Kacamata Canggih Meta Gagal Total di Panggung, Muka Mark Zuckerberg Memerah, Salahkan Koneksi Wi-Fi

Kacamata Canggih Meta Gagal Total di Panggung, Muka Mark Zuckerberg Memerah, Salahkan Koneksi Wi-Fi

Teknologi | sindonews | Jum'at, 19 September 2025 - 08:57
share

Panggung megah Meta Connect seharusnya jadi malam penobatan bagi Mark Zuckerberg. Momen di mana ia membuktikan kepada dunia bahwa visinya tentang masa depan Augmented Reality (AR) bukan lagi sekadar angan-angan. Namun, alih-alih sebuah demonstrasi teknologi yang membuat orang terpana, dunia justru disuguhi tontonan drama komedi: serangkaian kegagalan teknis yang canggung, memalukan, dan berulang kali menyalahkan satu "kambing hitam": koneksi Wi-Fi yang buruk.

Acara yang digelar pada Kamis malam waktu Indonesia ini sejatinya adalah panggung peluncuran kacamata pintar premium Meta Ray-Ban Display. Namun, yang akan paling diingat dari acara ini bukanlah kecanggihan produknya. Namun, momen-momen di mana teknologi futuristik itu "mengkhianati" penciptanya sendiri di hadapan jutaan penonton.

Drama #1: AI Resep yang 'Linglung'

Kegagalan pertama terjadi saat Zuckerberg mencoba mendemonstrasikan kecerdasan Meta AI. Ia terhubung dengan seorang kreator konten makanan, Jack Mancuso, yang menggunakan kacamata tersebut untuk meminta resep saus steak ala Korea.

Alih-alih memberikan panduan langkah demi langkah, AI di kacamata justru "linglung". Ia memberikan instruksi yang tidak berurutan dan membingungkan.

"Anda sudah mencampur bahan dasarnya, jadi sekarang parut buah pirnya," desak sang AI, meskipun Mancuso belum melakukan langkah tersebut. Setelah beberapa kali gagal mengoreksi asisten virtualnya, Mancuso akhirnya menyerah dan menyalahkan "koneksi Wi-Fi yang kacau."Zuckerberg pun menimpali dengan canggung, "Ironisnya adalah Anda menghabiskan bertahun-tahun membuat teknologi, lalu koneksi Wi-Fi di hari-H menggagalkannya."

Drama #2: Gestur Tangan yang Diabaikan

Jika kegagalan pertama terasa lucu, yang kedua jauh lebih memalukan. Kali ini, Zuckerberg sendiri yang menjadi korban saat mendemonstrasikan gelang saraf (neural wristband) yang futuristik, alat untuk mengontrol kacamata dengan gerakan tangan halus.

Ia berhasil mengirim pesan kepada CTO Meta, Andrew Bosworth. Namun, masalah terjadi saat Bosworth menelepon balik. Di atas panggung, di bawah sorotan lampu, Zuckerberg mencoba menerima panggilan itu dengan gestur tangan. Tidak ada respons. Ia mencoba lagi. Kacamata itu tetap membisu.

"Sayang sekali, saya tidak tahu apa yang terjadi. Anda berlatih hal-hal ini 100 kali, dan kemudian, Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi," ujar Zuckerberg, mencoba mencairkan suasana yang semakin canggung.

Setelah beberapa kali gagal, Andrew Bosworth akhirnya terpaksa berjalan ke atas panggung untuk "menyelamatkan" situasi, di mana keduanya kembali menyalahkan koneksi Wi-Fi yang "lemot".

Visi Futuristik yang Masih Rapuh

Di balik drama kegagalan ini, kacamata Meta Ray-Ban Display sendiri hadir dengan spesifikasi menarik, seperti layar HUD dengan resolusi 600 x 600 piksel, kamera 12 megapiksel, dan daya tahan baterai 6 jam (ditambah 30 jam dari kotaknya). Gelang sarafnya sendiri memiliki baterai 18 jam.

Namun, insiden di atas panggung ini menjadi sebuah kritik tajam yang tak terucapkan. Menyalahkan "Wi-Fi" secara berulang kali terasa seperti alasan tipis untuk sebuah produk yang jelas belum stabil. Bagi perangkat yang digadang-gadang akan jadi bagian mulus dari realitas kita, kegagalannya berfungsi di lingkungan panggung yang terkontrol adalah sebuah pertanda bahaya.

Acara Meta Connect 2025 pada akhirnya akan diingat bukan karena visi masa depan yang dijanjikan, melainkan karena rapuhnya realitas teknologi yang ditampilkan. Ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa jalan menuju masa depan augmented reality ternyata masih sangat panjang, berliku, dan tampaknya, terkendala oleh koneksi Wi-Fi yangsangatburuk.

Topik Menarik