Beranjangsana ke Masjid Kampus UGM yang Lagi Heboh, Menaranya Rp9 M, Pernah Utang Rp1,5 M
Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menjadi topik pembicaraan hangat dalam beberapa jam terakhir sejak Kamis malam (31/3/2022).
Hal itu menyusul beredarnya daftar nama-nama pembicara tarawih di masjid tersebut untuk Ramadhan 2022 atau 1443 Hijriah selama sebulan.
Yang menjadi sorotan, nama-nama pembicara yang terdaftar bukan "orang biasa", tetapi kebanyakan tokoh-tokoh politik nasional. Sebagian nama bahkan digadang-gadang bakal maju pada Pilpres 2024 mendatang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Indozone, mereka antara lain Mahfud MD (3 April), Ridwan Kamil (5 April), Ganjar Pranowo (6 April), Anies Baswedan (7 April), Nadiem Makarim (8 April), Sultan Hamengkubuwono X (9 April), dan Sandiaga Uno (10 April).
Yang Menarik dari Masjid Kampus UGM
Bagi kalangan mahasiswa UGM dan sebagian masyarakat Yogyakarta, Masjid Kampus UGM termasuk salah satu masjid yang paling banyak dikunjungi sebagai destinasi wisata, selain sebagai tempat untuk beribadah. Masjid ini karib disebut \'Maskam\', singkatan dari Masjid Kampus.
Di masjid ini, terdapat kolam yang menjadi salah satu spot favorit para pengunjung untuk berfoto.
Selain kolam, di masjid ini juga ada menara setinggi 99 meter, dengan lampu warna-warni yang berubah otomatis saat malam.
Melalui puncak menara ini, pengunjung dapat menyapu lanskap Kota Jogja, cocok buat ngabuburit sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Namun, sejak 2018, menara masjid ini ditutup sementara oleh pengelola. Pengunjung tidak dibolehkan lagi naik ke atas menara.
Pembangunan menara tersebut menelan biaya sebesar Rp9 miliar.
Pada bulan Ramadhan 2019, ketika wartawan Indozone berkunjung ke sana untuk berbuka puasa, terpampang banner pemberitahuan mengenai rincian biaya pembangunan menara tersebut.
Ketika itu, dana yang sudah dikeluarkan sebesar Rp7,5 miliar. Untuk penyelesaian, diperlukan dana Rp1,5 miliar lagi.
"Masih utang sampai saat ini: Rp 1,5 miliar. Mohon sumbangan infaq/shodaqoh dikirim ke BNI Bulak Sumur," demikian permohonan sumbangan yang tertulis pada banner tersebut.
Sejarah Pembangunan
Dilansir laman UGM, pada tanggal 21 Mei 1998, tepat pada saat Presiden Soeharto lengser, panitia pembangunan masjid kampus tengah menentukan arah kiblat dengan melibatkan pihak Departemen Agama RI (Depag) dan tim dari jurusan Teknik Geodesi UGM.
Setelah arah kiblat ditentukan, pembangunan Masjid Kampus kemudian diawali dengan kegiatan peletakan batu pertama secara teknis yang hanya dihadiri oleh beberapa orang panitia pembangunan Masjid Kampus.
Selanjutnya, pembangunan Masjid Kampus pun dimulai dengan hanya berbekal Rp 60 juta (dana yang sebelumnya didapat sudah digunakan untuk memindahkan makam dari tanah Masjid Kampus).
Nama \'Masjid Kampus UGM\'
Pemberian nama \'Masjid Kampus UGM\' memiiiki kisah tersendiri. Awalnya, pemberian nama Masjid Kampus UGM akan dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi, menyaringnya, dan kemudian memilih mana yang paling baik dan mengandung makna yang baik pula.
Masjid tersebut sempat akan dinamai sebagai Masjid Al-lkhlas. Akan tetapi ketika disampaikan pada Rektor UGM yang kala itu dijabat oleh Ichlasul Amal, ia tidak menyetujui karena ada kemungkinan muncul stigma bahwa penamaan dipengaruhi oieh dirinya.
Akhirnya, rektor saat itu mengajukan usulan agar penamaan masjid kampus cukup dengan Masjid Kampus UGM. Ini didasari pada pengamatan bahwa di Timur Tengah, masjid biasanya tidak memiliki nama seperti di Indonesia, tetapi penamaan masjid merujuk pada lokasi tersebut.
Artikel Menarik Lainnya:
Unik! Masjid Peninggalan Raja Surakarta Kiblatnya Serong ke Kiri, Kok Bisa?
Mirip Taj Mahal, Masjid di Pekanbaru Punya Menara Melambangkan 4 Sahabat Rasulullah SAW
Alhamdulillah, Ibadah di Masjid Agung Solo jadi Nyaman Berkat Para Bocah Ini


