Intelijen AS Selidiki Hubungan Serangan New Orleans dengan Ledakan Cybertruck Dekat Trump Hotel
LAS VEGAS, iNews.id - Komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) menyelidiki hubungan antara serangan di New Orleans yang menewaskan 15 orang dengan ledakan mobil Tesla Cybertruck di Las Vegas yang merenggut satu nyawa.
Mobil menyeruduk kerumunan pejalan kaki di Bourbon Street, New Orleans, pada Rabu (1/1/2025) pukul 03.15 waktu setempat. Setelah mobil pikap Ford F-150 itu berhenti, pengemudi sempat melepaskan tembakan. Peristiwa itu menewaskan 15 orang dan melukai 35 lainnya.
Pengemudi pikap diketahui sebagai Shamsuddin Jabbar, seorang veteran tentara AS. Dia diduga beraksi terinspirasi dari ISIS karena ditemukan simbil-simbol kelompok militan tersebut di dalam kendaraannya. Polisi juga menemukan bom rakitan pada bak kendaraan.
Beberapa jam kemudian, mobil pikap Tesla Cybertruck yang diparkir di depan Trump International Hotel, Las Vegas, meledak. Kejadian itu menewaskan satu orang dan melukai tujuh lainnya.
Presiden AS Joe Biden mengatakan badan intelijen sedang menyelidiki kemungkinan hubungan antara serangan teroris di New Orleans dan ledakan Cybertruck di dekat Trump Hotel.
Kades Wanasari Unggah Permintaan Maaf Usai ‘Disentil’ Ketua PSI Lebak Gegara Intimidasi Wartawan
"Kami melacak ledakan Cybertruck di luar Trump Hotel di Las Vegas. Penegak hukum dan komunitas intelijen juga sedang menyelidiki ini, termasuk apakah ada kemungkinan hubungan dengan serangan di New Orleans," kata Biden, seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (2/1/2025).
Sheriff Departemen Kepolisian Metropolitan Las Vegas Kevin McMahill mengatakan, korban tewas ditemukan di dalam Cybertruck yang meledak tersebut.
Penyebab ledakan masih diselidiki, namun diduga kuat berasal dari kembang api besar atau bahan peledak yang dibawa kendaraan.
Dia menjelaskan, Cybertruck parkir di depan Trump Hotel pada pukul 08.40 waktu setempat.
"Seperti yang bisa Anda bayangkan, dengan adanya ledakan di Las Vegas Boulevard yang ikonik ini, kami melakukan semua tindakan pencegahan yang diperlukan guna menjaga keamanan masyarakat. Kami mencari bahan peledak," kata McMahill.
Jeremy Schwartz, agen khusus FBI, menegasan pihaknya masih melakukan penyelidikan.
"Kami punya banyak pertanyaan. Kami mengerahkan segala sumber daya. Kami akan terus melakukannya hingga mengungkap kasus ini dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa," ujarnya.