Tradisi Ruwatan Sebelum Khitan, Anak Diarak Dimandikan Tetua Adat dengan Beras dan Ayam Jago
BOGOR, iNewsBogor.id – Guna melestarikan tradisi leluhur yang telah berusia ratusan tahun, warga Kampung Cigoong Desa Puraseda Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor memiliki gradisi unik saat menghantarkan seorang seorang anak laki-laki yang akan menjalani khitan.
Sebelum prosesi khitanan, anak diarak keliling kampung dengan iringan musik tradisional lalu dimandikan oleh Tetua adat dengan beras dan ayam jago. Prosesi yang dilalui pengantin khtan dipercaya warga sebagai lambang kesuburan dan kejayaaan sekaligus memohon keberkahan kepada Sang Maha Kuasa.
Tetua Adat setempat, Aceng menyebut proses berlangsungnya kegiataan yang dijalani pengantin khitan antara lain diarak dengan iringan tetabuhan musik tradisional lalu dimandikan oleh tokoh adat merupakan simbol.
"Simbol dimandikan dengan ayam jago dan beras merupakan simbol kesuburan dan kejayaan, hal itu untuk mendapatkan keberkahan kepada sang maha pencipta," ujarnya, Sabtu (15/02/25).
Sementara itu, Kepala Desa Puradesa, Asep Ruhiyat mengutarakan kegiatan Ngarak Budak Sunat itu sudah menjadi tradisi yang masih terjaga dan dilestarikan oleh warganya.
“Jadi, di kami itu ada salah satu kampung adat dan mereka setiap ada sunatan (Khitanan) itu ada semacam ritual memandikan pengantin sunat di aliran sungai Cipuraseda,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Asep, rangkaian upacara tersebut dengan mengarak pengantin yang akan dikhitan menggunakan alat musik dan dimandikan oleh tokoh adat.
“Tradisi ini sudah sejak lama turun temurun dari leluhur kami. Jadi, setiap ada khitanan pasti ritual dulu atau kebiasaan di wilayah kami itu masih terjaga,” katanya.
Asep menambahkan, bahwa anak laki-laki sebelum disunat itu di gendong oleh orang tuanya atau saudaranya dan diarak oleh warga dari rumahnya menuju ke aliran sungai Cipuraseda untuk dimandikan sebagai persiapan sunat.
“Sebelum anak laki-laki disunat harus berendam dulu di sungai Cipuraseda, kalau dahulu itu kan metode sunatnya menggunakan cara tradisional yang dilakukan Bengkong (Mantri Sunat) jadi di sunat di lokasi tetapi kalau sekarang mah kan di sunat nya di dokter jadi besok pagi nya baru dibawa oleh keluarga ke dokter disunatnya,” tandasnya.
Arak-arakan pengantin sunat tersebut kata Asep Ruhiyat, sambil diiringi musik gamelan. Disini Goong yang berusia ratusan tahun peninggalan leluhur tersebut turut dimainkan mengiringi arak arakan.
“Adanya gamelan itu memang susuai dengan nama kampung nya yaitu nama Kampung Cigoong dan di kami itu ada salah satu benda yang memiliki nilai sejarah yaitu adanya goong yang usia nya sudah ratusan tahun dan itu salah satu kewajiban atau syarat pada kegiatan memandikan pengantin sunat tersebut. Atau dalam kegiatan apapun termasuk di wilayah kami itu ada panen raya danInsya Allah goong tersebut biasa digunakan,” paparnya.
Asep berharap Pemerintah Pusat juga Pemerintah Kabupaten Bogor dapat memfasilitasi pembangunan museum untuk menyimpan benda benda peninggalan leluhur, salah satunya Goong yang bersejarah.
“Harapan kami kepada pemerintah daerah ataupun kepada Pemerintah Pusat untuk memberikan dukungan dalam upaya kami menjaga tradisi ini dan mungkin bisa memfasilitasi tempat untuk membangun museum guna menyimpan benda (goong) bersejarah ini,” pungkasnya.