Ruang Meeting Zombie Menjamur, Jabra Tawarkan Obat Mahal Seharga Puluhan Juta
Anda mungkin mengenali pemandangan ini: sebuah ruang rapat kecil yang sempit, diisi beberapa orang yang mencoba melakukan panggilan video. Hasilnya? Kamera laptop yang sempit hanya menyorot satu atau dua orang, sementara mereka yang duduk di samping menjadi "anak tiri" yang tak terlihat. Suara pun terdengar sayup-sayup. Ruangan itu ada, namun secara digital ia "mati".
Inilah fenomena "ruang meeting zombie" yang menjamur di ribuan kantor di Indonesia pasca-pandemi, di mana budaya kerja hybrid menjadi norma baru. Melihat masalah ini, Jabra, raksasa audio profesional asal Denmark, datang menawarkan "obat"-nya: Jabra PanaCast 40 VBS.
Ini bukan sekadar webcam biasa. Tapi video bar berbasis Android yang diklaim sebagai satu-satunya di dunia yang mampu menangkap gambar sudut pandang 180° untuk ruang rapat kecil. Sebuah solusi canggih untuk menghidupkan kembali "ruang meeting zombie". Namun, obat canggih ini datang dengan harga yang tak kalah "mencengangkan": mulai dari Rp27,5 juta sebelum pajak.
Mata Super Lebar 180°: Solusi Anti 'Anak Tiri' dalam Rapat
Masalah utama di ruang rapat kecil adalah keterbatasan sudut pandang kamera. Mereka yang duduk paling dekat atau di pinggir seringkali terpotong dari gambar, membuat partisipasi mereka dalam rapat menjadi tidak maksimal.Jabra PanaCast 40 VBS dirancang untuk membunuh masalah ini. Dengan sistem dua kamera yang gambarnya "dijahit" secara digital, ia mampu menyajikan pandangan panorama 180 derajat. Artinya, semua orang di dalam ruangan, dari ujung ke ujung, akan terlihat dengan jelas oleh peserta rapat yang bekerja dari jarak jauh.Kemampuan visual ini didukung oleh enam mikrofon pintar yang bisa fokus menangkap suara pembicara dan satu speaker berkualitas tinggi, memastikan komunikasi dua arah berjalan jernih. Secara teknis, ini adalah solusi yang nyaris sempurna.
Realitas Pasar Indonesia: Kebutuhan vs. Kemampuan
Kebutuhan akan perangkat seperti ini di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Bayu Eko Susetio, Jabra Country Head untuk Indonesia, mengonfirmasi hal ini.Google Luncurkan Gemini 3.0, Diklaim sebagai Model AI Paling Cerdas dengan Penalaran Mirip Manusia
"Di Indonesia, meeting online bisa dibilang sudah menjadi bagian dari keseharian, baik di perusahaan besar, startup, maupun instansi pemerintahan. Tapi pada kenyataannya, masih banyak ruang meeting yang belum dilengkapi dengan perangkat video yang memadai," ujar Bayu.
Namun, di sinilah tantangan terbesarnya: harga. Rp27.583.000 (sebelum pajak) untuk unit video bar-nya saja.
Rp40.445.000 (sebelum pajak) untuk paket lengkap dengan touch controller.Dengan harga setara satu unit sepeda motor baru, pertanyaan kritis pun muncul: seberapa besar "kans" atau peluang produk ini di pasar Indonesia? Bagi perusahaan besar dan multinasional, harga ini mungkin sepadan dengan peningkatan produktivitas. Namun bagi mayoritas Usaha Kecil dan Menengah (UKM) atau startup yang juga menerapkan kerja hybrid, angka ini bisa jadi terlalu mewah. Mereka mungkin akan lebih memilih solusi "cukup baik" yang harganya jauh lebih terjangkau.
Investasi Jangka Panjang atau Kemewahan?
Jabra memposisikan PanaCast 40 VBS sebagai investasi jangka panjang. Perangkat ini fleksibel, bisa berjalan di platform Microsoft Teams, Zoom, atau sekadar dihubungkan ke laptop (BYOD). Pengelolaannya pun terpusat melalui software Jabra+, sebuah nilai jual yang kuat bagi departemen IT perusahaan.Namun, tantangan terbesar bagi tim penjualan Jabra di Indonesia adalah mengubah persepsi pasar. Mereka harus mampu meyakinkan para pengambil keputusan bahwa mengeluarkan puluhan juta Rupiah untuk sebuah video bar bukanlah sebuah kemewahan, melainkan sebuah investasi krusial untuk efektivitas kolaborasi di era kerja modern.
Pada akhirnya, nasib Jabra PanaCast 40 VBS di Indonesia akan menjadi sebuah studi kasus menarik tentang pertarungan antara kualitas premium melawan harga ekonomis. Apakah perusahaan-perusahaan di Indonesia siap membayar mahal untuk "menyembuhkan" ruang rapat zombie merekasecaratuntas?




