Bantu Biaya Sekolah Tiga Adik, Cerita Pejuang Pulang Servis Motor di Pos Mudik

Bantu Biaya Sekolah Tiga Adik, Cerita Pejuang Pulang Servis Motor di Pos Mudik

Terkini | okezone | Rabu, 17 April 2024 - 10:46
share

RIZAL Sutikno (20), salah satu pemudik asal Purworejo, Jawa Tengah, mengatakan, "Yang saya kangenin itu ngobrol sama Bapak."

Bermodal tekad dan nekat, anak ketiga dari enam bersaudara tersebut melakukan perjalanan panjang menuju pulang kampung. Berangkat sendiri dari tempat rantaunya di Tangerang menuju kampung halaman tercinta di Purworejo menggunakan sepeda motor sejak Ahad 7 April 2024 dini hari.

Rizal berkisah, baru sekira empat jam pertama dalam perjalanannya, ia harus melipir ke bengkel karena ada suatu kerusakan pada partisi kelistrikan sepeda motornya. Setelah diperiksa oleh montir, pejuang pulang itu harus membeli dan mengganti beberapa partisi tersebut agar sepeda motornya kembali hidup.

Setelah teratasi dan kembali melanjutkan perjalanan, sekira 100 kilometer kemudian sepeda motornya kembali bermasalah. Rizal menuntun sepeda motornya beberapa kilometer kala sengatan matahari kian di atas kepala. Kali ini ia melipir ke Pos Mudik Cirebon Dompet Dhuafa. Ya, ada layanan servis motor gratis di sana.

"Oli, kiprok, dan sepulnya kena (masalah) karena panas. Sekarang merembet ke accu, harus ganti lagi. Padahal seminggu lalu saya sempat servis. Niat hemat mudik pakai motor tapi kendalanya ada saja. Ya, dinikmati saja," kata Rizal.

Saya menemani Rizal mengobrol seraya menunggu partisi sepeda motornya dikutak-katik oleh relawan montir yang menempa ilmunya di sekolah vokasi Institut Kemandirian (IK).

"Baru setahun saya merantau di Tangerang, alhamdulillah dapat kerja di pabrik busa kasur. Tahun lalu saya mudik naik bus, jadi sekarang perdana saya coba mudik pakai motor biar lebih hemat. Motor jadul ini, mas, beli second hasil kerja, belum punya apa-apa," tutur Rizal merendah.

"Orangtua senang akhirnya saya dapat kerja. Di Purworejo kami kerja buruh tani. Karena sekarang saya rantau, akan lebih senang kalau kita kumpul, saya pulang. Bapak juga sudah sakit sepuh sekarang, jadi saya bantu biayai tiga adik-adik saya yang masih sekolah, makanya saya ingin hemat-hemat mudik pakai motor saja," lanjutnya.

Saya tertegun mengetahui hal itu. "Keren banget!" gumam saya. Dalam tantangan perjalanan mudiknya, dia memang berjuang untuk pulang. Dalam upaya perjalanan karirnya, dia sedang berjuang untuk adik-adiknya.

Bagi Rizal sendiri, ia merasa belum punya apa-apa. Tapi bagi "kacamata" saya, ia memiliki banyak "tabungan" yang akan dinikmatinya kelak.

"Kedua kakak saya perempuan, dulu mereka yang bantu biayai saya sekolah," aku Rizal.

"Bapak mengajarkan kami untuk sopan dan tanggung jawab. Dia juga pernah bilang, tinto ne isih ning pogo (tintanya masih di atas). Ibarat kita posisi di bawah, punya pulpen, tapi tintanya masih di atas. Jadi belum bisa nulis dan belum ada kertasnya juga, kita raih tintanya itu," jelasnya teringat kalimat makna dari sang Bapak.

Topik Menarik