10 Spesies Hewan Terancam Punah di Dunia, Terbanyak Ada di Indonesia
Habitat alami yang terbatas dan populasi satwa liar yang menurun telah menyebabkan banyak spesies hewan terancam.
Laporan Planet Hidup 2024 kami menunjukkan bahwa rata-rata populasi satwa liar telah menurun sebesar 73 persen sejak tahun 1970.
Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) menunjukkan bahwa lebih dari 47.000 spesies telah dinilai terancam punah. Berikut adalah 10 hewan paling terancam punah di dunia.1. Trenggiling Sunda
Trenggiling merupakan salah satu dari delapan spesies trenggiling yang hidup di hutan Asia Tenggara.
Ancaman utama bagi hewan ini adalah perburuan liar. Dagingnya dianggap sebagai produk mewah dan sisiknya digunakan sebagai bahan dalam pengobatan tradisional.
2. Macan tutul Amur
Spesies ini merupakan yang terlangka di dunia dengan hanya sekitar 130 ekor yang diyakini berada di alam liar. Hewan ini telah masuk dalam daftar spesies terancam punah sejak tahun 1996 dan hanya dapat ditemukan di wilayah kecil di Timur Jauh Rusia dan Tiongkok timur laut. Aktivitas manusia yang tidak terpantau mengancam habitat spesies ini.
3. Harimau Sumatera
Disebut juga Harimau Sumatra dan merupakan subspesies terkecil dengan berat 140 kilogram. Populasinya yang hampir dua kali lipat di Asia Tenggara antara tahun 1980-an dan 2020 telah memengaruhi jumlah hewan langka ini.
Perburuan liar dan perdagangan komersial merupakan beberapa ancaman terbesar bagi hewan ini.
4. Gorila Gunung
Habitat hewan ini berada di hutan dataran tinggi di wilayah pegunungan vulkanik di Republik Demokratik Kongo bagian timur, Rwanda utara, dan Uganda barat.
Diperkirakan terdapat 1.063 gorila gunung di alam liar, yang juga terancam oleh aktivitas manusia yang tidak terkendali dan upaya konservasi intensif sedang dilakukan.5. Orangutan Kalimantan
Orangutan ini hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan dan diperkirakan jumlahnya sekitar 104.700 di alam liar.
Antara tahun 1973 dan 2010, 40 persen habitat hewan ini hancur akibat aktivitas manusia. Sebagian besar hewan ini ditemukan di hutan terdegradasi yang dieksploitasi untuk kayu.
6. Lumba-lumba Tanpa Sirip Sungai Yangtze
Lumba-lumba ini adalah satu-satunya lumba-lumba air tawar yang ditemukan di dunia dan menjadikan Sungai Yangtze di Tiongkok sebagai habitatnya.
Penangkapan ikan yang tak terkendali dan polusi telah berdampak besar pada banyak kehidupan akuatik, termasuk spesies mamalia ini, yang berada di bawah program konservasi yang diluncurkan oleh Beijing.7. Badak Hitam
Antara tahun 1960 dan 1995, populasi hewan ini mengalami penurunan yang signifikan akibat perburuan liar skala besar. Upaya konservasi telah melipatgandakan jumlah spesies ini di seluruh Afrika.
Diperkirakan terdapat 6.421 individu di alam liar, dengan 95 persen populasinya ditemukan di Kenya, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe.
8. Gajah Hutan Afrika
Habitatnya berada di hutan lebat dan lembap di Afrika Tengah dan Barat. Jumlah pasti hewan ini di alam liar tidak pasti, tetapi jumlahnya telah menurun lebih dari 80 persen selama seabad terakhir.
Perburuan yang meluas dan perambahan habitat merupakan beberapa ancaman utama bagi spesies ini.9. Orangutan Sumatra
Mamalia ini hanya ditemukan di Pulau Sumatra, Indonesia. Spesies ini terdaftar sebagai spesies yang sangat terancam punah oleh IUCN dengan jumlah kurang dari 14.000 individu di alam liar.
Spesies ini menghadapi ancaman yang sama dengan spesies Kalimantan dan Tapanuli. Aktivitas manusia yang tidak terkendali merupakan ancaman besar bagi hewan ini, yang kini hanya dapat ditemukan di ujung Sumatra di Ekosistem Leuser, sebuah bentang alam hutan hujan dataran rendah dan lahan gambut yang lembap.
10. Penyu Belimbing
Ia adalah salah satu dari tujuh spesies penyu yang ditemukan di perairan tropis dan subtropis di dekat Samudra Atlantik, Hindia, dan Pasifik. Populasinya dikatakan telah menurun hingga 80 persen selama tiga generasi terakhir.
Polusi plastik, perubahan iklim, dan naiknya permukaan air laut merupakan beberapa faktor utama yang mengancam spesies ini, selain aktivitas manusia yang tidak terkendali.
