Waspada! Abrasi dan Banjir Rob Ancam Pesisir Banten

Waspada! Abrasi dan Banjir Rob Ancam Pesisir Banten

Terkini | okezone | Selasa, 28 Januari 2025 - 19:29
share

JAKARTA - Abrasi atau pengikisan tanah di daerah pantai akibat gelombang dan arus laut menjadi masalah serius di wilayah pesisir Jawa. Salah satu penyababnya adalah krisis iklim. Bukan hanya abrasi, banjir rob juga menjadi fenomena bencana yang semakin mengancam wilayah pesisir Jawa.

Berdasarkan catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dikeluarkan pada 2015, sekira 400 kilometer garis pantai di Indonesia telah tergerus abrasi. Dari total pantai sepanjang 745 kilometer, 44 persen telah hilang. Termasuk terjadi di pesisir Tangerang, 579 hektare lahan telah hilang sejak 1995-2015.

Sementara itu, jurnal yang dikeluarkan Departemen Geografi Universitas Indonesia berjudul “Monitoring perubahan garis pantai untuk evaluasi rencana tata ruang dan penanggulangan bencana di Kabupaten Tangerang”, menunjukkan semua desa di Pesisir Kabupaten Tangerang mengalami abrasi ataupun akresi selama satu dekade terakhir.

Desa dengan laju dan luas akresi tertinggi berada di Desa Kohod sebesar 31,41 m/tahun dan 55,51 ha. Desa yang mempunyai laju abrasi tertinggi di Desa Tanjung burung sebesar -23,12 m/tahun dan luas abrasi tertinggi di Desa Desa Ketapang seluas 27,65 ha. 

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengamini data tersebut. Dia menyatakan, laju abrasi pantai cukup signifikan bisa sampai 200 hingga 500 m dalam 10 tahun terakhir. Masyarakat pesisir diminta dapat memitigasi.

“Sangat terlihat daerah-daerah yang ke mangroveannya sudah tidak terjaga, sangat riskan tergerus dalam luasan yang cukup signifikan," kata Muhari kepada wartawan, Selasa (28/1/2025).

 

Di sisi lain, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo menyatakan ancaman abrasi atau degradasi tanah akibat air laut yang kini terjadi di seluruh pesisir Pantai Utara Jawa bisa menjadi gerbang masuk dari bencana banjir rob. 

“Jika memang terjadi penurunan tanah atau degradasi tanah. Tentunya banyak hal yang terancam. Di antaranya potensi terjadinya air laut yang masuk ke daratan ketika fase rob,” ujar Eko ketika dihubungi.

Degradasi tanah yang berujung pada rob akan berdampak luas bagi masyarakat, seperti menyebabkan pencemaran air, pencemaran lingkungan, hingga terjadinya penyebaran penyakit menular. 

“Karena Rob ini harus ditangani ya, tidak boleh dibiarkan. Sehingga peningkatan volume air laut yang masuk ke daratan ini bisa terkendalikan agar kesejahteraan masyarakat (pesisir) ini tetap terjaga,” kata Eko.

Dia menegaskan, selama ini pemerintah sudah mengupayakan banyak cara dalam menangani banjir rob, seperti pembuatan tanggul -tanggul di sebanyak bataran sungai, rumah pompa. Namun, sifatnya hanya di area yang sempit, tidak luas.

Eko berharap Presiden Prabowo Subianto dapat segera merealisasikan pembangunan Giant Sea Wall sebagai solusi jangka panjang. “Dengan dibangunnya Giant Sea Wall ini, memberi dampak yang lebih luas lagi terhadap daerah -daerah yang sering terdampak,” ucap dia.

Topik Menarik