Curhat Bidan di Gunungkidul, Anaknya Lahir Lumpuh Diduga karena Salah Prosedur Persalinan

Curhat Bidan di Gunungkidul, Anaknya Lahir Lumpuh Diduga karena Salah Prosedur Persalinan

Terkini | inews | Sabtu, 6 Juli 2024 - 08:01
share

GUNUNGKIDUL, iNews.id - Nurul Hidayah Isnaniyah (35) bidan di salah satu Puskesmas di Gunungkidul tak pernah menyangka, lengan kiri anaknya lumpuh sejak lahir. Dia menduga kelumpuhan yang terjadi pada anak keduanya karena salah prosedur ketika menjalani persalinan.

Nurul warga Siraman Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY menceritakan, awalnya memang memutuskan untuk melahirkan salah satu rumah sakit yang dia nilai bagus karena rekam jejaknya, Senin (3/4/2023).

Sejak masa kehamilan, dia rutin memeriksa kandungan di rumah sakit tersebut. Perkembangan janin pun selalu terpantau dengan baik hingga mendekati hari perkirakan persalinan. Selama kehamilan, dia selalu berkonsultasi dan mengungkapkan keluhannya kepada seorang dokter spesialis kandungan.

"Saya memilih beliau karena satu-satunya dokter spesialis kandungan yang perempuan demi kenyamanan saya sendiri," ujarnya, Jumat (5/7/2024).

"Saya periksa 7 kali dan keluhannya sama, kenaikan berat badan saya itu tidak normal. Kalau awal kehamilan itu 80 (kg) normalnya naik 5-7 kg, tetapi ini saya sampai nyaris 100 kg," katanya.

Pada kehamilan kedua ini dia sudah berusia 35 tahun dan memang mengalami obesitas. Pada kehamilan pertama dulu, dia melahirkan anak dengan berat 3.500 gram dalam proses persalinan normal. Jeda antara pembukaan pertama dengan seterusnya tidak terlalu lama.

Nurul menyampaikan, 2 hari sebelum persalinan sudah mengalami pembukaan awal dan memang ada bercak darah tanda-tanda melahirkan. Dia kemudian memutuskan untuk mendatangi rumah sakit tempat dokter tersebut berpraktik.

Dia menyebut, sesampai di rumah sakit diketahui sudah mengalami pembukaan 4. Namun karena memiliki riwayat pembukaan anak keempat pada kelahiran anak pertama itu sangat cepat, dia diminta untuk opname. Ternyata pembukaan yang diharapkan berlangsung sangat lamban.

"Berat bayi yang saya kandung diperkirakan mencapai 3,3 kilogram oleh dokter tersebut," ucapnya.

Nurul mengaku mengalami rasa sakit yang luar biasa. Dia kesulitan untuk menjalani proses persalinan normal karena merasa anak yang dikandungnya berukuran besar atau di atas normal. Hal tersebut dia sampaikan ke bidan atau perawat yang menanganinya.

Dia juga meminta untuk proses persalinan secara sesar namun tidak diindahkan dokter. Proses persalinan ternyata tidak berjalan lancar lantaran sulitnya bayi untuk lahir saat itu. Namun dia berkali-kali diminta untuk mengejan agar anaknya bisa terdorong keluar.

"Bahkan saya diminta seperti posisi sujud. Terus juga bayi didorong dari atas, tetapi tetap saja tidak bisa keluar. Saya sudah kehabisan tenaga untuk mengejan lagi," ucapnya.

Hingga akhirnya petugas rumah sakit memaksa penggunaan alat vacum saat proses persalinan. Saat alat vacum digunakan memang kepala anaknya dapat keluar, namun badannya belum. Saat itu dia mengetahui jika kepala anaknya memang besar, dan menduga badannya juga besar.

"Berbagai upaya saya dan dokter lakukan agar anak saya bisa lahir saat itu," katanya.

Dia menerangkan, saat itu terlihat ada yang berusaha menarik lengan kiri anaknya hingga bisa lahir. Kesakitan luar biasa dia alami karena jalan lahir anaknya robek hingga mendekati anusnya. Kala itu, anaknya tidak terdengar menangis.

Setelah diberikan penanganan sekitar 1 menit, suara tangisan anaknya terdengar. Kemudian pihak rumah sakit membawa bayi tersebut ke ruangan lain. Dia tidak memiliki prasangka negatif apa pun karena dia menduga anaknya sedang dibersihkan.

"Namun 2 jam pascapersalinan, bayi saya tak kunjung diperlihatkan, padahal saat itu saya harus segera menyusui," ujarnya.

Nurul melanjutkan, petugas yang menangani saat itu menyampaikan jika bayinya sedang diberikan bantuan oksigen. Dia memaklumi karena proses persalinan yang berlangsung lama.

Namun 2 jam kemudian bayinya tidak kunjung diserahkan. Merasa ada yang janggal, dia meminta suaminya untuk mengecek kondisi bayinya sekaligus mengadzaninya. Saat itu kondisi bayi memang sedang dibedong (dibalut kain) seperti pada umumnya.

"Yang aneh itu satu tangannya terbalut, sedangkan satunya tidak, sehingga kami curiga dengan hal tersebut," katanya.

Nurul seketika terkejut mendengar keterangan dokter bayinya lahir dengan berat badan bayi 4,8 kilogram dan dalam kondisi tangan kiri tidak dapat bergerak atau lumpuh. Hal ini membuatnya syok meski masih berpikiran positif lengan anaknya hanya patah tulang dan bisa disembuhkan.

Seusai persalinan, dia dengan suami membawa anaknya ke RSUD Wonosari. Dia kaget karena RSUD Wonosari saat itu menyampaikan jika terdapat kerusakan saraf tangan bayi yang mengakibatkan kelumpuhan.

Peristiwa itulah yang Nurul menduga adanya malapraktik pada proses persalinan yang mengakibatkan anaknya lumpuh. Dia menyayangkan permintaan sesar yang tidak diindahkan oleh dokter rumah sakit tersebut.

Setidaknya enam bulan lamanya dia mencari rumah sakit yang dapat menyembuhkan anaknya. Namun hingga kini, tangan anaknya tak kunjung pulih.

Merasa tak ada bentuk pertanggungjawaban dari rumah sakit tempatnya melahirkan, dia kemudian mengadukan peristiwa yang menimpanya ke Polres Gunungkidul.

"Kami dan pihak rumah sakit sempat mediasi di Polres Gunungkidul, namun hingga kini tak ada solusi," ucapnya.

Kemudian, Nurul mengadukan dokter yang menangani ke Majelis Kehormatan Dokter Indonesia (MKDI) di Jakarta. Aduannya tersebut memuat praktik kedokteran yang tidak kompeten, tidak melakukan tindakan yang memadai yang dapat membahayakan pasien serta tidak adanya penjelasan jujur kepada pasien.

Media ini telah berupaya untuk melakukan konfirmasi ke pihak rumah sakit. Namun, pihak rumah sakit yang dimaksud belum dapat ditemui. Hingga berita ini ditayangkan, tidak ada penjelasan resmi dari pihak rumah sakit tersebut.

Topik Menarik