Kota Bogor Kian Panas, Pakar Ilmu Lingkungan Rimun Wibowo Sebut Efek Rumah Kaca Penyebabnya
BOGOR, iNewsBogor.id - Bogor sudah sejak dahulu dikenal dengan kesejukannya, namun kini fenomenanya berubah drastis karena makin sering mengalami suhu yang lebih panas. Perubahan ini bukan sekadar cuaca biasa, tetapi bagian dari fenomena global yang dikenal sebagai efek rumah kaca.
Pakar Ilmu Lingkungan yang juga Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, Dr. Rimun Wibowo memaparkan penjelasan yang komperehensif fenomena efek rumah kaca dalam perspektif ilmu lingkungan dan dampaknya terhadap suhu di Bogor.
Apa Itu Efek Rumah Kaca?
Dr. Rimun menjelaskan bahwa efek rumah kaca adalah proses di mana gas-gas tertentu di atmosfer menangkap dan memantulkan kembali panas yang dipancarkan oleh permukaan bumi. "Matahari memancarkan energi dalam bentuk sinar gelombang pendek yang menembus atmosfer dan mencapai permukaan bumi. Sebagian energi ini diserap oleh tanah dan lautan, sementara sisanya dipantulkan kembali ke atmosfer dalam bentuk radiasi inframerah atau panas," jelasnya.
Gas-gas rumah kaca di atmosfer termasuk karbon dioksida (COâ), metana (CHâ), uap air (HâO), dinitrogen oksida (NâO), ozon (Oâ), dan gas-gas fluorokarbon (CFC). Gas-gas ini berfungsi sebagai penyerap radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan bumi, kemudian memantulkannya kembali ke bumi.
Dr. Rimun Wibowo, Pakar Ilmu Lingkungan UIKA Bogor. (Foto : Istimewa/iNewsBogor.id)
"Tanpa gas-gas ini, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk mendukung kehidupan. Namun, aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, industri, dan penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan telah meningkatkan konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, yang menyebabkan efek rumah kaca tambahan," tambahnya.
Dr Rimun juga mencatat bahwa metana (CHâ), meskipun jumlahnya lebih sedikit daripada COâ, memiliki efek pemanasan yang jauh lebih besar dalam jangka pendek. Gas lain seperti dinitrogen oksida (NâO), yang dihasilkan dari penggunaan pupuk nitrogen di pertanian, serta CFC yang berasal dari produk-produk industri seperti pendingin dan aerosol, juga berkontribusi besar terhadap pemanasan global.
Dampak di Bogor: Mengapa Suhu Meningkat?
Di Kota Bogor, yang seharusnya memiliki iklim yang lebih sejuk, efek rumah kaca kini mulai dirasakan dengan meningkatnya suhu rata-rata. "Urbanisasi dan meningkatnya aktivitas manusia di sekitar kota memperparah situasi. Gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kendaraan, industri, dan perubahan penggunaan lahan mempercepat proses pemanasan," jelas Dr. Rimun.
Selain itu, ia menambahkan bahwa pembangunan perkotaan juga berkontribusi melalui apa yang disebut sebagai pulau panas perkotaan. "Permukaan bangunan dan jalan-jalan di kota menyerap lebih banyak panas daripada permukaan alami seperti hutan atau tanah terbuka, yang menyebabkan suhu di daerah perkotaan menjadi lebih tinggi," tambahnya.
Dampak Global Efek Rumah Kaca
Dr. Rimun juga menjelaskan bahwa efek rumah kaca bukan hanya isu lokal, tetapi fenomena global yang menyebabkan pemanasan global. "Peningkatan suhu rata-rata global menyebabkan pencairan es di kutub, kenaikan permukaan laut, serta cuaca ekstrem seperti badai yang lebih sering dan lebih kuat. Ini semua adalah dampak dari peningkatan gas rumah kaca di atmosfer," jelasnya.
Pakar Ilmu Lingkungan UIKA Bogor, Dr. Rimun Wibowo saat menjadi narasumber di sebuah forum. (Foto : Istimewa/iNewsBogor.id)
Dampak tersebut juga mulai mempengaruhi pola musim di Indonesia, termasuk perubahan dalam curah hujan, yang mengakibatkan risiko lebih tinggi terhadap banjir dan kekeringan.
Solusi Mengatasi Efek Rumah Kaca
Dr. Rimun menggarisbawahi bahwa untuk mengatasi efek rumah kaca, langkah-langkah konkret harus diambil, baik secara individu maupun kolektif. "Pengurangan emisi gas rumah kaca adalah kunci. Kita harus mulai beralih ke sumber energi yang lebih bersih seperti tenaga surya dan angin, serta mengurangi konsumsi bahan bakar fosil," ujarnya.
Selain itu, reboisasi dan penghijauan kota juga penting untuk membantu menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
Dalam skala individu, Dr. Rimun menekankan pentingnya mengurangi jejak karbon melalui langkah-langkah sederhana seperti menggunakan transportasi umum, menghemat energi, dan mendaur ulang sampah. "Setiap tindakan kecil yang kita lakukan memiliki dampak, dan bila dilakukan secara kolektif, akan membantu memperlambat proses pemanasan global," katanya.
Peran Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan
Sebagai Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan, Dr. Rimun percaya bahwa pendidikan dan kesadaran lingkungan adalah faktor penting dalam mengatasi tantangan ini. "Pendidikan mengenai dampak efek rumah kaca dan cara-cara untuk menguranginya harus diberikan sejak dini. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan yang berkelanjutan," ujarnya.
Program studi yang ia pimpin di UIKA Bogor juga berfokus pada mencetak generasi muda yang mampu memberikan solusi untuk masalah lingkungan di masa depan.
Kesimpulan
Dibagian akhir penjelasannya, Dr Rimun mengatakan bahwa menghadapi perubahan suhu di Bogor dan secara global, efek rumah kaca menjadi isu yang tidak dapat diabaikan.
"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi ini tetap layak huni. Langkah-langkah yang kita ambil hari ini akan menentukan kualitas hidup generasi mendatang," pungkas Dr. Rimun.
Dr. Rimun mengajak semua pihak untuk lebih memahami efek rumah kaca dan berkomitmen pada tindakan nyata yang dapat mengurangi dampaknya. Sebab, perubahan yang kita lakukan hari ini akan berdampak besar pada masa depan bumi dan seluruh isinya.