Hadiri Wisuda XXI Unisla, Emil Dardak Ajak Lulusan Jadi Generasi Unggul
LAMONGAN, iNewsSurabaya.id - Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Timur (Jatim) sekaligus Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024, Emil Elestianto Dardak menghadiri Wisuda XXI Universitas Islam Lamongan (Unisla), pada Sabtu (28/9/2024).
Dalam pidatonya, Emil mengajak para lulusan untuk terus adaptif dan relevan dalam menghadapi perubahan zaman, terutama di era kecerdasan buatan (AI). Para lulusan ini berasal dari berbagai bidang ilmu dan masih akan produktif bekerja hingga lebih dari 40 tahun ke depan.
“Kita tidak bisa memprediksi seperti apa masa depan, namun apapun bidang ilmu yang kita tekuni, kita harus punya fleksibilitas, adaptif, dan mampu mengembangkan diri,” ujar Emil di hadapan para wisudawan.
Emil menekankan pentingnya penguasaan kompetensi yang lebih dari ini sekedar ilmu yang tertulis di ijazah formal. Menurutnya, dunia kerja masa depan akan semakin bergantung pada kemampuan berpikir kritis, nalar, analisis, dan komunikasi, yang tidak bisa tumbuh instan tanpa pengembangan terus-menerus.
“Kecuali untuk bidang ilmu yang sangat spesifik seperti hakim, dokter, atau jaksa, banyak bidang pekerjaan yang membutuhkan kemampuan berpikir kritis, nalar, dan komunikasi. Semua ini harus dikembangkan dalam keseharian kita,” jelas Emil.
Emil juga menyoroti perkembangan AI yang semakin pesat, bahkan mampu menggantikan pekerjaan intelektual yang dulunya hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Ia mencontohkan pengalamannya saat bekerja sebagai konsultan pasca lulus S2, di mana tugas-tugas seperti membaca laporan dan menyusun paparan kini bisa diselesaikan AI dalam hitungan detik.
“Saya tanya ke wisudawan, ini fakta yang menyeramkan atau menyenangkan? AI tidak bisa menggantikan pengambilan keputusan kompleks yang memiliki dampak sosial dan memerlukan tanggung jawab manusia. Inilah pentingnya kemampuan decision making yang tidak bisa tergantikan oleh mesin,” tambah Emil.
Menutup pidatonya, Emil menegaskan bahwa generasi yang akan unggul di masa depan bukanlah mereka yang dikuasai oleh kecerdasan buatan, melainkan mereka yang mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi tersebut.
Emil mengajak lulusan Unisla untuk terus belajar, tidak terkungkung pada apa yang tertulis di ijazah, dan menjadi generasi yang menguasai AI, bukan tergantikan olehnya.
“Tidak ada kata terlalu tua atau terlalu tinggi ilmunya untuk belajar sesuatu yang baru. Saya saja, meski sudah S3, baru saja menyelesaikan S1 lagi di bidang perencanaan kota. Jika kita menjalankan prinsip belajar seumur hidup, Insyaallah lulusan Unisla akan selalu unggul,” tutup Emil.