BNPB Pasang Sensor Peringatan Dini Banjir di Gunung Semeru
JAKARTA, iNews.id – Gunung Semeru dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Saat ini, aktivitas vulkaniknya berada di Level II atau status Waspada.
Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, sepanjang tahun 2025 gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut ini sudah mengalami erupsi sebanyak 2.449 kali.
Risiko bencana akibat erupsi Semeru tidak hanya terbatas pada guguran awan panas dan abu vulkanik. Ancaman lain yang juga berbahaya adalah banjir lahar dingin, terutama saat kawasan sekitar gunung mulai memasuki musim hujan.
Ada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) yang paling rawan terkena dampak lahar dingin, yaitu Sungai Besuk Kobokan di Kecamatan Pronojiwo, Sungai Besuk Lanang di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, serta Sungai Regoyo di Kecamatan Candipuro.
Pada 2024 lalu, intensitas hujan tinggi di kawasan Gunung Semeru memicu banjir lahar dingin yang membuat debit air di DAS Regoyo, DAS Mujur, dan DAS Glidik di Kabupaten Lumajang meluap pada Kamis (18/4) pukul 19.30 WIB.
Jay Idzes Ungkap Penyebab Timnas Indonesia Kalah 2-3 dari Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Akibat peristiwa tersebut, sembilan kecamatan terdampak, meliputi Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Lumajang, Sukodono, Sumbersuko, Pasrujambe, Padang, dan Tempeh.
Banjir lahar dingin kala itu juga mengakibatkan kerusakan parah: empat rumah warga, satu sepeda motor, 24 DAM irigasi, serta 17 jembatan. Delapan di antaranya bahkan putus total karena derasnya arus lahar dari DAS Regoyo, Mujur, dan Glidik. Dua orang dilaporkan meninggal dunia setelah terseret aliran lahar di Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Peringatan Dini Banjir Lahar Dingin
Mengingat potensi ancaman tersebut, diperlukan upaya identifikasi risiko yang lebih detail dan sinergi antar lembaga guna meningkatkan kesiapsiagaan serta mengurangi kemungkinan korban.
Saat ini, sistem peringatan dini di Semeru sudah dipasang oleh sejumlah instansi, di antaranya BMKG dan PVMBG.
Untuk memperkuat sistem tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menambahkan perangkat peringatan dini banjir lahar dingin di kawasan Gunung Semeru, Jawa Timur. Pemasangan ini mendapat dukungan dari Pemerintah Swiss melalui Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC).
BNPB memasang dua jenis alat, yaitu Automatic Rain Gauge (ARG) atau alat ukur curah hujan otomatis sebanyak empat unit, serta Automatic Weather Station (AWS) atau stasiun cuaca otomatis sebanyak satu unit. Perangkat ini dilengkapi panel surya serta sistem teletransmisi yang terhubung dengan jaringan pemantauan sebelumnya.
Adapun sensor ARG dipasang di Pos Pengamat Gunungapi (PGA) Gunung Sawur, Stasiun Ranu Kumbolo, Stasiun Besuk Bang, dan Stasiun Tawon Songo. Sementara itu, sensor AWS dipasang di Stasiun Argosuko.
Sistem baru ini melengkapi Early Warning System (EWS) yang telah ada, dengan pemantauan aliran dari hulu hingga hilir. Selain itu, kehadiran perangkat ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan warga di empat desa prioritas: Jugosari, Gondoruso, Pasrujambe, dan Kertosari.
Proses pemasangan sensor dilakukan melalui kolaborasi BNPB dengan PVMBG, BMKG, serta BPBD Kabupaten Lumajang. Dengan kerja sama lintas lembaga ini, sistem pemantauan dan peringatan dini di Gunung Semeru diharapkan mampu berjalan lebih efektif, terkoordinasi, serta meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sekitar terhadap ancaman banjir lahar dingin.










