Ternyata Ini Sosok Pahlawan Pertama di Uang Rupiah
JAKARTA - Mengungkap pahlawan pertama yang gambarnya ada di uang Rupiah terbitan Bank Indonesia (BI).
Jasa para pahlawan tentu harus diingat hingga saat ini. Tanpa jasa pahlawan, mungkin Indonesia tidak akan merdeka pada 17 Agustus 1945.
Ungkapan bijak pernah dilontarkan oleh Soekarno soal pahlawan.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya," demikian ungkapan bijak Bung Karno saat berpidato pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 1961.
Jasa-jasa para pahlawan selalu menggugah patriotisme dan nasionalisme generasi berikutnya. Namanya tak hanya menghiasi lembaran sejarah, tetapi juga di lembaran uang rupiah.
Di setiap uang Rupiah, selain sebagai alat pembayaran, tersemat makna dan narasi kebangsaan. Gambar-gambar yang disajikan mulai dari sosok pahlawan, kebudayaan, hingga flora dan fauna tidak saja merupakan hasil karya seni rupa adiluhung dan estetis, tetapi juga merepresentasikan berbagai simbol dan identitas keindonesiaan. Hal itu pula yang telah menghiasi berbagai uang rupiah terbitan Bank Indonesia.
Pada terbitan pertamanya, Bank Indonesia menampilkan uang bergambar pahlawan dalam Seri Kebudayaan tahun 1952.
Bagi Indonesia sebagai negara yang kala itu masih belia dan kerap menghadapi berbagai kegentingan, kemunculan sosok pahlawan dalam uang menjadi hal yang amat penting. Sebab, di sana tersimpan spirit untuk memperkuat tenun kebangsaan dan persatuan. Lewat sosok pahlawan, ada keteladan yang menjadi daya rekat anak bangsa.
Lantas, siapakah sosok pahlawan yang ditampilkan dalam uang terbitan pertama Bank Indonesia?
Pahlawan tersebut adalah Kartini dan Diponegoro. Siapa yang tak kenal Kartini. Pahlawan yang lahir pada 21 April 1879 ini dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan di Indonesia.
Di masanya, Kartini muncul dengan semangat baru: semangat kebebasan, kesetaraan, modernisasi, dan anti-feodalisme. Pikiran-pikirannya yang ia tuliskan lewat surat-surat, mencoba mengimajinasikan dan mendefinisikan apa yang kemudian menjadi Indonesia.
Kumpulan surat Kartini lalu diterbitkan di Belanda dalam bentuk buku dengan judul Door Duisternis Tot Licht dan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Buku inilah yang menjadi bacaan wajib aktivis pergerakan kala itu sekaligus turut membuka keasadaran nasional di kalangan pelajar pribumi.
Kartini memnag tidak berada di garis depan mengangkat senjata seperti Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati melawan penjajah. Dia hanya pembuka jalan, pencetus cara berpikir baru.
Kartini muncul di uang kertas pecahan Rp5 pada 1952 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia setelah ditetapkan sebagai bank Sentral.
Saat itu, Bank Indonesia sedang mempersiapkan kelahirannya setelah menasionalisasi De Javasche Bank sejak 1951. Lantaran undang-undang tentang Bank Indonesia baru lahir pada 1953, maka uang kertas emisi 1952 tersebut baru resmi diedarkan pada 2 Juli 1953.
Di bagian utama uang tersebut terdapat gambar R.A. Kartini dengan ukiran stilisasi dua burung dan motif kelok paku yang mengelilingi bagian tengah sehingga menyerupai bingkai.
Sedangkan, di bagian belakang terdapat gambar pohon kalpataru atau pohon kehidupan yang diapit oleh stilisasi dua ekor ular serta ornamen dekoratif perpaduan garis-garis yang membentuk seperti kipas terkembang.
Masa penggunaannya sekitar sembilan tahun karena ditarik oleh Bank Indonesia pada 1961. Gambar Kartini kembali muncul di bagian depan uang kertas nominal Rp10.000 tahun emisi 1985.