10 Hari Hilang di Bulan Oktober Tahun 1582! Fakta dan Sejarah di Baliknya
JAKARTA, iNews.id - Ternyata 10 hari hilang di bulan Oktober tahun 1582! Mungkin terdengar seperti cerita mistis, tapi ini adalah fakta sejarah yang benar-benar terjadi. Pada tahun tersebut, tanggal 5 hingga 14 Oktober tidak tercatat dalam kalender di beberapa negara Eropa.
Peristiwa ini terjadi karena reformasi besar dalam sistem penanggalan dunia, yaitu peralihan dari kalender Julian ke kalender Gregorian yang diprakarsai oleh Paus Gregorius XIII.
10 Hari Hilang di Bulan Oktober Tahun 1582
Sebelum reformasi ini, dunia menggunakan kalender Julian yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM. Kalender ini memiliki kelemahan karena satu tahunnya lebih panjang sekitar 11 menit 14 detik dibandingkan dengan tahun astronomi sebenarnya.
Akibatnya, setiap 128 tahun kalender Julian meleset satu hari dari siklus matahari, sehingga tanggal-tanggal penting seperti perayaan Paskah menjadi tidak akurat (Richards, 1998).
Link Download Minecraft Deluxe Collection: Paket Lengkap untuk Pengalaman Bermain Maksimal
Kesalahan ini menumpuk selama berabad-abad, hingga akhirnya pada abad ke-16, ketidaksesuaian kalender dan musim mulai menjadi masalah serius. Gereja Katolik, yang sangat bergantung pada kalender untuk menentukan tanggal perayaan keagamaan, mendorong adanya reformasi kalender.
Paus Gregorius XIII kemudian mengesahkan kalender Gregorian pada Februari 1582 sebagai solusi atas masalah ini (Blackburn & Holford-Strevens, 1999).
Untuk mengoreksi kesalahan yang telah terjadi, kalender Gregorian menghapus 10 hari dari bulan Oktober 1582. Maka, setelah tanggal 4 Oktober 1582, hari berikutnya langsung menjadi 15 Oktober 1582. Dengan demikian, secara resmi, 10 hari hilang di bulan Oktober tahun 1582! (Richards, 1998). Langkah ini membuat kalender lebih sinkron dengan tahun tropis dan pergerakan matahari.
Namun, perubahan ini tidak langsung diterima oleh semua negara. Negara-negara Katolik seperti Italia, Spanyol, Portugal, dan Polandia-Lituania langsung mengadopsi kalender Gregorian, sementara negara-negara Protestan dan Ortodoks menolaknya selama beberapa dekade hingga berabad-abad kemudian.
Inggris baru mengadopsi kalender Gregorian pada tahun 1752, saat itu mereka harus menghapus 11 hari dari kalender mereka (Blackburn & Holford-Strevens, 1999).
Selain penghapusan hari, kalender Gregorian juga memperkenalkan aturan baru mengenai tahun kabisat. Tahun yang habis dibagi 100 bukan kabisat kecuali juga habis dibagi 400. Aturan ini membuat kalender Gregorian jauh lebih akurat dibandingkan kalender Julian dalam menyesuaikan dengan siklus astronomi (Richards, 1998).
Fenomena 10 hari hilang di bulan Oktober tahun 1582, ini menjadi tonggak sejarah penting dalam penanggalan dunia. Tanpa reformasi ini, sistem kalender yang kita gunakan saat ini akan terus melenceng dari siklus alam, yang akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari pertanian hingga perayaan keagamaan (Blackburn & Holford-Strevens, 1999).
Sebagai kesimpulan, 10 hari hilang di bulan Oktober tahun 1582! bukan hanya sebuah fakta menarik, tetapi juga contoh bagaimana manusia beradaptasi dengan ilmu pengetahuan demi akurasi dan keteraturan waktu. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa sistem yang tampak sederhana seperti kalender pun memiliki sejarah panjang dan proses ilmiah yang mendalam di baliknya.