Komdigi Tegaskan Komitmen Perkuat Ekosistem Inklusi Digital bagi Semua Masyarakat Indonesia

Komdigi Tegaskan Komitmen Perkuat Ekosistem Inklusi Digital bagi Semua Masyarakat Indonesia

Teknologi | okezone | Kamis, 11 Desember 2025 - 14:08
share

JAKARTA – Ekosistem digital harus dapat diakses oleh para penyandang disabilitas, menghadirkan inklusi bagi semua kalangan. Untuk mewujudkan hal ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk memperkuat ekosistem inklusi digital bagi penyandang disabilitas.

Sekretaris Ditjen Komunikasi Publik dan Media Komdigi, Very Radian, menyebut bahwa inklusi digital bukan sekadar slogan, melainkan proses bersama yang harus dikerjakan lintas sektor dan melibatkan seluruh masyarakat.

“Inklusif itu bukan hanya tujuan, tetapi proses bersama. Komunikasi publik harus mampu menembus batasan dan menjadi kekuatan yang memperkaya bangsa,” kata Very saat memberikan sambutan dalam acara SIMPHONI: Sinergi Museum Penerangan untuk Harmoni Digital Inklusif yang berlangsung di Museum Penerangan TMII, Senin (8/12/2025).

Ia menegaskan bahwa melalui penyebaran informasi yang tertata dan mudah diakses, negara hadir memberikan ruang setara bagi semua warga negara untuk berkarya dan tumbuh.

 

Komdigi juga menyoroti pentingnya regulasi yang melindungi akses digital masyarakat, salah satunya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Perlindungan Anak di Ruang Digital (PP Tunas). Regulasi ini telah melahirkan platform TunasDigital.id, sebuah portal integrasi edukasi dan literasi digital bagi keluarga Indonesia.

“Platform ini kami harapkan menjadi benteng terakhir bagi para ibu untuk mengawal anak-anaknya ketika mengakses internet. Ini adalah bentuk perlindungan negara yang konkret,” tegas Very.

Acara SIMPHONI ini dihadiri oleh Angkie Yudistia, mantan Staf Khusus Presiden 2019–2024, yang tampil sebagai narasumber utama.

Angkie membagikan pengalamannya sebagai penyandang disabilitas Hard of Hearing sekaligus aktivis yang terlibat langsung dalam penyusunan tujuh Peraturan Pemerintah dan dua Peraturan Presiden terkait pemenuhan hak penyandang disabilitas. Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut lahir dari keyakinan bahwa negara tidak boleh absen dalam menciptakan ekosistem yang adil.

“Kami tidak butuh dikasihani; kami butuh kesempatan. Negara harus hadir membangun ekosistem yang mendukung penyandang disabilitas mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi,” ungkap Angkie.

 

Penampilan para penyandang disabilitas dalam acara ini, mulai dari musik hingga karya kreatif, semakin menunjukkan bahwa disabilitas bukanlah batasan untuk berkarya.

“Disabilitas bukan penghalang. Disabilitas adalah keunikan dan kelebihan. Teman-teman disabilitas mampu berkarya dan berkreasi seperti siapa pun,” ujar Very. Ia berharap seluruh peserta pulang dengan semangat baru untuk terus mendukung inklusi digital di berbagai ruang kehidupan.

Acara yang dipandu oleh Natalia Endey ini turut dimeriahkan oleh penampilan Koste Band, komunitas POTADS, serta bazar UMKM Kopi Kamu, Ruang Isyarat, dan karya seni dari komunitas disabilitas. SIMPHONI menjadi ruang perjumpaan antara pemerintah, komunitas, UMKM, dan masyarakat luas untuk mewujudkan budaya digital yang inklusif dan harmonis.

Topik Menarik