Peneliti Mampu Prediksi Risiko Demensia 10 Tahun Sebelum Diagnosis, Manfaatkan Protein dalam Darah
SEBUAH Penelitian baru yang melibatkan sampel darah beku, telah menemukan banyak protein yang dapat memprediksi beberapa jenis demensia lebih dari 10 tahun sebelum penyakit tersebut didiagnosis. Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti dari Inggris dan China, yang dipublikasikan pada 12 Februari di jurnal Nature Ageing.
Penelitian tersebut merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengembangkan tes darah sederhana, untuk dapat mengidentifikasi pasien dengan risiko demensia. Diyakini para ilmuwan akan mempercepat pengembangan pengobatan baru.
Melansir dari Asiaone, Rabu (4/9/2024) metode utama untuk mendeteksi demensia adalah melalui pemindaian otak yang dapat menemukan kadar abnormal yang disebut protein beta amyloid bertahun-tahun sebelum demensia Alzheimer berkembang. Namun, tes ini mahal dan sering kali tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan.
Seorang peneliti Alzheimer dari Universitas Washington di St. Louis, dr. Suzanne Schindler yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan bahwa tes darah yang dapat memprediksi risiko demensia dalam 10 tahun ke depan mungkin akan segera tersedia. Namun, dia juga mengakui bahwa mengetahui risiko tinggi bisa membuat orang bingung tentang langkah apa yang harus diambil.
Penulis penelitian ini, Jian-Feng Feng dari Universitas Fudan di Shanghai, menekankan pentingnya pengembangan tes semacam itu di negara-negara dengan populasi yang menua, seperti China. dan mencatat bahwa mereka sedang dalam pembicaraan untuk pengembangan komersial potensial dari tes darah berdasarkan penelitian.
Dalam penelitian ini, tim peneliti dari Universitas Warwick dan Universitas Fudan menganalisis 52.645 sampel darah dari repositori penelitian Biobank Inggris, yang dikumpulkan antara 2006 dan 2010. Para partisipan pada saat itu tidak menunjukkan tanda-tanda demensia. Dari jumlah tersebut, 1.417 orang akhirnya didiagnosis dengan penyakit Alzheimer, demensia vaskular, atau bentuk lain dari demensia.
Para peneliti mempelajari tanda-tanda protein yang ditemukan di sampel darah mereka dan mengidentifikasi 1.463 protein yang terkait dengan demensia. Mereka kemudian mengurutkan protein ini berdasarkan seberapa kuat mereka dapat memprediksi perkembangan demensia.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa orang dengan kadar protein GFAP, NEFL, GDF15, dan LTBP2 yang lebih tinggi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan Alzheimer, demensia vaskular, atau demensia dari penyebab apa pun. Misalnya, orang dengan kadar GFAP tinggi 2,32 kali lebih mungkin mengalami demensia.