Selamat Datang Bulan Rajab 1.446 Hijriah, Bulan Menanam Amal Kebaikan
Tepat 1 Januari 2025, umat Muslim memasuki bulan Rajab 1.446 Hijriah. Selamat datang bulan haram yang penuh kemuliaan serta bulan awal untuk persiapan secara khusus menghadapi bulan Ramadan nanti. Bahkan, para ulama menjadikan bulan Rajab sebagai permulaan persiapan secara khusus untuk menghadapi bulan Ramadan.
Bulan Rajab dijadikan bulan menanam, maka satu tahun diumpamakan suatu pohon yang terlihat rindang dedaunannya di bulan Rajab, lalu berbuah pada bulan Syaban, kemudian dipetik buahnya di bulan Ramadan.
Maka setiap muslim hendaknya mempersiapkan amal kebaikan di bulan Rajab , lalu bertekad kuat memperbaiki serta melaksanakannya dengan sungguh-sungguh di bulan Syaban, agar dia dapat melakukan amal ibadah sebaik mungkin nanti di bulan Ramadan.
Itulah mengapa bulan Rajab disebut bulan menanam. Lantas apa dalilnya? Dan bagaimana penjelasannya? Dikutip dari laman tanya jawab Islam, islamqa , berikut penjelasannya:
1. Bulan Rajab termasuk salah satu bulan Haram
Bulan Rajab adalah salah satu bulan Haram dimana Allah berfirman terkait dengannya:[arabOpen] ( : 36)[arabClose]
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS. At-Taubah: 36)
Bulan-bulan Haram adalah; Rajab, Zulqaidah, Zulhijah dan Muharam.Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Bakrah radhiallanhu anhu dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
[arabOpen] : [arabClose]
Setahun ada 12 bulan, di antaranya ada 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan Zulqaidah, Zulhijah dan Muharam, serta Rajab Mudhor, antara Jumadal (Tsani) dan Syaban.
Bulan-bulan ini dinamakan dengan bulan haram karena dua hal:
- Diharamkan berperang di dalamnya kecuali jika musuh yang memulainya- Jika melanggar sesuatu yang diharamkan di bulan ini, dosanya lebih berat dibandingkan pada bulan-bulan lainnya.
Oleh karena itu, kita dilarang oleh Allah taala terjerumus dalam kemaksiatan di bulan-bulan ini. Sebagaimana Firman Allah Taala:
[arabOpen] ( : 36)[arabClose]
Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS. At-Taubah: 36)
Meskipun melakukan kemaksiatan dilarang, baik di bulan-bulan (yang diharamkan) ini maupun di bulan lainnya, hanya saja kemaksiatan di bulan-bulan ini sangat ditekankan pelarangannya.
As-Sady dalam tafsirnya, hal. 373 mengatakan, (firman Allah Taala),
[arabOpen] ( : 36)[arabClose]
Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS. At-Taubah: 36)
Ada kemungkinan, dhamir (kata ganti ) kembali kepada dua belas bulan. Allah menjelaskan hal itu sebagai patokan bagi para hamba agar memakmurkannya dengan ketaatan, bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya dan dipergunakan untuk kebaikan para hamba. Maka berhati-hatilah jangan sampai melakukan kezaliman pada dirimu sendiri di dalamnya.
Ada kemungkinan juga, dhamir (kata ganti ) kembali pada keempat bulan haram, sebagai larangan yang bersifat khusus agar jangan melakukan kezaliman di dalamnya dengan tetap melarang lakukan kezaliman pada setiap waktu. Karena (larangan) di bulan ini lebih berat dibandingkan dengan (bulan lainnya) dan melakukan kezaliman di dalamnya lebih berat dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
2. Bulan Rajab adalah awal persiapan menyambut Ramadan
Para ulama menyerupakan tahun dengan musim-musim kebaikan di dalamnya dengan beberapa perkara. Musim kebaikan yang paling agung adalah bulan Ramadan. Oleh karena itu agama menganjurkan untuk meningkatkan amal saleh di dalamnya.Di antara perkara terpenting dalam hal ini adalah hendaklah seseorang mempersiapkan diri dengan amal saleh sebelum bulan ramadhan. Para ulama menjadikan bulan Rajab adalah permulaan persiapan secara khusus untuk menyambut Ramadhan. Setahun bagaikan sebuah pohon, dedaunan mulai tumbuh di bulan Rajab, lalu berbuah di bulan Syaban, kemudian memetik buahnya di bulan Ramadan.
Maka bagi seseorang hendaknya mempersiapkan amal saleh di bulan Rajab dan menjaga sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh di bulan Syaban, agar dapat menunaikan sebaik mungkin di bulan Ramadan.
Para ulama banyak mengungkapkan hal ini dengan berbagai redaksi, di antara ungkapan-ungkapan itu adalah:
Rajab adalah untuk meninggalkan kesia-sian, Syaban bulan untuk beramal dan kesetiaan dan Ramadan untuk kejujuran dan kejernihan.
Rajab bulan taubat, Syaban bulan kecintaan dan Ramadan bulan pendekatan (kepada Allah).
Rajab bulan kehormatan, Syaban bulan pelayanan dan Ramadan adalah bulan kenikmatan.
Rajab bulan beribadah, Syaban adalah bulan kezuhudan dan Ramadan adalah bulan tambahan (ibadah).
Rajab adalah bulan Allah melipat gandakan kebaikan, Syaban adalah bulan menghapus kesalahan dan Ramadan adalah bulan menunggu karomah (kemuliaan).
Rajab adalah bulan orang-orang yang mendahului (dengan amal), Syaban adalah bulan orang yang lurus beramal dan Ramadan adalah bulan orang-orang berdosa (untuk kembali bertaubat).
Zun Nun Al-Misry rahimahullah mengatakan, Bulan Rajab adalah untuk meninggalkan kesalahan-kesalahan, Syaban adalah bulan untuk mempergunakan ketaatan-ketaatan. Dan Ramadan adalah bulan menunggu karomah (kemuliaan). Siapa yang tidak meninggalkan kesalahan, tidak mempergunakannya dengan ketaatan-ketaatan, dan tidak menunggu karomah (kemuliaan) maka dia termasuk orang yang tersesat.
Beliau rahimahullah- juga berkata; Rajab adalah bulan menanam, Syaban adalah bulan menyiram sementara Ramadan adalah bulan memanen. Semua akan memanen apa yang dia tanam dan mendapatkan balasan dari apa yang dilakukan. Siapa yang menyia-nyiakan kesempatan menanam, maka dia akan menyesal di waktu panen, hasilnya di luar harapan dan ujungnya adalah keburukan.
Sebagian orang-orang saleh mengatakan, Setahun bagaikan pohon, Rajab adalah hari-hari menyiramnya, Syaban adalah hari-hari berbuahnya. Dan Ramadan adalah hari-hari memanennya. (Al-Gunyah, Al-Jailany, 1/326).
Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Maarif, (121) mengatakan, Bulan Rajab adalah kunci bagi bulan kebaikan dan keberkahan (Ramadan).
Abu Bakar Al-Waraq Al-Balkhi berkata, Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Syaban adalah bulan menyiram, dan bulan Ramadan adalah bulan memetik buahnya. Beliau juga mengatakan, Perumpamaan bulan Rajab seperti angin, bulan Syaban seperti awan mendung dan bulan Ramadan seperti rintik hujan.
Sebagian ulama mengatakan, Setahun seperti pepohonan, Rajab adalah bulan menumbuhkan dedaunan, Syaban bulan menumbuhkan cabang dan Ramadan adalah bulan memanen. Orang-orang mukmin yang memanennya.
Penting diperhatikan bagi lembaran-lembarannya yang menghitam karena dosa-dosa, maka di bulan ini untuk memutihkannya dengan bertaubat. Kalau yang masih menyia-nyiakan umurnya dengan menganggur, maka hendaknya mempergunakan kesempatan ini pada sisa umurnya.
Setiap muslim hendaknya memperbanyak menanam kebaikan dan amalan saleh. Inilah tananam yang dapat ditanam di sela-sela umurnya dengan harapan dapat memetik buah kebaikan ketika bertemu dengan Tuhan seluruh alam.
Di antara amal terpenting yang selayaknya dilakukan seseorang pada bulan Ramadan adalah:
1. Menunaikan salat wajib dan salat sunah terutama qiyamul lail2. Berpuasa3. Bersedekah4. Tilawah Al-Quran5. Berzikir
Az-Zahabi rahimahullah mengatakan, Demi Allah, membaca Al-Quran dengan tartil sepertujuh Quran waktu tahajud Qiyamullail, menjaga salat-salat sunah rawatib, Duha, tahiyatul masjid, berzikir dengan riwayat shahih yang bersumber dari Nabi, membaca doa ketika tidur dan bangun, berzikir pada setiap selesai salat wajib dan di waktu sahur, sibuk mempelajari ilmu yang bermanfaat dengan tetap menjaga keikhlasan karena Allah, mengajak kepada kebaikan, membimbing orang yang tidak tahu dan memahamkannya, serta melarang orang fasik dari kefasikannya dan semisal itu, melakukan salat wajib berjamaah secara khusyu dan tumaninah, tunduk dan penuh keimanan, melakukan yang wajib, dan menjauhi dosa-dosa besar, memperbanyak berdoa dan memohon ampunan (istighfar), bersedekah dan menyambung hubungan kekerabatan, tawadhu dan ikhlas dalam semuanya itu, adapa perbuatan-perbuatan yang mulia nan agung. Mereka akan mendapatkan kedudukan orang-orang yang selamat dan beruntung, menjadi para kekasih Allah yang bertakwa. (Siyar alam an nubala, 3/84).
Wallahu Alam