorpariwisata.

Dalam dua pernyataan berbeda pada Kamis (30/12/2021) dan Jumat (31/12/2021), Sultan mengaku geram terhadap aksi kriminal yang menyerupai begal ini. Namun di sisi lain, dia meminta seluruh pihak untuk tidak membesar-besarkan masalah ini.

Toh, yang melakukan sudah ditangkap, ya sudah selesai persoalannya, kata Sultan, Jumat (31/12/2021), seperti dilansir Antara.

Sultan yang hari itu bertemu dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa selama tiga jam, merasa tidak perlu ada "kekuatan lain" di Jogja untuk mengatasi klithih ini.

Sebetulnya kita punya kesempatan yang sama untuk berkoordinasi. Semoga saja di tahun depan kondisinya bisa jauh lebih baik. Di Jogja ini ya memang adem ayem tentrem, tidak perlulah ada kekuatan-kekuatan lain seperti api dalam sekam, kata sang raja Keraton Yogyakarta itu.

Lebih jauh, Sultan merasa bahwa masalah "klithih" itu sengaja dirancang oleh oknum tertentu supaya Jogja dianggap tidak aman lagi.

"Mungkin teman-teman tidak merasa kalau itu by design misalnya, jadi supaya klitih ini diperpanjang terus menjadi sesuatu yang akhirnya dinyatakan Yogya tidak aman dan nyaman," ujarnya.

Peran Semua Elemen

ist
Sunset di kawasan Tugu Jogja. (Foto: Indozone/Abul Muamar)

Wakil Kepala Kepolisian Daerah DIY, Brigjen R Slamet Santoso mengakui mereka tidak bisa mengatasi persoalan klithih ini sendiri.

Supaya bisa menangani ini secara komprehensif, tidak hanya dari kepolisian saja, tetapi juga guru-guru ikut bertanggung jawab, termasuk pada orang tua, kata Slamet saat konferensi pers akhir tahun Polda DIY 2021, Rabu (29/12/2021).

Polisi juga meminta lampu penerangan jalan diperbanyak, meminta orang tua untuk tidak membelikan sepeda motor kepada anak di bawah 17 tahun.

Dari data para pelaku-pelaku itu, kita sudah memiliki data, dimana dia sekolah dan alamat rumahnya. Kita kasih pembinaan dan penyuluhan juga kepada para orang tua, tambah Slamet.

Wisatawan naik andong di kawasan Jalan Malioboro, Kota Jogja, beberapa waktu lalu. (Foto: Abul Muamar)
Wisatawan naik andong di kawasan Jalan Malioboro, Kota Jogja, beberapa waktu lalu. (Foto: Abul Muamar)

Polisi juga mengaitkan kasus-kasus ini dengan penyalahgunaan narkoba. Dalam mayoritas kasus, narkoba atau minuman keras turut berperan meningkatkan kenekatan pelaku.

Kelompok yang ditangkap sebelum penghujung tahun 2021, diketahui mengonsumsi minuman keras sebelum beraksi, dan salah satunya menelan obat terlarang jenis benzo alprazolam.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa. Menurut dia, perlu ada forum bersama yang khusus menangani permasalahan klithih ini.

"Tidak hanya para pemangku kepentingan yang terlibat, pihak keamanan TNI-Polri, pendidikan sekolah dan peran serta orang tua agar supaya mengawasi anak-anak tetap harus dilakukan," katanya.

Danang mengakui, "klithih" ini sudah cukup lama terjadi di DIY, tak terkecuali di Kabupaten Sleman yang banyak melibatkan anak-anak dan remaja usia sekolah SMP dan SMA.

"Kembali maraknya aksi \'klithih\' ini sangat meresahkan masyarakat di Sleman, dan DIY pada umumnya akhir-akhir ini. Tentunya kita sangat prihatin, anak-anak seusia belasan mempunyai keberanian untuk menyakiti sesamanya, bahkan sampai ada korban yang tewas," katanya.

Lebih jauh Danang mengaku banyak mendengar bahwa sebenarnya banyak orangtua yang mengetahui anaknya keluar rumah pada malam hari, bahkan tahu bahwa saat pergi anaknya membawa sepeda motor dan ada yang membawa senjata tajam.

"Tetapi kenyataannya banyak orangtua yang tidak mampu mencegah, karena mereka juga takut diancam oleh anaknya dan khawatir justru menjadi korban kekerasan dari anaknya sendiri. Dengan kondisi seperti ini maka sangat dibutuhkan adanya forum bersama untuk penanganan \'klithih\'," katanya.

Artikel Menarik Lainnya:

Wisata Jogja yang \'Adem Ayem\' Terancam Klithih yang Sadis, Sultan: Jangan Dibesar-besarkan

Wisatawan Domestik Diharapkan Dapat Pulihkan Pariwisata Jogja

Begini Wujud Wajah Baru Malioboro, Sepi PKL Nyaman Bagi Wisatawan

Topik Menarik