Buntut Jalan Rusak Warga Nagekeo Ubah Teks Proklamasi Saat Upacara 17 Agustus

Buntut Jalan Rusak Warga Nagekeo Ubah Teks Proklamasi Saat Upacara 17 Agustus

Terkini | belu.inews.id | Minggu, 18 Agustus 2024 - 08:40
share

NAGEKEO, iNewsBelu.id - Sebagai bentuk protes warga karena tidak pernah mendapat perhatian serius dari pemerintah. Masyarakat bersama dengan para tokoh adat desa woloede, kampung Nagekeo, NTT mengubah teks proklamasi pada seremonial peringatan HUT acara 17 Agustus buntut 79 tahun sejak Indonesia merdeka Jalan desa tak diperhatikan pemerintah.

Teks proklamasi dibacakan ketika sambutan tokoh adat pada acara 17 Agustus di kampung ulunua, desa Woloede, kabupaten Nagekeo, NTT.

Yosef Mola tokoh adat mengatakan pembacaan teks proklamasi versi warga ini merupakan bentuk aksi protes warga kepada pemerintah karena sejak mSa penjajah hingga 79 tahun kemerdekaan warga di kabupaten ini belum juga mendapatkan perhatian dari pemerintah.

"Iya pembacaan teks proklamasi versi warga ini karena bentuk protes dan ini sebagai bentuk kerinduan kami akan pembangunan didaerah kami ini terutama jalan raya yang layak," ungkapnya.


Yosef juga menambahkan wilah ini sangat dikenal dengan hasil bumi yang sangat berlimpah namun sayang tidak bisa di jual untuk meningkatkan ekonomi karena faktor jalan nya sangat rusak dan tidak bisa di lalui dengan kendaraan manapun, hal ini juga salah satu kendala jika kemiskinan di wilayah ini tidak bisa teratasi.

"Sebelumnya ratusan siswa melakukan pawai dengan diiringi drum band melewati jalan rusak yang tidak diperhatikan pemerintah. Mereka harus berjalan dari halaman SD Majamere menuju Kampung Ulunua yang berjarak sekitar 1 km.

Di tengah jalan beberapa warga harus mengguling beberapa batu di badan jalan agar tak menghalangi para peserta drum band.

Warga lain membantu meratakan jalan dengan pasir agar mayoret pemimpin drum band tidak jatuh akibat buruknya jalan.

Tak lupa dalam longmarch tersebut ratusan warga turut serta dan ada sebagian yang membawa kelapa serta daun umbi talas sebagai simbol kekayaan hasil bumi warga.

Warga kesal karena sudah 79 tahun Indonesi merdeka jalan desa tidak diperhatikan dan lebih menghabiskan anggaran buat upacara bendera di IKN.


"Kita berharap gelontoran dana buat upacara bendera IKN bisa disisihkan buat warga di desa ini karena sudah 40 tahun sejak desa ini berdiri warga harus bekerja sendirian untuk membangun jalan.

Hingga saat ini jalan desa sangat tidak layak dan sangat buruk walupun daerah ini punya hasil bumi seperti cengkeh pala dan buah yang melimpah.

Warga sangat kesulitan dan tetap miskin karena semua harga hasil bumi ditekan oleh pengepul atau pedagang akibat akses jalan yang buruk.

Topik Menarik