Aktor Andrew Andika Ditangkap, Dugaan Penyalahgunaan Narkotika
Terkini | okezone | Senin, 30 September 2024 - 10:18
BUSANA muslim kian adaptif, mampu menyerap berbagai budaya, mulai etnik, kontemporer hingga multinasional. Monika Jufry kembali membuktikan adaptasi tersebut lewat Pa'Pollo Gayang.
Dari temanya saja, nuansa tribal sudah terdengar kental. Monika menjelaskan, hal tersebut berkaitan dengan tema utama Fashion Exploration 2009 yakni "Overture in Harmony". "Temanya kan ornamen budaya Indonesia, maka harus ada detail-detail ornamen Indonesia yang kami angkat. Saya menggunakan ragam hias Tana Toraja," ujar Monika.
Lebih lanjut Monika menjelaskan, Pa'Pollo Gayang merupakan simbol kekayaan. "Simbol-simbol itu hanya digunakan oleh mereka yang memiliki status sosial tinggi, karenanya sangat etnik," sambungnya.
Kendati mengangkat suasana tribal secara kental, Monika tetap mempertahankan gaya khas rancangannya. Aura feminin terasa begitu mendominasi koleksi pemilik rumah mode muslim Sessa ini. Namun, bagi Monika, feminin tidak selalu identik dengan rok, gamis, ataupun terusan bersiluet. Malah, dalam beberapa koleksinya, Monika memasukkan unsur edgy, yang membuat rancangannya terlihat kontemporer.
Sisi modern tersebut, ujar Monika, disarikannya dari tren mode internasional yang tengah berlaku. Karenanya, tidak heran bila di awal pertunjukan, Monika menampilkan koleksi yang begitu memikat. Kombinasi tunik berpotongan asimetris dengan celana pipa yang dipadukan bersama topi caping ala petani tradisional. Unik sekaligus eksotik.
Selanjutnya, Monika menyajikan koleksi bernapas muda dengan citra dinamis. Hal ini, ungkap desainer kelahiran Bukittinggi, 6 Januari 1975 tersebut, berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. "Kita harus jeli mengadopsi kebutuhan konsumen. Saat ini yang banyak dicari adalah busana muslim bergaya simpel, tidak lagi terpaku pada pakem busana yang didominasi ornamen," jelas Monika.
"Apalagi para kaum muda yang menginginkan segala yang berbau dinamis, walaupun tidak menutup kemungkinan wanita yang lebih matang juga menyukai koleksi ini," imbuhnya. Alasan itulah yang membuat koleksi Monika bergeser ke arah yang lebih sederhana dan kasual, tidak lagi dipenuhi ornamen glamor berupa payet serta manik-manik.
"Busana muslim itu sudah jadi potensi bisnis yang menantang. Pasarnya sudah semakin luas," sebut wanita yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) DKI Jakarta ini. Hal itu juga yang kemudian membuat Monika pindah ke jalur rancangan yang bertema kasual danchic.
Hal lain yang dilakukan Monika pada koleksinya adalah memadupadankan ragam hias secara lebih menarik. Bukan hanya dijadikan aksen di bagian tertentu, melainkan sebagai fokus busana itu sendiri. Sederhana, namun tetap manis dan feminin.
Sementara dari segi warna, Monika lebih banyak menggunakan palet cokelat dan kemerahan, yang disarikannya dari warna-warna alami kebudayaan Tana Toraja. Namun, warna kontras tersebut tidak begitu saja disatukan melalui teknik blocking, melainkan secara halus dikombinasikan dengan teknik patchwork atau melalui permainan aksen.
Hasilnya? Busana indah dan unik, apalagi cara penataannya juga menarik. Misalnya warna merah dari manik-manik ditempatkan sebagai hiasan pinggang atau detail kerah. Motif Pa'Pollo Gayang yang ditata di bagian dada, lengan, atau dijadikan lapisan rok. Selain itu, Monika juga memadukan motif etnik tersebut dengan sulaman, batu-batuan dan payet, serta aksen fringes dan obritzel dalam garis desain yang simpel, modern, plus dinamis.
Dari temanya saja, nuansa tribal sudah terdengar kental. Monika menjelaskan, hal tersebut berkaitan dengan tema utama Fashion Exploration 2009 yakni "Overture in Harmony". "Temanya kan ornamen budaya Indonesia, maka harus ada detail-detail ornamen Indonesia yang kami angkat. Saya menggunakan ragam hias Tana Toraja," ujar Monika.
Lebih lanjut Monika menjelaskan, Pa'Pollo Gayang merupakan simbol kekayaan. "Simbol-simbol itu hanya digunakan oleh mereka yang memiliki status sosial tinggi, karenanya sangat etnik," sambungnya.
Kendati mengangkat suasana tribal secara kental, Monika tetap mempertahankan gaya khas rancangannya. Aura feminin terasa begitu mendominasi koleksi pemilik rumah mode muslim Sessa ini. Namun, bagi Monika, feminin tidak selalu identik dengan rok, gamis, ataupun terusan bersiluet. Malah, dalam beberapa koleksinya, Monika memasukkan unsur edgy, yang membuat rancangannya terlihat kontemporer.
Sisi modern tersebut, ujar Monika, disarikannya dari tren mode internasional yang tengah berlaku. Karenanya, tidak heran bila di awal pertunjukan, Monika menampilkan koleksi yang begitu memikat. Kombinasi tunik berpotongan asimetris dengan celana pipa yang dipadukan bersama topi caping ala petani tradisional. Unik sekaligus eksotik.
Selanjutnya, Monika menyajikan koleksi bernapas muda dengan citra dinamis. Hal ini, ungkap desainer kelahiran Bukittinggi, 6 Januari 1975 tersebut, berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. "Kita harus jeli mengadopsi kebutuhan konsumen. Saat ini yang banyak dicari adalah busana muslim bergaya simpel, tidak lagi terpaku pada pakem busana yang didominasi ornamen," jelas Monika.
"Apalagi para kaum muda yang menginginkan segala yang berbau dinamis, walaupun tidak menutup kemungkinan wanita yang lebih matang juga menyukai koleksi ini," imbuhnya. Alasan itulah yang membuat koleksi Monika bergeser ke arah yang lebih sederhana dan kasual, tidak lagi dipenuhi ornamen glamor berupa payet serta manik-manik.
"Busana muslim itu sudah jadi potensi bisnis yang menantang. Pasarnya sudah semakin luas," sebut wanita yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) DKI Jakarta ini. Hal itu juga yang kemudian membuat Monika pindah ke jalur rancangan yang bertema kasual dan
Baca Juga:
Terungkap, Anies Batal Maju Pilgub Jabar karena Tak Ingin Berkompetisi dengan Ahmad Syaikhu
Hal lain yang dilakukan Monika pada koleksinya adalah memadupadankan ragam hias secara lebih menarik. Bukan hanya dijadikan aksen di bagian tertentu, melainkan sebagai fokus busana itu sendiri. Sederhana, namun tetap manis dan feminin.
Sementara dari segi warna, Monika lebih banyak menggunakan palet cokelat dan kemerahan, yang disarikannya dari warna-warna alami kebudayaan Tana Toraja. Namun, warna kontras tersebut tidak begitu saja disatukan melalui teknik blocking, melainkan secara halus dikombinasikan dengan teknik patchwork atau melalui permainan aksen.
Hasilnya? Busana indah dan unik, apalagi cara penataannya juga menarik. Misalnya warna merah dari manik-manik ditempatkan sebagai hiasan pinggang atau detail kerah. Motif Pa'Pollo Gayang yang ditata di bagian dada, lengan, atau dijadikan lapisan rok. Selain itu, Monika juga memadukan motif etnik tersebut dengan sulaman, batu-batuan dan payet, serta aksen fringes dan obritzel dalam garis desain yang simpel, modern, plus dinamis.