Kecaman Pasca-Penyerbuan Rumah Sakit Al Shifa

Kecaman Pasca-Penyerbuan Rumah Sakit Al Shifa

Terkini | inews | Senin, 20 November 2023 - 13:45
share

Hamidin
Mantan Deputi Bidang Kerja Sama Internasional BNPT, Pengamat Terorisme

BAGI yang aktif mengikuti perkembangan dan dinamika situasi keamanan di Gaza selalu ada berita menarik untuk dibaca, dibahas, dan didiskusikan, khususnya pasca-penyerbuan Rumah Sakit Al Shifa beberapa hari lalu. Kali ini penulis mendapat berita dari seorang sahabat, pengamat media dari Turki.

Dia menganalisis tulisan dari kantor berita Anadolu Ajansi berjudul, " Israil ordususun - Hamas Karargahi - oldugunu savundugu Sifa Hastanesinden sundugu - Kanitlar - elestru Konusu Oldu ". Arti sederhana topik ini adalah "Bukti yang Dihadirkan Tentara Israel dari Rumah sakit Al Shifa yang Diklaim sebagai Markas Besar Hamas telah Menjadi Sasaran Kritik...". Karena topiknya "Sasaran Kritik", penulis jadi ikut tertarik untuk membahas hal tersebut.

Semua pihak, baik pro-Israel maupun pro-Hamas, yang sempat melihat gambar-gambar yang disajikan tentara Israel beberapa saat setelah penyerbuan, kalau mau jujur, sungguh tidak puas. Alasannya gambar-gambar dan video yang ditampilkan tidaklah memberikan hasil yang dapat meyakinkan penonton tentang siatuasi sebenarnya secara real-time. Antara isi dan judul berita sangat tidak sinkron.

Misalnya, berita setelah rumah sakit dikepung, dibarikade oleh tank-tank, rumah sakitnya dinyatakan ditutup untuk dunia luar serta klaim bahwa senjata dan perangkat elektronik telah disita dari dalam perangkat pencitraan resonansi magnetik (MRI). Dilihat dari video yang beredar, dipastikan penonton akan berasumsi bahwa situasi dalam video itu sebagai sesuatu yang mengada-ada.

Demkian juga dengan komputer, buku, serta video tentang setengah kotak buah kurma, 10 pucuk senapan AK, rompi, dan granat tangan yang diberitakan sebagai barang bukti milik Hamas, juga tidak akan bisa meyakinkan publik. Sulit juga diterima nalar dan akal sehat. Apalagi sebagian besar peralatan itu dalam kondisi kusam sudah berkarat, tidak sebagaimana senjata yang standby, siap tempur, di markas militer.

Gambar-gambar yang diklaim Israel tersebut tidak ada satu pun yang menunjukan kepada suatu bukti yang pasti, seperti katanya ada terowongan rahasia bawah tanah dan ada tahanan khusus untuk orang Israel yang betul-betul menjelaskan bahwa itulah markas besar Hamas.

Seorang analis keamanan merangkap jurnalis Isreal, Yossi Cohen, menganggap Israel sudah memberi cap, stigma, dan prasangka buruk terhadap rumah sakit yang sejatinya merupakan tempat penyelamatan darurat bagi ribuan nyawa manusia. Bahkan media TV Israel, Channel 13, pun secara jelas memberitakan dan menganggap "Inilah kegagalan besar intelijen Israel" karena bertentangan dengan klaim selaman ini dan tidak adanya indikasi apa pun bahwa ada fasilitas militer Hamas di dalam RS Al Shifa.

Atas berita dan kritik yang tersebar luas di media massa, baik di luar (masyarakat global) maupun dalam negeri Israel, tentang analisis bahwa di dalam sana ada 'markas Besar', timbul pertanyaan, di manakah tentara Hamas saat penyergapan itu? Apakah mereka terkepung dan tertangkap? Kalau iya, mana mereka? Atau mereka lari dan ditangkap pasukan artileri di lini atau barikade luar? Itu pun, mana?

Ini perlu dijelaskan dan dijawab. Karena sebelumnya intelijen militer Israel secara meyakinkan telah mengklaim bahwa ada 200 anggota Hamas yang melakukan penyerangan pada 7 Oktober 2023 lalu di dalam rumah sakit itu. Juga Israel sempat menjelaskan bahwa saat penyerbuan, Rumah Sakit Al Shifa tersebut ada lima anggota Hamas terbunuh di luar rumah sakit, padahal menurut banyak saksi dari dalam rumah sakit, tidak ada kontak tembak, tidak ada perlawanan dari dalam rumah sakit itu.

Protes keras juga disampaikan seorang politikus dan peneliti Palestina Mustafa Bergusi yang memberikan penilaian bahwa "Israel adalah induk dari segala skandal".

Benarkah Target Israel Sebetulnya Bukan Hamas tapi Populasi?

Setelah banyak dicemooh dan menjadi sasaran kritik keras, tentara Israel kemudian membuat posting-an baru dengan versi lebih Panjang dari posting-an yang dirilis sebelumnya. Bedanya, kalau postingan terdahulu berisi banyak gambar, maka video terbaru kali ini lebih banyak memuat komentar-komentar umum yang dibuat dan dihimpun juru bicara militer Israel.

Sampai posting-an yang terbaru dirilis, tentara Israel ternyata belum juga bisa menunjukan bukti yang mendukung klaim mereka bahwa RS Al Shifa adalah benar markas utama Hamas.

Hal menarik lainnya, yang dihimpun dari dari banyak saksi yang berada di dalam rumah sakit saat penyerbuan, terowongan yang sering diberitakan Israel berada persis di bawah rumah sakit, ternyata itu tidak ada. Pada 28 Oktober, mungkin semua masih ingat, dalam sebuah posting-an di akun media sosial X, tentara Israel mengklaim bahwa Rumah Sakit Al Shifa adalah pusat komando utama yang digunakan oleh Hamas untuk "kegiatan teroris". Di dalamnya menunjukkan adanya ruang pusat komando dan terowongan di bawah rumah sakit.

Tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) juga menyatakan, di terowongan itu mungkin ada 240 tahanan, ternyata juga tidak benar. Pada penetrasi besar-besaran terhadap RS Al Shifa, Israel tidak menemukan itu.

Reporter Fox News Trey Yingst, yang ikut memasuki Rumah Sakit Al Shifa bersama tentara Israel serta juga ikut membuat film, menyatakan dalam posting-annya di X-nya, tentara tidak menunjukkan terowongan yang dikatakan ada di bawah rumah sakit, tapi justru senjata dan peralatan militer sebagai barang bukti.

"Kiranya, Israel sendiri yang menyiapkan dan memberikan bukti itu" katanya.

Berbicara kepada Anadolu (AA), Bergusi juga mengatakan, tentara Israel tidak menemukan apa pun di Rumah Sakit Al Shifa.

Dia mengatakan setelah penggerebekan di rumah sakit, yang mereka temukan hanyalah Kalashnikov dan laptop yang mungkin mereka telah lebih dulu taruh di sana. Bergusi sungguh tidak memercayai mereka.

Bergusi menambahkan, berkali-kali Israel mengklaim bahwa rumah sakit tersebut adalah markas Hamas, markas Hamas, markas Hamas, namun tidak ada informasi lengkap tentang klaim tersebut dan dia mengatakan, Ada pejuang yang menahan tawanan di dalam gedung, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan para tawanan itu".

Menurut Bergusi, semua amunisi militer disimpan di sana dan setelah 18 jam, baru mereka menunjukkan laptop, sepatu, dan Kalashnikov.

"Saya yakin mereka sendiri yang telah menaruhnya di sana," katanya.

Bergusi juga mengatakan, Rumah Sakit Al Shifa selalu menginginkan dan meminta komisi internasional untuk datang dan memeriksa serta mengidentifikasi tempat tersebut agar dunia tahu tentang kebenaran. Namun Israel tidak pernah mau menerima masuknya pengamat internasional.

Dia mengatakan banyak yang berpendapat, tujuan Israel bukanlah perang melawan target militer, sebaliknya, sasaran mereka adalah warga sipil yaitu populasi di sini.

"Kami melihat pembantaian terhadap warga sipil. Mereka menghancurkan rumah-rumah penduduk. Mereka membunuh anak-anak dan perempuan, 6.000 sampai 8.000 terbunuh, ini tidak bisa diterima," katanya.

Sementara itu Channel 13 melaporkan, ini benar-benar bencana, aib, bagi intelijen. Ini bukan hanya kegagalan intelijen Israel, tapi juga kegagalan intelijen Amerika Serikat.

"Perwakilan Dewan Keamanan Nasional AS telah terus-menerus mengulangi kebohongan atas tuduhan Israel," isi laporan.

Dalam posting-an di akun media sosial, Bulan Sabit Merah Palestina juga menyebutkan, tentara Israel terbukti telah menghalangi ambulans yang berusaha mencapai lokasi keadaan darurat di Kota Jenin, Tepi Barat.

Menurut video tersebut, petugas kesehatan diadang oleh pasukan Israel dan dipaksa keluar dari ambulans. Para petugas kesehatan dikeluarkan secara paksa dari ambulans, diperintah untuk berjalan menuju kendaraan lapis baja oleh pasukan Israel sambil mengangkat tangan.

Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan, pasukan Israel telah mempermalukan petugas kesehatan dengan dipaksa keluar dari ambulans, dipaksa berlutut. Setelah itu mereka menggeledah ambulans.

Mereka mengidentifikasi ada 180 pelanggaran terhadap petugas kesehatan di Tepi Barat sejak 7 Oktober lalu.

Bulan Sabit Merah Palestina mengecam keras pelanggaran yang dilakukan, bukan hanya karena merendahkan martabat petugas medis, tapi juga menunda penanganan darurat korban luka, sehingga membahayakan nyawa mereka, bunyi pernyataan Bulan Sabit Merah.

Seakan tak mau terus dicemooh dan dihujat, Israel kembali membuat pernyataan terbaru. Disebutkan mereka baru menemukan satu jenazah sandera kedua yang ditahan oleh Hamas di dekat Rumah Sakit Al Shifa Gaza. Dia adalah Noa Marciano, seorang tentara muda berusia 19 tahun yang pemakamannya dilakukan Jumat ini. Itu pun mendapat cemooh karena penemuan jenazahnya dilaporkan di dekat rumah sakit, bukan di dalamnya.

Artinya klaim bahwa di dalam rumah sakit adalah markas juga dimentahkan.

Pembelajaran apa yang kita petik dari situasi RS Al Shifa ini? Pertama, sekecil apa pun konflik tidak boleh dibiarkan menjadi besar. Kedua, kedamaian umat manusia adalah cita-cita semua orang, semua keluarga, semua bangsa, dan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Ketiga, jangan jadikan perbedaan etnis, suku, ras agama, tingkat kesejahteraan, menjadi dikotomi dan sekat batasan dalam hubungan. Rukun dan guyub itu sumber kebahagiaan.

Keempat, kasus Hamas-Israel kita jadikan bahan renungan, bahwa kalau ada konflik, maka jangankan hidup normal, bernapas pun menjadi sulit.

Ayo, kita jaga kedamaian dan persaudaraan masyarakat Indonesia. Mari kita berdoa bagi kedamaian seluruh umat manusia.

Topik Menarik