Sosok 3 Jenderal Bintang 5, Salah Satunya Pimpin Perang dengan Satu Paru-Paru

Sosok 3 Jenderal Bintang 5, Salah Satunya Pimpin Perang dengan Satu Paru-Paru

Terkini | inews | Sabtu, 14 September 2024 - 05:30
share

JAKARTA, iNews.id - Pangkat Jenderal Bintang Lima tidak dapat diberikan secara sembarangan. Pangkat ini paling tinggi dalam kemiliteran.

Berdasarkan Pasal 7 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1997, Pangkat Jenderal Besar, Laksamana Besar, dan Marsekal Besar hanya diberikan kepada Perwira Tinggi yang memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan bangsa Indonesia. Saat ini, hanya tiga tokoh militer yang pernah diberi gelar Jenderal Bintang 5 atau Jenderal Besar.

Berikut 3 tokoh militer yang mendapatkan gelar Jenderal Bintang 5:

1. Jenderal Besar AH Nasution

Jenderal Besar AH Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada 3 Desember 1918. Dia bergabung korps perwira cadangan bentukan pemerintah kolonial Belanda pada 1940.

Karier militernya pun dimulai saat menjadi perwira KNIL. Setelah proklamasi kemerdekaan, ia pun bergabung ke dalam TKR dan pada Mei 1946 diangkat menjadi Panglima Regional Divisi Siliwangi Jawa Barat.

Pada masa demokrasi terpimpin, Jenderal AH Nasution dipercaya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Saat itu, militer memiliki pengaruh dan kekuasaan yang luas sehingga Jenderal AH Nasution memutuskan agar para tentara bebas dari pengaruh Partai Komunis Indonesia. Nasution satu-satunya Jenderal yang selamat dari peristiwa G30S.

Pada peringatan HUT ABRI tahun 1997, Nasution diberi pangkat kehormatan jenderal besar, seperti Soeharto dan Jenderal Soedirman.

2. Jenderal Besar Soedirman

Jenderal Besar Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, pada 24 Januari 1916. Dia mendapatkan pangkat kehormatan jenderal besar TNI pada 30 September 1997.

Soedirman salah satu tokoh besar yang ikut berjuang dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dia pernah memimpin perang gerilya melawan Belanda.

Perang Gerilya adalah perang sembunyi-sembunyi, artinya menghindari perang terbuka. Cirinya adalah dilakukan dengan tiba-tiba dan seketika menghilang. Strategi ini dapat mengalahkan tentara Belanda yang senjatanya lebih modern.

Jenderal Soedirman memimpin langsung perang gerilya, meskipun beliau sedang sakit paru-paru. Beliau rela dinaikkan tandu dalam perjalanan yang sangat berat.

Naik turun gunung dan keluar masuk hutan untuk menghindari serangan pasukan Belanda. Hanya dengan satu paru-paru.

3. Jenderal Besar Soeharto

Mantan Presiden Indonesia, Soeharto lahir pada 8 Juni 1921 di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Karier militernya dimulai dari pangkat sersan dan akhirnya menjabat sebagai Panglima Korra I Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad). Soeharto juga terlibat dalam serangan 1 Maret 1949 dan memainkan peran sentral dalam pembubaran PKI di Indonesia.

Dia menjabat sebagai Presiden Indonesia selama 32 tahun hingga pada akhirnya mundur pada 21 Mei 1998 akibat maraknya demonstrasi yang diwarnai dengan kericuhan.

Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.

Topik Menarik