Kisah Haru Bico si Burung Parkit, Harta Paling Berharga Korban Perang Gaza

Kisah Haru Bico si Burung Parkit, Harta Paling Berharga Korban Perang Gaza

Terkini | okezone | Sabtu, 18 Oktober 2025 - 08:35
share

GAZA - Seekor burung hijau bernama Bico, bola yang usang, cincin emas, dan surat bertabur hati dari seorang teman sekolah. Ini hanyalah beberapa benda yang dibawa warga Palestina setelah terpaksa meninggalkan rumah mereka selama dua tahun perang.

Di Gaza, kini warga mulai kembali ke sisa-sisa komunitas mereka. Banyak yang hanya menemukan reruntuhan, dengan barang-barang yang dulunya berharga dan ditinggalkan kini terkubur di bawah puing-puing.

Berbicara dengan beberapa orang tentang benda-benda, mulai dari yang sentimental hingga yang tampak biasa-biasa saja. Mereka pegang erat sepanjang perang, serta risiko yang mereka ambil agar tidak kehilangannya.

"Bagi saya, hewan peliharaan adalah jiwa saya. Ke mana pun saya pergi, mereka ikut bersama saya. Saya memperlakukan mereka seperti saya memperlakukan anak saya," kata seorang warga Gaza yang tak disebutkan namanya seperti dilansir BBC, Sabtu (18/10/2025).

Rumahnya hancur, sehingga ia kini tinggal di apartemen ibunya bersama putranya. Kondisi apartemen itu rusak parah, namun ia merasa berada dalam situasi yang lebih baik daripada orang lain.

"Saya mengungsi berkali-kali selama perang, bahkan sempat berada di jalanan selama berhari-hari tanpa tempat berlindung sampai beberapa orang baik memberi kami tenda. Perang ini telah merendahkan dan mempermalukan kami. Ini telah menghancurkan kami," ungkapnya.

Ia memiliki beberapa kura-kura dan seekor burung bernama Bico, seekor parkit berleher cincin. "Ketika saya berbicara dengannya, dia menjawab. Dia tersenyum bersama saya," katanya.

 

Ada juga Luca, sang kucing. "Ketika saya mulai menangis, dia datang untuk menangis bersama saya. Saya memanggilnya Luca karena saya mendapatkannya karena keberuntungan. Saya menemukannya di jalan, dipenuhi serangga."

Dalam pengungsian terakhir, ketika tank-tank mencapai lingkungan tempatnya berlindung, ia sempat menumpang di rumah keluarga lain. Sayangnya, pemilik rumah terganggu dengan keberadaan hewan peliharaannya.

"Saya kembali ke apartemen ibu saya meskipun saat itu berada di bawah perintah evakuasi dan ada tank. Saya tinggal di sana sendirian sampai perintah itu dicabut," kisahnya.

Kandang burung itu kini usang dan rusak karena dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, dan sulit menemukan pengganti atau makanan hewan.

"Tapi saya tidak akan membiarkan burung, kura-kura, dan kucing saya celaka. Mereka adalah jiwa saya, anak-anak saya, mereka mengerti saya. Saya senang untuk mereka sekarang karena pemboman telah berhenti," tegasnya.

Topik Menarik