3 Fakta Pembunuhan Muslim di Prancis, Sadis Ditikam Puluhan Kali Saat Salat di Masjid
JAKARTA, iNews.id - Fakta-fakta pembunuhan Muslim di Prancis menggemparkan dunia, menyusul tewasnya seorang pemuda Muslim secara tragis di sebuah masjid. Korban, Aboubakar Cisse (24), dibunuh secara keji dengan 4-0 sampai 50 kali tusukan saat sedang salat.
Parahnya lagi pelaku, Olivier H, merekam semua kejadian itu menggunakan kamera ponselnya, termasuk saat korban sekarat. Bukan hanya itu, Olivier juga meneriakkan hujatan-hujatan terhadap Islam, menunjukkan kebencian yang luar biasa.
Tak heran jika kejadian ini mengundang kecaman luas, baik di Prancis maupun dunia internasional.
Peristiwa itu terjadi Masjid Hatice, Kota La Grand-Combe, Gard, dekat dengan Ales, pada Jumat (25/4/2025) pukul 08.00 waktu setempat. Saat itu hanya tak ada orang lain, kecuali pelaku dan korban.
3 Fakta Pembunuhan Muslim di Prancis
1. Aksi Islamofobia, Dikecam Perdana Menteri Prancis
Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou mengecam keras pembunuhan Aboubakar Cisse dan menyebutnya sebagai tindakan Islamofobia. Kepolisian Prancis mendukung hipotesis bahwa motif pelaku adalah anti-Muslim, meskipun insiden ini tidak dikategorikan sebagai aksi terorisme.
Olivier merupakan pria kelahiran Prancis pada 2004 dan tercatat tidak memiliki catatan kriminal sebelumnya.
Meski demikian, serangannya menunjukkan kebencian mendalam terhadap Islam. Hal ini terlihat dari aksinya merekam kejadian menggunakan ponsel sembari menghujat agama Islam.
2. Pelaku Menyerahkan Diri di Italia
Setelah melakukan pembunuhan brutal pada 25 April 2025 di Masjid Hatice, La Grand-Combe, Olivier melarikan diri dan menjadi buronan. Namun, dua hari kemudian, ia menyerahkan diri kepada pihak berwenang di Pistoia, Italia.
Kementerian Dalam Negeri Prancis mengonfirmasi bahwa Olivier menyerahkan diri pada Minggu malam waktu setempat dan saat ini dalam proses ekstradisi ke Prancis.
Meski motif pastinya masih diselidiki, ada dugaan kuat bahwa pelaku memiliki kaitan dengan kelompok supremasi kulit putih.
3. Umat Islam Prancis Diimbau Tetap Waspada
Serangan brutal ini memicu kemarahan publik dan komunitas Muslim di Prancis. Dewan Agama Islam Prancis mengutuk keras insiden tersebut, menyebutnya sebagai serangan teroris anti-Muslim.
Dewan juga menyoroti keberpihakan sebagian media Prancis yang berusaha menggambarkan insiden itu sebagai perselisihan biasa antarindividu, bukan serangan bermotif kebencian.
Selain itu, Al Azhar di Kairo, Mesir, juga mengutuk insiden ini dan memperingatkan akan meningkatnya aktivitas terorisme supremasi kulit putih di Eropa dan Amerika Serikat.
Mereka menekankan bahwa penggunaan slogan nasionalisme kulit putih seringkali dijadikan kedok untuk melakukan kejahatan terhadap komunitas Muslim.
Kasus pembunuhan tragis ini menjadi peringatan serius tentang bahaya meningkatnya Islamofobia di Eropa. Tiga fakta pembunuhan Muslim di Prancis ini menyoroti perlunya perlindungan lebih bagi minoritas Muslim dan menuntut sikap tegas terhadap tindakan kebencian agama.