Nah, Elon Musk Tuduh Politisi Demokrat Dorong Pembunuhan Donald Trump
WASHINGTON, iNews.id - Miliarder Amerika Serikat (AS) Elon Musk mengomentari percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump di klub golfnya, Florida, pada Minggu (15/9/2024). Musk menuduh para politisi Partai Demokrat mendorong para pendukungnya untuk membunuh Trump.
Ini merupakan kali kedua Trump lolos dari upaya pembunuhan setelah kejadian di Butler, Pensylvania, pada Juli lalu. Biro Penyelidikan Federal (FBI) menangani kasus serangan di West Palm Beach tersebut sebagai kemungkinan percobaan pembunuhan.
"Mereka (Demokrat) secara aktif mendorong orang untuk membunuh Trump," kata Musk, dalam pernyataan di media sosial X, Senin (16/9/2024).
Para politisi Demokrat, lanjut Musk, kerap menyebut Trump sebagai diktator jahat yang memicu kebencian di tingkat bawah.
Dia juga mencontohkan pernyataan Reid Hoffman, pendiri LinkedIn yang juga salah satu penyokong dana terbesar Partai Demokrat. Saat berbicara di festival film Sundance belum lama ini, kata Musk, Hoffman berharap Trump menjadi "martir sejati". Musk mengartikan pernyataan itu bahwa Hoffman menginginkan Trump meninggal.
Musk blak-blakan menyampaikan dukungannya kepada Trump dalam Pilpres AS 2024 setelah percobaan pembunuhan pertama di Butler. Saat itu peluru menyerempet kuping kanan Trump menyebabkan luka ringan. Kali ini Trump kembali lolos dari penembakan saat bermain golf di Trump International Golf Club pada Minggu sekitar pukul 14.00.
Ageng Dinas Rahasia sempat memergoki dan menembak pelaku, Ryan Wesley Routh (58), yang bersembunyi di semak-semak, berjarak sekitar 360 sampai 450 meter dari posisi Trump. Namun tembakan itu tak mengenai Routh.
Dia sempat melarikan diri menggunakan mobil SUV, meninggalkan senapan serbu AK-47 dan tas, termasuk kamera GoPro. Routh ditangkap tanpa perlawanan dalam pelarian.
Meski sudah menangkap Routh, pihak berwenang belum bisa mengungkap motif penembakan tersebut. Routh diketahui sebagai pendukung Partai Demokrat. Dia juga mendorong warga sipil untuk berperang di Ukraina melawan Rusia. Bahkan Routh diketahui merekrut mantan tentara Afghanistan untuk berperang di Ukraina.
Penyelidik masih mendalami latar belakang Routh dengan serangan terhadap Trump.