Serangan Pembalasan Hizbullah Dilaporkan Bunuh 22 Prajurit Israel dekat Tel Aviv
BEIRUT, iNews.id - Serangan yang dilancarkan gerakan Hizbullah Lebanon terhadap pangkalan militer zionis di pinggiran Kota Tel Aviv, dilaporkan menewaskan 22 prajurit Israel dan melukai 74 orang. Hal itu terungkap lewat laporan TV Lebanon, al-Mayadeen, mengutip sumber-sumber keamanan Eropa.
Hizbullah melancarkan serangan besar-besaran terhadap target-target militer Israel pada akhir Agustus. Tindakan itu sebagai tanggapan mereka atas tewasnya komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, akibat dalam serangan Angkatan Udara Israel di pinggiran Kota Beirut.
Dalam sebuah pidato, Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa target utama serangan balasannya pada waktu itu adalah pangkalan Unit Intelijen Glilot 8200 milik militer Israel di pinggiran Kota Tel Aviv.
Pascaserangan Hizbullah tersebut, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim pasukan zionis telah melakukan serangan pendahuluan terhadap target-target kelompok itu. Pemimpin zionis itu juga menyebut pihaknya telag menghancurkan ribuan roket Hizbullah beberapa jam sebelum gerakan yang didukung Iran itu membalas.
Militer Israel mengatakan, sekitar 100 pesawat Angkatan Udara telah mengambil bagian dalam operasi untuk menghancurkan fasilitas dan senjata Hizbullah kala itu. Mereka pun mengklaim kerusakan yang disebabkan serangan Hizbullah terhadap Israel Agustus lalu sangat kecil.
Pada Kamis (12/9/2024), militer Israel mengonfirmasi bahwa Komandan Unit Intelijen Glilot 8200, Brigadir Jenderal Yossi Sariel, mundur dari jabatannya. Pihak zionis berdalih pengunduran diri perwiranya tersebut dikarenakan yang bersangkutan gagal mencegah serangan Hamas 7 Oktober 2023.
Namun, jika laporan al-Mayadeen terkonfirmasi maka alasan pengunduran diri Sariel itu patut diragukan. Sebab, serangan Hamas 7 Oktober sudah hampir setahun berlalu. Ada kemungkinan Sariel mundur karena gagal mencegah kematian puluhan prajuritnya dalam serangan Hizbullah akhir bulan lalu.
Unit 8200 sendiri punya reputasi yang cukup bergengsi di kalangan militer zionis. Unit tersebut bekerja secara rahasia memiliki tugas menguraikan dan menganalisis penyadapan serta sinyal-sinyal intelijen lainnya.
Menyusul serangan pada 7 Oktober lalu, Direktorat Intelijen Militer Israel dilanda krisis yang menyebabkan komandannya, Mayor Jenderal Aharon Haliva, mengumumkan pengunduran dirinya pada April 2024. Militer kemudian mengatakan bahwa Haliva telah meminta untuk dibebastugaskan karena direktorat tersebut gagal mencegah serangan 7 Oktober.
Media Israel pada Kamis kemarin menyiarkan salinan surat pengunduran diri Sariel. Dia situ dia meminta maaf karena tidak mampu memenuhi misi yang dipercayakan kepadanya saat terjadinya peristiwa 7 Oktober.