Ditolak di Indonesia, Startup Bola Mata Sam Altman Kini Incar Warga Inggris

Ditolak di Indonesia, Startup Bola Mata Sam Altman Kini Incar Warga Inggris

Teknologi | sindonews | Rabu, 11 Juni 2025 - 21:29
share

Proyek kontroversial yang didukung oleh nama besar di balik ChatGPT, Sam Altman, kini mencoba peruntungan baru di Eropa setelah menghadapi penolakan keras di Asia. World ID, startup yang menggunakan perangkat 'Orb' untuk memindai bola mata demi verifikasi identitas, secara resmi diluncurkan di Inggris pekan ini.

Langkah ini sontak memicu alarm. Pasalnya, peluncuran di London ini terjadi setelah proyek serupa dilarang beroperasi oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di Indonesia akibat kekhawatiran besar-besaran mengenai privasi dan keamanan data biometrik warganya. Kini, bola mata warga Inggris menjadi target berikutnya.

Jualan 'Penyelamat' dari Ancaman AI

Di atas kertas, misi World ID terdengar mulia. Mereka menawarkan solusi untuk melawan ancaman penipuan berbasis Kecerdasan Artifisial (AI) seperti deepfake. Dengan memindai iris mata setiap individu, Orb akan menciptakan sebuah kode unik untuk membuktikan bahwa penggunanya adalah manusia, bukan bot atau AI. Sebagai imbalannya, pengguna akan dihadiahi sejumlah mata uang kripto WLD.

“Idenya bukan lagi sesuatu yang teoretis. Ini adalah sesuatu yang nyata dan mempengaruhi mereka setiap hari," ujar Adrian Ludwig, arsitek utama dari Tools for Humanity, kontributor utama proyek World ID. Ia mengklaim permintaan dari perusahaan dan pemerintah sangat tinggi, dan proyek ini sedang bertransisi "dari proyek sains menjadi jaringan nyata."

Luka Lama dari Indonesia

Namun, di balik narasi "pahlawan digital" ini, tersimpan jejak penolakan yang signifikan. Keputusan Komdigi di Indonesia untuk melarang operasi World ID (saat itu dikenal sebagai Worldcoin) menjadi preseden buruk yang menghantui peluncuran mereka di Inggris. Pemerintah Indonesia saat itu menyuarakan kekhawatiran yang fundamental: untuk apa data biometrik sepenting iris mata dikumpulkan secara massal, dan siapa yang menjamin data tersebut tidak akan disalahgunakan?Kini, dengan percaya diri, Ludwig seolah ingin menghapus jejak kegagalan tersebut. Ia mengklaim telah melakukan banyak percakapan dengan regulator di berbagai negara, termasuk di Inggris.

"Ada banyak pertanyaan: bagaimana kami memastikan ini berhasil? Bagaimana kami melindungi privasi?" kata Ludwig. "Semua pertanyaan itu telah bisa kami jawab. Sudah lama sejak kami mendapat pertanyaan yang tidak bisa kami jawab," tegasnya dengan penuh keyakinan.

Jebakan 'Identitas Digital'

Meskipun World ID mengklaim data biometrik dienkripsi dan kemudian dihapus, serta verifikasi dilakukan secara terdesentralisasi, para kritikus tetap skeptis. Sejarah telah menunjukkan betapa rentannya sistem identitas digital skala besar. Proyek Aadhaar di India, misalnya, meski diadopsi secara luas, juga menjadi sasaran kritik pedas karena keamanan yang lemah dan dituduh memperburuk ketidaksetaraan sosial.

Peluncuran di Inggris ini adalah sebuah pertaruhan besar, baik bagi World ID maupun bagi regulator Inggris. Apakah mereka akan mengabaikan "lampu merah" yang telah dinyalakan oleh negara seperti Indonesia? Ataukah mereka percaya pada janji manis Sam Altman dan timnya bahwa teknologi ini adalah penyelamat, bukan penjajahprivasi?

Topik Menarik