Serapan Gas Melon di Gunungkidul Turun, Banyak Warga Beralih ke Kayu Bakar

Serapan Gas Melon di Gunungkidul Turun, Banyak Warga Beralih ke Kayu Bakar

Terkini | inews | Senin, 20 November 2023 - 09:13
share

GUNUNGKIDUL, iNews.id - Serapan gas elpiji ukuran tiga kilogram atau dikenal dengan gas melon di Kabupaten Gunungkidul menurun. Sejumlah pangkalan mengeluh tidak bisa menjual sesuai target karena banyak berdiri pangkalan elpiji baru.

Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten Gunungkidul, Asar Janjang Riyanti mengakui jika kondisi penjualan gas elpiji tiga kilogram sedang lesu. Hal ini bukan diakibatkan adanya penambahan kuota, namun karena memang kondisi ekonomi. Selain itu juga cuaca kurang berpihak.

"Daya beli masyarakat menurun serta cuaca sangat terik. Masyarakat banyak yang kembali ke kayu bakar," ujarnya.

Sementara di kalangan pemilik pangkalan menduga penurunan ini karena iklim usaha yang tidak sehat. Pemerintah dan Pertamina terlalu mudah mengeluarkan izin pendirian agen dan pangkalan baru. Kondisi ini menjadikan persaingan antarpangkalan.

Tidak jarang pemilik pangkalan memilih jual rugi demi menghabiskan kuota atau jatah mingguann. Jika kondisi ini dibiarkan maka akan banyak pangkalan yang gulung tikar.

Sepekan saya dapat jatah 90 tabung, kadang sisa setengah. Itupun saya sudah muter-muter cari tabung kosong, kata Hasan pemilik pangkalan.

Menurutnya, setiap pekan dirinya harus nombok karena harus mengeluarkan biaya untuk mengambil stok. Kuota itu harus dihabiskan agar gas di pangkalannya tidak menumpuk.

Kadang harus rugi, karena stok belum habis sudah harus menebus lagi, katanya.

Pemilik pangkalan yang lain, Dedy mengaku kebingungan untuk menghabiskan stok gas elpijinya. Hari ini merupakan jadwalnya mendapat kiriman sebanyak 90 tabung. Namun di pangkalan yang dia miliki masih ada sisa 40 tabung.

"Saya harus bagaimana. Nyari pinjaman tabung? Sudah susah sekarang," ujarnya.

Menurutnya saat ini banyak pangkalan yang menjual elpiji dengan cara berkeliling. Mereka juga menabrak kesepakatan batas dan area penjualan. Bahkan dalam praktik di lapangan juga terjadi perang harga.

"Ini kami tidak bisa menjual, lha kok pangkalan dan agen baru terus nambah. Kami bisa gulung tikar kalau kayak gini," kata dia.

Topik Menarik