Cawalkot Bandung Arfi Rafnialdi Terima Berbagi Masukan dari Pegiat Event
BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Calon Wali Kota Bandung, Arfi Rafnialdi menerima berbagai masukan dari para pegiat event saat diskusi bertajuk ‘Bandung Darurat Festival’ di Kopitera, Jalan Burangrang Kota Bandung, Minggu (29/9/2024) malam.
Arfi Rafnialdi mendengarkan banyak masukan dari para pelaku industri kreatif di bidang seni pertunjukan di Kota Bandung. Keluhan utama yang disampaikan, di antaranya sulitnya menggelar event besar di Kota Bandung.
Kendala yang dihadapi para penyelenggara event tersebut, seperti sulitnya mendapatkan perizinan, mahalnya biaya tak terduga dari pungutan liar oknum-oknum, baik dari aparat sendiri maupun kelompok masyarakat. Juga tidak adanya kepastian keamanan dan kenyamanan bagi pelaku event dan masyarakat penonton.
Contoh yang paling update, yakni dengan dipindahkanya venue konser grup band Sheila on 7 yang awalnya akan digelar di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Kota Bandung, menjadi di Stadion si Jalak Harupatan, Soreang Kabupaten Bandung, Sabtu (28/9/2024) lalu.
Hal tersebut berawal karena tidak keluarnya izin pertunjukan dari Kepolisian, serta persyaratan lainnya yang sulit dipenuhi penyelenggara. Jadilah konser bertajuk ‘Tunggu Aku di Bandung’ tersebut dipindah ke Soreang.
Menurut Gio Vitano dari komunitas event organizer Backstagers, pemindahan venue dari Kota Bandung ke luar kota, sudah sering terjadi. Hal tersebut karena sulit dan ribetnya mengurus perizinan serta mahalnya ongkos ilegal yang harus ditanggung penyelenggara.
Founder Atap Promotions yang biasa disapa Gio Atap tersebut menyebutkan, dari 400-an event setiap tahun yang rencananya digelar di Kota Bandung, lebih dari setengahnya dipindah ke luar kota. Salah satunya event konser musik yang menjadi ikon Kota Bandung, ‘Bandung Berisik’ justru digelar di Lapangan Brigif Kota Cimahi.
“Apakah bisa digelar di Kota Bandung? Sebenarnya bisa, asalnya ada sinergitas dari semua stakeholder di Kota Bandug. City branding Bandung sebagai Kota Kreatif, harus dipahami dengan benar oleh semua stakeholder, sehingga semua elemen masyarakat secara bersama-sama mendukungnya. Kalau hal itu tidak bisa dilakukan, Bandung harus siap-siap membuat city branding lain, bukan lagi Bandung Kota Kreatif’,” papar Gio Atap dalam diskusi tersebut.
Menanggapi curhatan para pelaku ekonomi kreatif tersebut, Arfi mengungkapkan, kedatangannya ke acara diskusi tersebut memang karena ingin mendapatkan masukan yang akan menjadi referensi jika nantinya jadi memimpin Kota Bandung dalam 5 tahun ke depan.
“Apa benar di Bandung itu lebih rumit, lebih mahal bikin event dibanding di Jakarta sekalipun. Dimana masalahnya, di Kepolisian kah, birokrasi kah, atau dimana? Kalo boleh saya diberikan pemahaman yang lebih lengkap karena pemimpin kota itu harus punya pemahaman dasar agar bisa merespons situasi dengan baik. Saya siap mendengarkan dan mencatat semua masukan,” ucap Arfi yang pada Pilwalkot Bandung 2024 ini berpasangan dengan Calon wakil wali kota Yena Iskandar Ma'soem.
Soal solusi jangka pendek untuk kesukesan penyelengaraan event, menurut Arfi, diperlukan sinergitas antarlembaga, baik itu pemerintah daerah, aparat keamanan, dan kelompok masyarakat dalam bentuk organisasi masyarakat (ormas).
“Ini menjadi salah satu quick wins yang bisa dilakukan. Selain itu, Bandung itu kan secara jangka panjang sedang menyusun RPJBD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) di Dewan. Ada beberapa kata kuncinya, Bandung itu di-visi-kan menjadi Kota Jasa, Kota Wisata, dan Kota kreatif. Dari keyword itu, pemerintah perlu menyediakan prasarana agar bisa memungkinkan orang tuh menikmati berwisata ke Bandung, nyaman mendapatkan layanan jasa di Bandung,” jelas Arfi.
Arfi pun sangat konsen dengan penyelenggaraan event di Kota Bandung. Karena menurutnya, event tersebut merupakan kegiatan padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja. “Ini sebenarnya sinkron dengan tantangan di Kota Bandung, dimana masyarakat banyak membutuhkan lapangan pekerjaan. Jadi memberi ruang pada event-event ini sebetulnya secara tidak langsung memberi solusi juga bagi masalah pekerjaan bagi masyrakat. Awalnya, pemerintah harus berinisitif bikin event, dan ini bisa jadi program dalam 100 hari pertama,” ungkap alumnus Teknik Sipil ITB ini.
Sedangkan terkait usulan untuk membentuk Satgas Event, Arfi pun meresponsnya dengan positif. “Kalau ada gagasan seperti Satgas Event, yang ternyata itu secara praktis bisa memberikan manfaat, dan tidak menyulitkan bagi penyelenggara event, kenapa enggak kita kerjakan. Kita terbuka dengan iIde-ide yang memang praktis dan bisa dilaksanakan. Kita lihat, kita kaji, kalau memang itu bagus, ya kita kerjakan,” pungkas Arfi. (*)