PM Inggris Nyatakan Siap Kirim Pasukan ke Ukraina
LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer mengatakan pada Minggu, (16/2/2025) bahwa ia siap untuk mengirim pasukan Inggris ke Ukraina sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian pascaperang. Pengumuman ini disampaikan Starmer di saat negara-negara Eropa berusaha menunjukkan bahwa mereka harus mendapat peran dalam perundingan untuk mengakhiri konflik tersebut.
Starmer mengatakan bahwa keputusan untuk menempatkan pasukan di Ukraina dan membahayakan tentara Inggris tidak diambil dengan mudah. Namun, dia menekankan bahwa mengamankan perdamaian abadi di Ukraina sangat penting untuk mencegah agresi lebih lanjut dari Rusia,
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio mengatakan Ukraina dan Eropa akan menjadi bagian dari "negosiasi nyata" untuk mengakhiri perang Moskow, yang menandakan bahwa pembicaraan AS dengan Rusia minggu ini merupakan kesempatan untuk melihat seberapa serius Putin tentang perdamaian.
Akhir perang Rusia dengan Ukraina "ketika tiba waktunya, tidak bisa hanya menjadi jeda sementara sebelum Putin menyerang lagi," tulis Starmer di surat kabar Daily Telegraph.
Komentar Starmer adalah pertama kalinya dia secara eksplisit mengatakan bahwa dia mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian Inggris ke Ukraina. Dia sebelumnya mengatakan bahwa Inggris bersedia membantu berperan dalam setiap kesepakatan damai yang dinegosiasikan.
Dalam artikel tersebut, Starmer mengatakan bahwa ia siap berkontribusi pada jaminan keamanan bagi Ukraina dengan "menempatkan pasukan kita sendiri di lapangan jika perlu".
"Saya tidak mengatakan itu dengan enteng," tulisnya sebagaimana dilansir Reuters. "Saya merasa sangat bertanggung jawab atas kemungkinan menempatkan prajurit pria dan wanita Inggris dalam bahaya."
Starmer diperkirakan akan bergabung dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, dan para pemimpin Eropa lainnya di Paris pada Senin, (17/2/2025) setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pembicaraan tentang Ukraina.
Presiden AS Donald Trump mengejutkan sekutu Eropa di NATO dan Ukraina minggu lalu ketika ia mengumumkan bahwa ia telah melakukan panggilan telepon dengan Putin tanpa berkonsultasi dengan mereka dan akan memulai proses perdamaian. Utusan Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, kemudian menyarankan agar Ukraina dan para pemimpin Eropa lainnya tidak akan mendapat tempat dalam negosiasi perdamaian.
Pejabat AS dan Rusia diperkirakan akan bertemu di Arab Saudi dalam beberapa hari mendatang untuk memulai perundingan yang bertujuan mengakhiri perang Rusia yang telah berlangsung hampir tiga tahun di Ukraina.
Starmer diperkirakan akan segera melakukan perjalanan ke Washington dan pada Minggu ia menyatakan bahwa Inggris dapat memainkan "peran unik" dalam negosiasi untuk mengakhiri perang, bertindak sebagai jembatan antara Eropa dan AS selama proses perdamaian di Ukraina.
"Eropa dan Amerika harus terus bekerja sama dengan erat – dan saya yakin Inggris dapat memainkan peran unik dalam membantu mewujudkan hal ini," katanya.
"Kita menghadapi momen yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi untuk keamanan kolektif benua kita. Ini bukan hanya pertanyaan tentang masa depan Ukraina. Ini adalah masalah eksistensial bagi Eropa secara keseluruhan."