Kisah Firaun Ramses II, 60 Tahun Berkuasa hingga Punya Lebih dari 100 Anak

Kisah Firaun Ramses II, 60 Tahun Berkuasa hingga Punya Lebih dari 100 Anak

Teknologi | okezone | Sabtu, 21 Juni 2025 - 16:05
share

JAKARTA - Firaun Ramses II merupakan salah satu penguasa paling terkenal di Mesir Kuno. Ia terkenal lantaran memerintah dalam waktu yang lama sekitar 60 tahun. Selain itu, ia memiliki lebih dari 100 anak. 

1. Firaun Ramses II

Ia memerintah Mesir selama dua per tiga abad (sekitar tahun 1279 hingga 1213 SM) selama periode Kerajaan Baru. Ia meninggal saat berusia sekitar 90 tahun. Usia yang sangat mencengangkan saat itu.

Ramses II menjadi firaun setelah ayahnya Seti I yang memerintah sekitar tahun 1294 hingga 1279 SM meninggal dunia. Awalnya, Ramses II berperang dengan bangsa Het, kerajaan yang berpusat di Anatolia (Turki modern). Mereka bertempur dalam pertempuran besar yang sekarang dikenal sebagai "Pertempuran Kadesh", di wilayah yang sekarang menjadi Suriah sekitar tahun 1275 SM. Ramses II mengklaim kemenangan. Namun, para sejarawan modern cenderung percaya tidak ada pihak yang memenangkan pertempuran tersebut.

Ramses II berdamai dengan bangsa Het sekitar tahun 1258 SM dan menikahi seorang putri Het. Seperti firaun Mesir lainnya, ia mempraktikkan poligami dan memiliki banyak istri serta selir. 
Seorang Egyptologist di University of Cambridge, Toby Wilkinson, memperkirakan dalam bukunya "Ramesses the Great: Egypt's King of Kings" (Yale University Press, 2023) bahwa Ramses II memiliki sekitar 100 anak.

Firaun juga membangun ibu kota baru yang disebut "Pi-Ramesses" (juga dikenal sebagai "Per-Ramesses") di delta Nil timur dekat desa Qantir modern. 

"Seluruh kota itu memiliki jejak yang jelas dari fondasi firaunnya," tulis Wilkinson, melansir Love Science, Sabtu (21/6/2025). 

Wlikinson mencatat kota itu memiliki sedikitnya 50 patung besar Ramses II, yang sebagian besar dibangun selama masa hidupnya.

Ketika Ramses II meninggal, ia dimakamkan di sebuah makam di Lembah Para Raja. Setelah makam ini dijarah, muminya ditempatkan, bersama dengan mumi kerajaan lainnya, di sebuah tempat penyimpanan rahasia di Deir el-Bahari. Muminya sekarang berada di Museum Nasional Peradaban Mesir di Kairo.

Fakta Ramses II hidup hingga sekitar usia 90 tahun merupakan prestasi tersendiri di Mesir kuno. Pada saat itu "kebanyakan orang meninggal jauh sebelum ulang tahun ke-40 mereka dan ia bertahta selama dua atau tiga generasi," kata  Egyptologist yang bekerja di Museum Mesir Agung Susanna Thomas.

 

2. Berebut Takhta?

Ramses II hidup lebih lama dari banyak istri dan anak-anaknya dan Merneptah. Putra tertuanya yang ke-13, yang menggantikannya sebagai firaun. Thomas mencatat, tidak ada bukti adanya pertikaian memperebutkan takhta ketika Merneptah menjadi firaun.

"Dua belas saudara laki-lakinya yang lebih tua telah meninggal sebelum dia dan sejujurnya dia [Merneptah] adalah orang berikutnya," kata Thomas. Merneptah mungkin sudah berusia enam puluhan ketika dia menjadi firaun dan dia meluncurkan program pembangunan istana baru dan bangunan lainnya, kata Thomas.

Meskipun kenaikan takhta Merneptah berlangsung tanpa insiden, para penerusnya menghadapi pertikaian internal. 

"Cucu Ramses II, Seti II, harus berhadapan dengan seorang perampas kekuasaan [bernama Amenmesse] yang tampaknya telah berhasil memerintah Mesir Hulu selama beberapa tahun," kata Henning Franzmeier, seorang peneliti senior di Institut Siprus yang merupakan direktur lapangan penggalian di Pi-Ramesses, kepada Live Science melalui email.

Beberapa penerus Seti II juga menghadapi pertikaian memperebutkan takhta. Banyaknya anak yang dimiliki Ramses II mempersulit pertanyaan tentang suksesi karena keturunannya bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Ada "ratusan anggota keluarga kerajaan yang mungkin merasa ingin mencari kekuasaan," kata Franzmeier.

Selain kekacauan internal, Mesir mengalami invasi dari kelompok yang dikenal sebagai "Bangsa Laut." Satu invasi terjadi selama pemerintahan Merneptah sementara yang lain terjadi selama pemerintahan Ramses III (memerintah sekitar tahun 1184 hingga 1153 SM).

Pertengkaran internal atas takhta, bersama dengan masalah yang berkaitan dengan invasi Bangsa Laut, "akhirnya menyebabkan kemunduran kekuasaan kerajaan di Mesir," kata Franzmeier.


 

Topik Menarik